9. Mereka yang (tidak) Belajar
Nggak ada hubungannya dengan part yang sebelumnya, tapi aku udah ada niat untuk nulis kelanjutan dari yang cerita 8.
---
"Ngapain belajar? Nggak penting!" aku mendengar Andi, salah satu teman sekelasku, berteriak nyaring.
Kelas sedang dihebohkan dengan kenyataan bahwa sebentar lagi akan ada ulangan harian matematika. Beberapa masih sibuk belajar, beberapa terlihat santai, beberapa sedang membuat strategi mencontek. Aku sendiri masih berusaha memahami beberapa soal yang ada di LKS-ku (biasanya guru itu suka mengambil soal yang mirip-mirip seperti di LKS)
"Masa depan kita nggak akan ditentuin sama selembar kertas di satu hari," lanjut Andi. Beberapa bersorak mengiyakan.
Aku masih terdiam di tempatku. Meski aku tidak ingin bergelut di dunia matematika di masa depan nanti, aku sadar bahwa dua orang tuaku tidak menghabiskan uang mereka hanya agar aku berteriak nyaring mengenai sekolah yang tidak penting hanya karena ada beberapa miliuner yang drop out.
"Pak Sueb dateng!" teriak salah satu temanku sembari berlari memasuki kelas.
Kelas seketika kembali ramai, semuanya segera kembali duduk di tempat masing-masing. Beberapa terlihat takut.
"Assalamu'alaikum," Pak Sueb memberi salam sembari memasuki kelas. Pria itu kemudian menjelaskan bahwa kami akan memiliki ulangan harian. Ia memberikan kami lembar ulangan. Hampir semua teman sekelasku membulatkan matanya begitu mereka melihat soal-soal yang tercetak manis.
Ketika aku mendapatkan kertas soal, aku memperhatikan secara sekilas soal-soal yang muncul sebelum menghela napas. Kemudian aku mulai mencoba untuk mengerjakan semuanya.
Tentunya, perjalanan dalam mengerjakan soal tidaklah mudah, aku bisa merasakan kepalaku berdenyut nyeri setelah beberapa menit. Beberapa soal juga terlihat tidak masuk akal dan begitu sulit.
Di tengah-tengah kegiatanku, aku merasakan seseorang menendang kursiku. Aku melihat ke arah Pak Sueb, pria itu terlihat sibuk dengan korannya, sebelum akhirnya menoleh, mendapati bahwa ternyata Andi-lah yang tengah duduk di belakangku.
"Lihat jawaban dong."
Aku memutar bola mataku. "Katanya ulangan nggak penting."
---
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top