5. Mereka yang Mendapatkan Informasi
"Astaghfirullah!" seorang pria tiba-tiba berkata dengan matanya yang masih mengarah pada layar ponsel dan tangannya menari di atasnya. Suaranya yang tak pelan itu berhasil mengambil perhatian seluruh orang di ruangan, tak terkecuali aku yang segera memandang ke arahnya dengan penasaran sambil masih tetap mengayun tubuhku agar anakku yang ada di gendongan tak menangis--dia hobi menangis.
"Bu! Ayo balik ke rumah!" pria itu tiba-tiba berkata tanpa melirik sedikitpun istrinya yang ada di sampingnya, terlihat kesusahan karena harus menggendong anaknya yang masih bayi sambil meneriaki anak pertamanya yang tengah berlari kecil untuk mengejar temannya.
Ruangan ini adalah definisi nyata dari kekacauan. Di sana-sini anak-anak berlarian sambil berteriak ke arah satu sama lain, bayi-bayi menangis dengan kencang, seolah tak mau kalah, ibu-ibu nampak membuat kegaduhan sendiri dengan heboh berbicara, entah apa yang menjadi topik pembicaraan mereka, kemungkinan besar adalah tukang sapu jalanan yang baru saja pergi umroh.
Pada titik ini, sudah tak ada lagi yang menaruh perhatian mereka pada pria itu. Mereka kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing, tak ada yang sadar atau peduli ketika pria itu menarik istrinya keluar yang membuat istrinya tersebut kemudian menarik sang anak yang masih berumur lima tahun. Anaknya berteriak semakin kencang, mengeluarkan protesnya karena tak ingin pergi.
"Ada apa sih, Pak?" sang istri bertanya, nampak kesal. "Kenapa buru-buru pulang sih? Mereka belum dikasih vaksin!"
Sang pria berhenti menarik, secara otomatis membuat keluarga kecilnya berdiri di ambang pintu. "Nggak usah pake vaksin segala! Pokoknya anak kita nggak boleh dikasih vaksin!"
"Kenapa?"
"Nih, katanya isi vaksin itu sihir! Kamu mau anak kita kena sihir, ha?"
Mata sang Istri kini membulat lebar, ia memandang ke arah barisan ibu yang mengantri untuk memberikan anak mereka vaksin, ke anak-anak yang sudah diberi vaksin, kemudian berpindah ke arah sang suami. "Bapak tahu dari mana?"
"Grup WhatsApp, mbak D tadi ngirim beritanya, untung aja belum dikasih vaksin."
"Eh iya untung aja. Nggak ngasih tahu yang lain?"
"Nggak usah dulu, nanti aja. Nanti malah kita diserang sama dokter-dokternya, mereka 'kan nggak mau ngaku."
Sang istri hanya mengangguk.
Mereka melanjutkan perjalanan keluar mereka yang diiringi dengan isak tangis sang anak yang tak mau pergi karena ingin bermain dengan teman-temannya. Samar-samar aku mendengar mereka membicarakan mengenai informasi lain yang mereka dapatkan dari grup WhatsApp hari ini.
---
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top