4. Mereka yang Mendapatkan Nilai Jelek

Aku memandang ke deretan nilai C+ dan terkadang-kadang B- di layar ponselku dengan kening yang berkerut dalam dan bibir yang mengerecut kesal. Di sekitarku, teman-temanku yang lain mulai mengomel mengenai nilai mereka, menandakan bahwa aku bukanlah satu-satunya orang dengan nilai yang mengecewakan di sini.

"Ah, anjing lah! Nilai apaan nih!" keluhku, tanganku menggenggam ponselku dengan erat. Sesuatu dalam diriku tengah merasa gatal untuk melempar ponsel itu, tapi di saat yang bersamaan, aku pun tahu bahwa itu akan menjadi sesuatu yang sangat amat kusesali nantinya, Ibu pasti marah besar jika sesuatu terjadi pada ponselku, dan aku juga sedang malas mendengarkan omelan Ayah yang tiada habisnya, sama seperti deretan mobil saat sedang macet parah.

"Anjing banget emang! Tuh manusia botak pelit banget dah! Kok ada gitu manusia kayak gitu, emang dia belum pernah jadi mahasiswa apa?" Temanku mulai mengomel, kami semua memanggilnya Biting karena betapa kurusnya tubuhnya, persis seperti lidi berjalan.

"Iya anjir, apaan dia ngasih nilai C+ rasanya pingin gue ... argghh," kini gantian Ndut yang berkata--tak seperti Biting, ia memiliki tubuh gendut--diakhiri dengan sebuah erangan kesal.

"Gue bakal dimarahin ayah gue," kataku setelah beberapa detik lamanya terdiam. "Anjir lah dosen-dosen itu, pelit kok kebangetan, awas aja ya ...," ujarku, dengan sengaja menggantungkan ucapanku begitu saja.

Biting dan Ndut tak mengatakan apapun, aku yakin mereka pasti sudah mulai paham bagaimana menyeramkannya Ayah, apalagi jika sudah dikaitkan dengan persoalan edukasi semacam ini. Ayah tak pernah main-main soal pendidikan, dia selalu ingin agar anaknya menjadi yang nomor satu, dan jika ia tahu anaknya bukan nomor satu, dia akan meledak, dan aku jelaslah bukan yang nomor satu saat ini.

Aku tak henti-hentinya mengutuk semua dosen. Kenapa mereka begitu pelit? Maksudku, ya, aku tahu aku tidak belajar sebelum ujian, aku justru sibuk pergi ke mall untuk membuat Instagram Story agar orang-orang tahu bahwa hidupku menyenangkan, dan ya aku tahu bahwa selama ujian aku hampir menyerah karena aku tak mengetahui jawaban dari banyak soal, tapi apakah mereka tak bisa merasa sedikit prihatin? Merasa kasihan? Memberikan secuil nilai tambahan padaku?

Aku mendengus kesal.

"Hey, ke karaoke aja yuk sekarang?" Biting memberi saran.

Aku mengangguk. Karaoke terdengar sangat baik saat ini, aku sudah tak mengunggah apapun di Instagramku selama beberapa jam terakhir, aku yakin akan ada banyak konten yang kudapatkan di tempat itu.

---

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top