3. Mereka yang Menggunakan Bahasa Asing

"Guys hari ini dosennya nggak bisa masuk, ada tugas dan udah aku kirim lewat WA. Kirim tugasnya lewat e-mail, deadline-nya besok malam jam 12, jangan sampai telat ya, kalau kalian nggak dapet nilai bukan salahku," kata sang penanggung jawab kelas dengan suara lantang. Setelah ia selesai berbicara, kelas sontak menjadi ramai dengan orang-orang yang mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Tuhan karena tidak perlu duduk selama dua jam dan mendengarkan dosen yang sudah tua berbicara, ada juga yang mulai membuat rapat mengenai ke mana mereka akan pergi, ada yang kembali melanjutkan pembicaraan mereka dengan temannya, dan ada yang langsung pergi tanpa mengatakan apapun.

Aku sendiri masih duduk di tempatku, dilihat dari gerak-geriknya, akan ada beberapa anak lain yang menetap di kelas selama beberapa menit ke depan, sehingga aku tak akan menjadi satu-satunya anak yang ada di sini. Lagi pula, aku masih belum siap mengucapkan selamat tinggal pada pendingin ruangan yang menyelamatkanku dari suhu tinggi.

Aku kembali menundukkan kepalaku dan melanjutkan bacaanku. Kali ini aku sedang membaca salah satu buku dari Mark Twain, dari informasi yang kudapatkan secara online, buku ini adalah salah satu buku yang dibaca oleh siswa SMA di Amerika untuk pelajaran bahasa Inggris, ini membuatku penasaran akan apa yang sebenarnya spesial dari buku ini, di sisi lain, aku ingin berhenti sejenak dari membaca buku Young Adult.

Entah sudah berapa menit aku membaca, yang jelas, kelas sudah mulai sepi, suara-suara bising yang tadinya menyerang indera pendengaranku kini menghilang.

"Hey! Kamu lagi baca apa?"

Aku mendongak, mendapati sosok penanggung jawab kelas bahasa Indonesia. Ia sudah berdiri di sampingku, sedangkan teman-temannya masih duduk di tempat mereka, terlihat sibuk membicarakan makanan. Matanya melirik ke arah sampul bukuku dengan keingin tahuan.

"Adventures of Huckleberry Finn," jawabku.

Ia memajukan kepalanya, melirik dari isi buku di tanganku. "Bahasa Inggris?" Ia bertanya sambil memundurkan kepalanya.

"Iya. Ini novel klasik."

"Novel klasik bahasa Inggris?"

Aku mengangguk.

"Ngapain baca buku bahasa Inggris? Indonesia juga punya banyak buku yang bagus kok. Ada Pramoedya Ananta Toer, Dee Lestari, Tere Liye, Sapardi Djoko Damono," katanya, "mereka tuh karyanya the best banget lah, kamu harus ngecek mereka. Cintailah produk-produk Indonesia, dan salah satunya ya buku bahasa Indonesia. Nggak usah sok Inggris lah," katanya, ia mengingatkanku pada sepupuku yang menirukan iklan Maspion.

Aku hanya mengangguk, terlalu kaget untuk mengatakan sesuatu. Maksudku, dia benar-benar mendatangiku untuk mengatakan itu?

Dia kemudian memberikanku sebuah senyuman tipis sebelum berbalik dan kembali menuju ke arah teman-temannya. Beberapa detik kemudian, aku mendengarkan mereka membicarakan tentang restoran Jepang yang baru saja membuka cabang di dekat kampus.

Aku melirik kembali ke arah bukuku, setelah menaruh pembatas buku yang aku buat sendiri, aku menutup benda tersebut.

Aku menarik napas. Mungkin aku harus membaca buku ini di rumah atau tempat lain di mana tak ada orang yang tiba-tiba mendatangiku dan memberitahuku untuk membaca buku yang sudah pernah kubaca sebelumnya.

---

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top