15. Mereka yang Mencari Pekerjaan

Burhan menghela napas lega ketika pandangan matanya menangkap sebuah warung kopi yang berdiri manis di pinggir jalan. Dibawanya sepeda motornya ke arah warung tersebut kemudian memarkirkannya bersama sepeda motor lain, setelah mengambil tasnya, ia memasuki warung kopi tersebut dan segera memesan secangkir kopi hitam pada sang penjual.

"Habis ngapain?"

Burhan menoleh, mendapati pemuda asing yang mungkin seumuran dengannya--atau setidaknya sedikit lebih tua darinya--melemparkan sebuah pertanyaan. Dilihat dari kopinya yang sudah hampir habis dan batang rokok yang sudah mengecil di samping cangkirnya, Burhan menarik kesimpulan bahwa pemuda itu sudah berada di sini sejak lama.

Burhan tersenyum dan menjawab, "habis wawancara kerja, Mas."

"Udah diterima?"

"Doakan saja," jawab Burhan.

"Wawancara di mana? Jadi apa?"

"InsyaAllah nanti kalau diterima jadi admin."

"Lulusan S1?"

"Iya. Baru aja habis yudisium, tinggal nunggu wisuda."

Pemuda itu tertawa. "Jangan berharap banyak. Saya sudah hampir enam bulan lulus S1 dan belum dapet kerja sama sekali. Jaman sekarang nyari kerja itu nggak gampang, mana lagi semuanya jadi mahal. Jadi sarjana nggak jamin apapun, tinggal di sini itu sulit."

"Eh, beneran?" Burhan bertanya kaget, dia kemudian berterima kasih kepada si pemilik warung yang baru saja selesai membuat kopinya.

"Iya gitulah," jawab pemuda itu, ia merogoh saku celananya dan mengambil sebatang rokok.

"Udah coba lamar di mana aja?"

"Baru tiga mungkin, tiga tiganya ditolak."

"Harus sering-sering nyari Mas, di internet banyak."

"Udah, tapi kebanyakan posisinya nggak enak."

Burhan hanya mengangguk kemudian menegak kopinya secara perlahan. Di sudut matanya, ia bisa melihat pemuda di sampingnya mulai menyalakan rokok sembari membuka salah satu permainan daring dengan ponselnya.

---

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top