🌺29🌺 #akhir
Kabar paling baru yang kudapat dari Ibu, konon katanya Soegi akan menikah. Kabar itu Ibu peroleh dari pedagang di pasar langganannya yang notabene adalah tetangga Bu Ratmi. Siapapun juga yang berada di posisiku pasti akan syok berat sekaligus kecewa. Akan tetapi aku yakin pernikahan itu bukan keinginan Soegi. Bu Ratmi yang menginginkannya. Ia memilihkan calon istri yang sepadan dengan harkat dan martabat keluarga mereka yang masih keturunan ningrat.
Lantas bagaimana perasaan Soegi? Pria itu pasti hancur, sama sepertiku. Namun, aku hanya berharap Soegi bisa menerima calon istrinya. Ada kalanya cinta bisa tumbuh karena situasi. Seorang pria dan wanita yang tinggal di bawah atap yang sama, tidur di kamar yang sama, memiliki peluang sangat banyak untuk saling menyukai. Kuharap Soegi akan menjalani hidupnya dengan baik. Aku pun akan menata hati, lalu menjalani kehidupanku dengan baik.
"Kinanti?"
Suara berat itu seketika membekukan kedua kakiku. Jelas-jelas itu bukan milik Soegi. Pria itu pasti sedang bersiap sekarang. Tanggal pernikahannya adalah hari ini.
Aku baru saja selesai memarkir motor bututku dan telah mengambil dua langkah saat pria itu memanggil namaku. Rasa-rasanya aku familiar dengan jenis suara itu, tapi aku lupa di mana pernah mendengarnya. Mungkin di televisi atau video-video pendek di media sosial?
Dengan gerakan wajar aku membalik tubuh.
Seorang pria berpostur tinggi yang mengenakan sehelai kemeja panjang berpadu dengan celana panjang hitam tampak berdiri beberapa jengkal di hadapanku. Janggutnya terlihat kasar menandakan pria itu malas untuk bercukur. Tapi bukan itu masalahnya. Pria itu kukenali sebagai Arjuna, mantan cinta monyetku semasa SMA. Fisiknya banyak mengalami perubahan, tapi aku yakin tidak salah mengenali orang.
"Juna?"
"Kamu mengajar di sini?"
Pandanganku tiba-tiba tertumbuk pada seorang gadis kecil yang sedang digandeng Arjuna. Gadis kecil itu sangat cantik. Bulu matanya lebat dan lentik. Kurasa saat dewasa nanti ia tidak perlu membeli maskara atau semacamnya.
Bibir gadis kecil itu tampak kecil dan berwarna merah muda. Rambutnya dikuncir dua dengan dihiasi pita berbentuk stroberi.
"Dia putriku."
Ya, tentu, batinku seusai mendengar ucapan Arjuna. Mana mungkin gadis kecil itu adiknya? Atau keponakannya? Sangat mustahil pria seumuran Arjuna repot-repot mengantarkan keponakannya ke sekolah.
"Oh." Aku tergagap sebentar. Kilasan bayangan semasa SMA kami menyerbu kepalaku dalam hitungan detik. Apa jika aku dan Arjuna menikah, kami akan memiliki putri secantik gadis kecil itu?
"Aku ingin mendaftarkan putriku untuk sekolah di sini," ungkap Arjuna memberitahukan maksud kedatangannya.
"Ya, boleh. Mari kita ke kantor dulu," ajakku berusaha untuk menyembunyikan rasa canggung. Bagaimanapun juga dulu aku pernah menyukai Arjuna dan sebaliknya. Kami memiliki banyak memori kala itu. Arjuna juga pasti masih mengingatnya. Tapi, kehidupan rumah tangga Arjuna sekarang pasti jauh lebih membahagiakan. Memori yang kami bagi dulu tidak akan sebanding dengan apa yang ia miliki sekarang.
Aku mempersilakan Arjuna dan putrinya agar mengikutiku berjalan ke arah kantor. Nanti di sana aku akan mencatat administrasi pendaftaran putri cantik Arjuna.
"Kenapa kamu sendiri yang mengantar putrimu mendaftar ke sekolah? Apa istrimu sibuk?" Sembari melangkah, aku melontarkan basa-basi ringan. Karena mayoritas siswa kami diantar ibu mereka. Sangat langka jika hanya ayah saja yang mengantar anaknya. Dan cuma ada satu atau dua yang diantar kedua orang tuanya saat mendaftar sekolah untuk pertama kali.
Sebenarnya bukan karena ayah mereka tidak peduli dengan anak-anaknya, tapi ini berkaitan dengan pekerjaan. Mayoritas ayah dari anak-anak itu bekerja, jadi tidak bisa mengantar ke sekolah. Berbeda dengan seorang ibu rumah tangga yang tidak terikat pekerjaan di luar rumah.
"Dia sudah meninggal, Kin."
Mendengar pengakuan Arjuna, aku langsung menghentikan gerakan sepatuku. Aku menoleh ke arahnya dan melayangkan tatapan kaget.
"Dia meninggal saat melahirkan Raya." Arjuna mengusap kepala gadis kecil yang digandengnya. Raya, nama gadis kecil itu.
Rasa iba tiba-tiba menyergap perasaanku. Untuk Raya. Kasihan gadis kecil itu. Raya harus kehilangan ibunya di hari ia dilahirkan.
🌺🌺🌺Tamat🌺🌺🌺
Seharusnya cerita ini ada sekuelnya. Tapi ya sudahlah. Toh, pembacanya juga nggak banyak.
25 April 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top