Bab 26

Natalia berjanji untuk meninggalkan Dante.

Natalia berjanji untuk tidak meminta tanggung jawab Dante atas janin yang dikandungnya.

Dan Natalia berjanji untuk tidak pernah lagi muncul di hadapan Dante.

Sekarang, Natalia mengkhianati janjinya sendiri. Ia tidak tahu dirinya bisa dimaafkan atau tidak. Tetapi saat ini Natalia sangat ingin menjadi egois. Ia ingin kembali bersama Dante, memiliki pria itu seutuhnya. Apalagi Cali juga sudah sangat bergantung pada sang ayah. Ia jelas tak tega bila harus memisahkan anaknya dari ayahnya sendiri.

Tak ada lagi yang bisa Natalia lakukan selain meminta maaf pada seseorang yang ia ingkari janjinya. Oleh sebab itu, kini Natalia berada di tengah-tengah pemakaman umum, berjongkok sambil mengusap nisan yang bertuliskan nama seorang wanita—Emma Thompson.

Wanita itu adalah ibu kandung Dante, orang yang membuatnya terpaksa meninggalkan pria itu. Yang selama ini menjadi penghalang tak kasat mata antara dirinya dan Dante adalah Emma Thompson.

Keinginan Emma sangat dimengerti oleh Natalia. Wanita itu pernah dibuat sakit hati oleh ibunya—yang pernah merebut suaminya selama beberapa tahun. Wajar bila Emma sangat membenci Natalia dan berusaha menjauhkannya dari Dante.

Natalia pun merasa begitu bersalah. Ia tak menyangka jika ibunya di masa lalu pernah menghancurkan hati seorang wanita seperti Emma. Dan membuat seorang anak lelaki harus kehilangan kasih sayang ayahnya selama beberapa tahun lamanya. Dan anak lelaki itu adalah Dante.

Kalau saja Dante masih mengingat semuanya, pria itu pasti sadar jika dirinya adalah seorang anak perempuan yang sangat Dante benci karena mendapatkan perhatian dari Jacob dan membuat pria itu harus menderita selama bertahun-tahun.

Awal kedatangan Dante ke dalam hidupnya, Natalia sudah menyadari siapa pria itu karena ia ingat betul nama anak lelaki yang pernah ia sakiti hatinya di masa lalu. Saat itu, terbersit di dalam pikiran Natalia untuk mengganti semua penderitaan Dante menjadi sebuah kebahagiaan yang baru, bersamanya.

Sayangnya, Emma mengetahui bahwa Natalia adalah anak dari wanita yang sempat merusak rumah tangganya. Dan karena hal itulah ia mau tak mau pergi dari hidup Dante. Ia masih ingat betapa murkanya Emma padanya. Mengatai dirinya seorang pelacur—walau saat itu Natalia memang menganggap dirinya sebagai pelacur, tetapi tetap meninggalkan luka yang sangat membekas di hatinya hingga saat ini.

“Mrs. Thompson, aku tidak tahu harus berbuat apa padamu. Aku hanya ingin meminta maaf karena telah mengingkari janjiku,” ucap Natalia dengan suaranya yang terdengar parau. “Aku sangat mencintai Dante, bahkan sampai detik ini aku masih tetap mencintainya. Begitu pula dengan anakku yang juga mencintai ayahnya. Maaf, aku sungguh minta maaf karena tidak bisa melaksanakan perintahmu.”

Dengan tangan yang masih berada di batu nisan, Natalia menundukkan kepalanya sejenak sementara matanya terpejam. Sejujurnya ia masih takut jika di kehidupan selanjutnya, ia akan merasa begitu tersiksa karena berkhianat terhadap janjinya sendiri.

Kalau saja Emma Thompson masih hidup, ia pasti tidak akan segan untuk memohon di bawah kaki wanita itu. Emma yang saat ini sudah tenang di surga malah membuatnya semakin serba salah. Ia tidak tahu di sana Emma akan memaafkannya atau tidak.

“Sebaiknya kau jauhi anakku. Wanita sepertimu tidak pantas bersanding dengan Dante. Kau dan Ibumu sama-sama seorang pelacur. Dan jangan pernah mengakui janin itu sebagai milik Dante atau aku tidak akan pernah memberimu maaf seumur hidupku. Dan jangan pernah lagi menemui anakku setelah ini!”

Seketika lontaran kemarahan Emma yang masih Natalia ingat dengan jelas kembali terlintas dalam benaknya, membuat dadanya terasa sesak. Cengkeraman tangannya pada batu nisan Emma Thompson pun semakin kencang.

Perasaan bersalahnya pada Emma begitu besar. Ia dan ibunya benar-benar telah merenggut kebahagiaan Emma dan Dante. Beruntung Jacob pada akhirnya sadar dan kembali pada keluarganya.

Tanpa sadar, setetes air mata jatuh membasahi wajahnya. Buru-buru Natalia menghapusnya. Ia lantas meninggalkan sebuket bunga di makam Emma Thompson sebelum bangkit berdiri dan mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa ke depannya ia akan baik-baik saja, bersama Dante dan juga Cali.

Dengan langkah lemah, Natalia meninggalkan pemakaman. Masuk ke dalam mobilnya dan memilih diam selama beberapa saat hanya untuk mengambil napas dalam-dalam. Kedua tangannya sudah berada di setir mobil, erat memegang benda tersebut karena perasaan yang tak bisa diluapkan dengan gampang.

Hanya dukungan Jacob selama beberapa tahun inilah yang bisa dijadikan motivasi oleh Natalia. Sama seperti dulu, Jacob sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri. Begitu pula dengan Jacob yang sangat menyayanginya seperti anak perempuannya sendiri. Tak heran setelah Emma menemukan keberadaannya, Jacob jadi sering bertemu denganya secara diam-diam. Dan karena itu pula Jacob tak pernah pergi dari sisinya setelah ia meninggalkan Dante.

Seharusnya Natalia bersyukur memiliki seseorang yang begitu peduli padanya seperti Jacob. Walau di awal Natalia sangat ingin Jacob menjauh darinya karena ia tak ingin merusak kehidupan keluarga Thompson lagi.

Setelah merasa sedikit lega, Natalia akhirnya menjalankan mobilnya menuju mansion Jacob.

••••

“Hey, Sayang.” Dante memberi sebuah pelukan pada Natalia begitu wanita itu menginjakkan kakinya di kediaman Jacob Thompson. Ia tampak menunggu-nunggu kepulangan Natalia.

“Maaf aku pulang sedikit terlambat.” Natalia membalas dekapan Dante sebelum mengambil duduk di mini bar, bersebalahan dengan pria itu.

“Ada apa, hm?”

“Ada hal yang perlu kuurus,” jawab Natalia, berbohong.

Natalia memang berjanji pada Dante untuk pulang lebih awal, tetapi entah kenapa saat dalam perjalanan tadi, ia kepikiran untuk mampir sebentar di makam Emma Thompson. Dan Natalia tidak mungkin berkata jujur tentang hal itu pada Dante. Pria itu bahkan belum tahu jika sebenarnya ia mengenal ibunya.

“Seberapa parah? Ada yang bisa kubantu?”

Natalia menggeleng tersenyum. “Tidak parah. Aku sudah sering menanganinya. Jadi, I am okay.

“Kalau kau sedang dalam kesusahan, selalu ingat kalau kau punya aku, Sayang.” Dante mencondongkan wajahnya pada Natalia dan menyatukan dahi mereka.

Sudut-sudut bibir Natalia semakin terangkat, menandakan senyumnya bertambah lebar. Ia lantas meraih wajah Dante dan membelainya begitu keduanya sama-sama memejamkan mata.

Kejadian itu berakhir singkat karena Dante menarik dirinya. Tetapi sebelumnya, ia sempat memberi kecupan kilat di bibir manis Natalia.

“Kau ingin mandi di sini atau di penthouse-ku saja?” tanya Dante sembari menuangkan anggur ke dalam gelasnya.

“Aku juga mau.” Dengan bibir yang melengkung ke bawah, Natalia malah menanggapi gerakan Dante dengan anggurnya.

Dante terkekeh. Ia lantas mengambil gelas kosong lainnya dan mengisinya dengan anggur yang masih berada di tangannya. Kemudian mengangsurkannya pada Natalia. Dengan semangat wanita itu menerimanya untuk langsung ditenggaknya.

“Sepertinya aku akan mandi di penthouse-mu saja.” Jawaban itu Natalia berikan untuk pertanyaan Dante sebelumnya.

Natalia dan Dante memang berjanji untuk pulang lebih awal hari ini untuk mengurusi kepindahan Natalia dan Cali ke penthouse Dante. Kendati tidak semuanya diurus oleh mereka, Natalia dan Cali juga turut ambil bagian agar tak ada barang yang tertinggal nantinya. Apalagi mereka ternyata membawa begitu banyak barang dari apartemennya, terutama Cali dengan berbagai macam mainannya.

“Mandi bersamaku, eh?” tanya Dante seraya menaikturunkan alisnya, menggoda Natalia.

Natalia berdecih dengan jejak humor di wajahnya. Sejak sebulan ini, keduanya memang sering melakukan kegiatan panas di atas ranjang. Sudah bukan hal yang canggung lagi bagi mereka untuk melakukannya. Walau di beberapa kesempatan Cali sering menggagalkan kegiatan mereka.

“Siapa takut.” Natalia yang dulu memang sudah kembali. Dengan berani ia menantang Dante.

Dan Dante tentu saja senang melihatnya. Dengan lembut ia memegang tengkuk Natalia, mendorongnya agar bibir mereka menyatu.

“Aku suka berciuman denganmu setelah kau meminum anggur.” Kali ini gantian Natalia yang membuat rayuan. Meski ia mengatakannya dengan kejujuran.

“Aku suka menciummu kapan pun dan di mana pun,” balas Dante dengan ibu jarinya yang menelusuri bibir bawah Natalia.

“Dan aku tidak keberatan kalau kau menciumku kapan pun dan di mana pun.”

Tawa Dante meledak. Natalia semakin pandai membalasnya. Dan ia mengangkat kedua tangannya di udara sebagai tanda menyerah.

“Omong-omong, di mana Cali?” tanya Natalia dengan topik yang sudah berganti.

“Dia sedang membereskan mainannya di kamar.”

“Sendirian?”

Dante menggeleng lantas meneguk anggurnya sebentar sebelum menjawab Natalia. “Bersama Jacob. Mainan Cali benar-benar banyak sekali,” kekehnya.

Natalia berdecak, membenarkan Dante. Jacob akan membelikan apa pun yang Cali inginkan hingga membuat mainan gadis kecil itu menjadi tak keruan banyaknya. Belum lagi tambahan dari Dante sejak pria itu datang ke dalam hidupnya.

“Aku ingin melihatnya sebentar,” kata Natalia sembari turun dari kursinya.

Dante mengangguk, juga bangkit dari posisi duduknya. “Aku akan meminta sopir untuk menyiapkan mobil.”

Dan keduanya pun berjalan beriringan, tetapi berpisah di tengah jalan. Sementara Natalia harus melewati ruang keluarga terlebih dahulu sebelum mencapai lift. Di sanalah matanya tanpa sengaja berpapasan dengan pigura besar yang menampilkan foto pernikahan Jacob dan Emma.

Tanpa sadar Natalia menghela napas panjang. Di dalam hati ia pun memutuskan untuk segera memberi tahu Dante tentang rahasianya di masa lalu.

Apa pun keputusan Dante, Natalia akan menerimanya dengan lapang dada. Meskipun ia berharap jika Dante tidak meninggalkannya setelah ia mengungkap segalanya.

Semoga.

••••

Sedikit demi sedikit alasan Natalia ninggalin Dante di masa lalu mulai terjawab ya😝

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar yang buanyaaakkk😘

11 Juli, 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top