Bab 25

Sudah sebulan berlalu, dan semuanya berjalan baik-baik saja. Daniel yang awalnya dicurigai akan kembali membuat ulah, kini sudah tak lagi menampakkan batang hidungnya. Sepertinya ancaman yang Dante berikan padanya membuat nyali pria itu menciut.

Apalagi gertakan Dante juga menyertakan keluarga Daniel. Pria itu jelas tidak ingin dikeluarkan dari daftar pewaris kekayaan ayahnya kalau kasus sang ayah dibawa ke media karena ulahnya.

Sangat mudah bagi Dante menyingkirkan pengecut seperti Daniel. Bersyukur karena ia sudah mempelajari seluk beluk Daniel sampai ke akar-akarnya hingga tahu apa kelemahan pria itu.

“Apa kau yakin akan kembali ke apartemen?”

Pertanyaan itu berasal dari Dante. Ia tengah berbaring di atas ranjang dengan ponsel yang berada di tangannya. Sedang pandangannya berputar ke arah Natalia yang baru keluar dari kamar mandi dengan dua helai handuk yang menutupi badan serta membungkus rambut basahnya.

Natalia berjalan ke arah meja rias, duduk membelakangi Dante untuk menggunakan krim wajahnya terlebih dahulu sebelum memakai pakaiannya.

“Semuanya sudah aman, kan?” Natalia balik bertanya, tanpa menatap Dante sama sekali.

“Bisa dipastikan jika semuanya memang sudah aman, tetapi apa kau yakin akan kembali ke apartemenmu?” Dante meletakkan ponselnya di sisi tubuh. Kemudian memosisikan tubuhnya miring menghadap Natalia dan menjadikan sikunya sebagai topangan.

Natalia memang sudah memutuskan untuk kembali ke apartemennya setelah ini. Tak akan ada lagi bahaya yang mengancam mereka sejak kepergian Daniel. Wanita itu bisa kembali hidup dengan tenang di apartemennya bersama Cali.

Tetapi Dante tidak rela. Ia masih ingin tinggal bersama Natalia dan Cali. Bahkan, beberapa bulan ini Dante terus-terusan menginap di mansion Jacob. Paling hanya sesekali pulang ke penthouse-nya. Maka dari itu, Dante sedang melancarkan aksi membujuk Natalia agar wanita itu tidak kembali ke apartemennya.

Serius, otak licik Dante sangat ingin menjual apartemen Natalia saat ini supaya wanita itu menjadi homeless dan tidak jadi pergi.

“Aku tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi, Dante,” ucap Natalia yang sudah selesai mengoleskan krim di wajahnya. Ia lalu memutar tubuhnya untuk menatap Dante. “Aku juga sudah terlalu banyak merepotkan Jacob.”

“Aku tidak melihat Papa kerepotan selama kau tinggal di sini. Bahkan, Papa lebih banyak tersenyum karena rumahnya jadi ramai sejak kau dan Cali tinggal di sini.” Dante membantah dengan tegas, membalikkan fakta yang Natalia ungkap.

Natalia terkekeh. Untuk urusan tertentu, Dante terkadang memang tidak mau kalah.

“Tetapi aku rindu tinggal di apartemenku.”

“Dan kau yakin kau tidak akan merindukanku nantinya?” Dante masih tidak mau kalah.

Lagi, mulut Natalia kembali meledakkan tawa. Kali ini lebih keras dari sebelumnya. Ia lantas bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri Dante yang masih berada di atas ranjang.

“Kita tetap akan bertemu, Dante,” balas Natalia dengan gemas bersamaan dengan bokongnya yang jatuh di sisi ranjang, duduk menghadap Dante yang sedikit pun tak berpaling darinya.

Dante membetulkan posisinya, bangkit dari tidurnya dan duduk bersila di hadapan Natalia. Mulutnya yang terbuka pun siap membantah wanita itu kembali.

“Kita akan sama-sama sibuk, Nat. Kalau kita masih tinggal bersama, tidak akan sulit bagi kita untuk meluangkan waktu bersama.”

Natalia tak mengelak pada perkataan Dante barusan. Ia turut membenarkannya, tetapi ia benar-benar merasa tidak enak bila harus tinggal di mansion Jacob terus.

“Baiklah, kau boleh meninggalkan mansion ini,” kata Dante yang membuat Natalia buru-buru mengangkat kepalanya untuk menatap pria itu dengan sedikit ketidakpercayaan. “Dan pindah ke penthouse-ku. Bagaimana?”

Ternyata Dante membuat penawaran lainnya, benar-benar tak mengizinkan Natalia untuk kembali ke apartemennya. Dan usaha pria itu malah mengundang senyum geli menyambangi wajahnya. Dante bukan tipe orang yang mudah menyerah. Bahkan, cenderung memaksa. Sifat yang sampai saat ini masih tak juga berubah.

Natalia melepas handuk yang membungkus rambutnya. Lalu, menggosok benda tersebut di kepalanya yang masih sedikit basah. “Kalau aku tinggal di penthouse-mu, keutungan seperti apa yang akan kudapat?” tantangnya kemudian.

Dante menyeringai, tersenyum begitu lebar yang membuat hati siapa pun meleleh ketika melihatnya, termasuk Natalia tentunya. Dan pria itu belum menjawab, masih sok berpikir dengan jemari yang diusapkan pada dagunya. Padahal, Natalia tahu betul jika kepala Dante sudah menghasilkan berbagai rencana.

“Entahlah.” Dante mengedikkan kedua bahunya, tetapi bibirnya tampak menyimpan senyum misterius di dalamnya.

Natalia terbahak seraya menggeleng takjub. “Aku akan mengatakan hal ini pada Cali. Kalau dia setuju, kami akan tinggal di penthouse-mu,” jawabnya pada akhirnya, yang tak berujung pada penolakan selanjutnya.

“Serius?” Dante bertanya dengan sedikit teriakan saking kagetnya dengan Natalia yang tak lagi keberatan dengan usulannya.

Natalia menjawab hanya dengan anggukkan. Ia lantas bangkit berdiri, beranjak pergi ke walk in closet untuk menggunakan pakaian.

“Keputusan yang bagus,” ucap Dante dengan bibir yang mengukir senyum kemenangan. Lalu, ia pun turun dari atas ranjang, membuntuti Natalia dengan wajah berseri-seri.

“Kenapa mengikutiku? Aku ingin memakai baju, Dante,” protes Natalia saat menyadari Dante berjalan menyusulnya.

“Kenapa memangnya? Aku ingin menemanimu.” Dante tampak cuek.

Natalia berdecak heran. Begitu tiba di depan walk in closet, ia berhenti sejenak, berputar menghadap Dante dengan sebelah tangan yang naik ke atas sebagai perintah agar pria itu berhenti.

Okay, cukup sampai di sini. Silakan berbalik, Tuan Thompson.”

“Kau yakin tidak ingin kutemani?”

“Sangat yakin,” jawab Natalia penuh kesungguhan. Ia lantas memegang kedua pundak Dante dan memaksa pria itu untuk berbalik badan dan meninggalkannya.

Dante tertawa cukup keras, tetapi tetap mengikuti arahan Natalia. Lagipula ia sudah mendapatkan apa yang ia mau. Hanya tinggal menunggu keputusan Cali. Ah, tapi Dante yakin betul jika Cali akan langsung menerimanya.

Tak jauh berbeda dengan Dante, bibir Natalia pun tak ada habisnya menyunggingkan senyum gembira bahkan setelah ia berada di dalam walk in closet. Natalia pun sempat bersandar sebentar pada daun pintu begitu berada di dalam, menyentuh dadanya dan merasakan degup jantungnya yang bertalu kuat di dalam sana.

Natalia tak bisa menyangkal perasaan bahagia yang terus mengucur tanpa henti. Hubungannya dengan Dante pun sudah mencapai tahap yang lebih serius. Mereka tidak lagi bersama hanya untuk bersenang-senang. Apalagi sudah ada Cali di antara mereka.

Namun, Natalia melupakan satu hal karena terlalu terbuai dengan bahagia yang ia dapat. Ia melupakan janjinya pada seseorang di masa lalu, yang kini telah dilanggar olehnya. Dan Natalia juga lupa kalau Dante masih belum mengetahui alasan kenapa ia meninggalkan pria itu enam tahun yang lalu.

Dan nanti, saat Dante mengetahuinya, apa mereka akan tetap seperti ini?

Apa mereka akan baik-baik saja?

Apa cinta Dante untuk Natalia tak berbalik menjadi benci?

Entahlah. Natalia tak ingin memikirkannya terlebih dahulu. Ia masih ingin membebaskan perasaannya yang selama ini terkurung di sudut hatinya yang paling dalam.


••••

Random question guys, kalian lebih sering pake sosial media apa?

10 Juli, 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top