Bab 17
DOUBLE UPDATE! Hayuk diramein😘
Selamat membaca❤
••••
Seperti deja vu, pagi ini Natalia kembali bangun di dalam pelukan Dante. Mereka berada di atas ranjang yang sama. Di dalam selimut yang sama pula. Sebelah tangan Dante jatuh di atas perutnya, sangat posesif bahkan dalam keadaan tidur sekalipun.
Bedanya, mereka saat ini sedang berada di mansion Jacob. Tidak seperti sebelumnya, Natalia tak menyingkirkan lengan Dante dari tubuhnya. Ia tetap bertahan pada posisinya. Senyumnya begitu lebar. Perlahan tangannya bergerak mengusap punggung tangan Dante yang bisa dijangkaunya sembari memandang Cali yang terlelap di sampingnya.
Natalia jadi teringat akan kenangan mereka beberapa tahun silam. Ia selalu suka tidur di dalam dekapan Dante. Ada kenyamanan yang Dante berikan padanya, yang tak pernah ia dapatkan dari siapa pun setelah mereka berpisah.
Andai saja saat itu tak ada seseorang yang memaksanya untuk menjauhi Dante untuk alasan yang tak bisa ia sangkal, Natalia pasti tak akan pernah menggeser posisinya dari sisi Dante. Padahal, dulu ia bertekad kuat untuk membuat pria itu jatuh cinta padanya. Lalu, ketika tekadnya sudah tercapai, ia malah kebingungan sendiri.
Tetapi sepertinya Natalia sudah membuat keputusan yang tepat meski harus mengingkari janjinya sendiri. Ada banyak orang yang siap mendukung hubungan mereka, termasuk Jacob yang sejak dulu selalu memberinya topangan.
Natalia akan kembali pada Dante. Mencoba memperbaiki hubungan mereka yang tidak pernah terselesaikan secara jelas. Pelan-pelan ia akan membuka hatinya untuk pria itu walau sejujurnya tak susah untuk dilakukan karena sejak awal cintanya pada Dante tak benar-benar hilang.
Melongokkan kepalanya ke sisi kanan, Natalia mendapati jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia dan Dante akan sama-sama berangkat kerja pukul sembilan pagi. Ah, atau mungkin hanya dirinya saja. Dante butuh istirahat lebih setelah pulang dari rumah sakit.
Dengan gerakan yang begitu pelan, Natalia mencoba menjauhkan lengan Dante dari atas perutnya. Tetapi baru sekali dicoba, Dante malah semakin mengeratkan pelukannya. Disusul oleh gumaman pria itu setelahnya.
“Kau ingin pergi ke mana?” Suara serak khas bangun tidur milik Dante mengalun di telinga Natalia. Gerakannya sepertinya membuat pria itu terjaga.
Natalia yang tadinya ingin ke kamar mandi mengurungkan niatnya. Kembali berbaring, ia lantas mengubah posisinya menghadap ke arah Dante. Pria itu masih mencoba untuk membuka matanya. Berkedip beberapa kali yang malah terlihat lucu di mata Natalia.
“Selamat pagi.” Tak menjawab pertanyaan Dante sebelumnya, Natalia malah mengucap sapaan hangat pada pria itu.
Selagi menunggu kesadaran Dante kembali seutuhnya, Natalia memerhatikan wajah pria itu. Mulai dari matanya yang dilindungi oleh bulu mata yang panjang—bahkan lebih panjang dari miliknya. Lalu alis tebalnya yang tiap kali menukik tajam akan menambah keseksiannya. Hidung mancungnya yang selalu digunakan untuk menelusuri garis leher Natalia. Hingga bibirnya yang sedikit tebal di bagian bawah, yang selalu berhasil membuatnya seperti melayang ke langit ke tujuh bila sudah menyentuh tubuhnya.
Ya, Tuhan! Natalia benar-benar merindukan itu semua. Dante tak pernah berubah. Wajahnya masih setampan enam tahun yang lalu. Bahkan, saat ini pria itu malah terlihat semakin hot.
Natalia menangkupkan satu tangannya pada wajah Dante. Telapaknya merasakan bulu-bulu halus di sekitar rahangnya yang kokoh. Tepat saat itu pula Dante benar-benar telah membuka matanya, menampilkan iris biru lautnya yang begitu hangat, yang berhasil melelehkan kebekuan di hatinya.
“Jam berapa sekarang?” tanya Dante setelah sebelumnya sempat berdeham pelan. Ia juga tampak menikmati usapan ibu jari Natalia di wajahnya.
“Jam tujuh. Aku harus bersiap-siap ke kantor.”
Dante mengambil tangan Natalia dari wajahnya. Membawanya ke bibirnya dan memberi kecupan panjang di punggung tangannya.
“Aku juga harus bersiap-siap,” ucapnya yang kemudian beranjak dari posisi tidurnya.
Dibantu oleh Dante, Natalia juga ikut duduk. “Kau akan bekerja?”
“Tentu saja. Aku sudah lama tidak ke kantor. Ada banyak pekerjaan yang menumpuk.”
“Tetapi kau masih harus beristirahat, Dante.” Kalimat Natalia terdengar memaksa dengan air mukanya yang menunjukkan kepedulian.
Dante menyentuh tengkuk Natalia. Tanpa ragu mengecup bibirnya. Hanya sekilas, sekaligus memastikan reaksi seperti apa yang akan wanita itu tunjukkan. Sedetik kemudian, bibir Dante menyunggingkan senyum kala Natalia tidak menolaknya sedikit pun.
“Aku baik-baik saja,” ucap Dante penuh keyakinan, yang lantas dapat dirasakan oleh Natalia hingga mau tak mau wanita itu hanya bisa mengangguk menyetujui.
Sebelum beranjak dari ranjangnya, Dante sekali lagi mencium Natalia, tetapi kali ini di keningnya. Ia lantas memutari ranjang, berhenti tepat di sisi Cali tidur. Sama seperti yang ia lakukan pada Natalia, Dante pun mengecup dahi Cali dengan hati-hati agar tidak membangunkan gadis kecil itu. Setelah itu, baru ia bergegas ke kamar mandi.
Apa yang Dante lakukan terekam jelas di mata Natalia. Melihat kelembutan pria itu pada dirinya dan Cali, membuat Natalia tak lagi ragu untuk kembali bersamanya.
••••
Aku sudah di depan.
Pesan singkat itu berasal dari Shopie. Mereka sudah mengobrol beberapa kali karena Shopie tak jarang menjenguk Dante sewaktu dirawat di rumah sakit. Dan ia baru tahu jika Shopie adalah istri dari Liam—salah satu sahabat Dante.
Sedikit banyak ia mengetahui tentang Shopie. Tentang bagaimana repotnya menjadi istri dari seorang billionaire super kaya seperti Liam. Ada banyak pengawal yang siap menjaganya selama dua puluh empat jam. Dan hal itulah yang Natalia rasakan saat ini.
“Maaf aku merepotkanmu,” ucap Natalia tak enak hati begitu ia sudah berada di dalam mobil Shopie, duduk di bagian belakang.
“Tidak apa-apa, Nat. Santai saja.” Shopie yang duduk di sebelah bangku kemudi melempar senyum ramah padanya. “Ah, iya, dia adalah Kyle. Yang aku ceritakan padamu tempo hari.” Shopie memperkenalkan Kyle yang saat ini tengah mengendarai mobil.
“Hai, Miss Dixon. Senang bertemu denganmu,” sapa Kyle kemudian.
Natalia balas tersenyum. “Natalia saja,” balasnya yang disambut anggukkan oleh Kyle.
“Aku tetap tidak bisa meninggalkan beberapa pengawalku, Nat. Kalau suamiku tahu, dia pasti akan sangat marah. Tapi kau tak perlu cemas, pengawalmu tidak akan ikut dengan kita. Jadi, mereka tidak akan melaporkan apa pun pada Dante,” kata Shopie panjang lebar.
Natalia menarik napas lega. Sangat berterima kasih pada Shopie yang mau repot-repot membantunya.
“Tetapi Kyle akan ikut masuk bersamamu. Hanya saja, dia akan duduk di meja yang berbeda,” tambah Shopie yang rupanya belum menyelesaikan ucapannya. “Aku tidak ingin mencari masalah dengan Dante.”
Natalia mengangguk patuh. Mengikuti semua saran Shopie karena wanita itu tampak lebih berpengalaman dibanding dirinya.
Siang ini, Natalia hendak bertemu dengan Daniel setelah beberapa kejadian yang menimpa mereka. Daniel juga sudah bersedia. Pertemuan ini tentu saja tanpa sepengetahuan Dante. Untuk itu, Natalia meminta bantuan Shopie untuk lepas sejenak dari pengawalnya. Beruntung wanita itu bersedia menolongnya.
Dan di sinilah ia sekarang, berada di restoran milik Daniel, duduk di bagian pojok yang masih bisa dijangkau oleh mata Kyle yang duduk tak jauh darinya.
“Hai, Nat.” Daniel akhirnya datang, mengambil duduk di hadapannya.
Natalia bisa merasakan Daniel agak berubah. Pria itu kelihatan seperti kurang istirahat. Kantung matanya juga sedikit menghitam.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Natalia yang menaruh sedikit perhatian pada pria itu.
“Seperti yang kau lihat.”
Natalia menggigit bibir bawahnya. Suara Daniel berubah dingin, tidak selembut biasanya. Dan Natalia tahu apa penyebabnya.
“Aku ... aku ke sini untuk membicarakan soal hubungan kita,” ucap Natalia terbata-bata. Sesekali ia membetulkan posisinya, tampak tak nyaman berada di bawah tatapan tajam Daniel.
“Jadi, kau lebih memilih pria berengsek itu daripada aku?” Daniel melipat kedua tangannya ke depan dada, menatap Natalia seakan wanita itu adalah mangsa yang siap diterkamnya.
Natalia mulai gugup, tetapi ia berusaha untuk tetap bersikap normal. “Ini bukan tentang aku yang akan berakhir dengan siapa, Daniel.”
“Lalu?” Daniel begitu menuntut.
Natalia menarik napas dalam-dalam sebelum bibirnya bergerak untuk menjawab pria itu. “Aku sungguh meminta maaf padamu. Kau juga tahu sejak awal kalau aku tidak mencintaimu sama sekali. Aku hanya berkata bahwa kita akan mencobanya. Dan sekarang, aku rasa itu sudah cukup. Aku tidak bisa bersamamu lagi, Daniel.”
Untuk sesaat Daniel hanya diam. Lantas, helaan napas panjang menguar dari mulutnya bersamaan dengan tatapan tajamnya yang perlahan mulai sirna.
“Kau mengakhiri hubungan kita karena pria itu? Pria yang bahkan baru kau kenal selama beberapa minggu?”
Natalia menggeleng. “Dante adalah masa lalu yang tidak pernah bisa kulupakan. Dia adalah ayah kandung Cali.”
Ekspresi Daniel menampilkan keterkejutan walau hanya sesaat sebelum berusaha untuk ditutupinya.
“Aku pikir itu sudah cukup jelas. Dan aku mohon, Daniel, jangan melakukan penyerangan apa pun lagi. Kemarin kau hampir menyelaki anakku.” Selesai mengutarakan kalimat tersebut, Natalia kemudian bangkit berdiri, hendak meninggalkan Daniel.
“Tidak akan, Nat. Aku tak akan membiarkanmu bersama pria itu,” tolak Daniel dengan tegas.
Urung melangkah, Natalia kembali menatap Daniel dalam posisi berdiri. “Ah, aku sepertinya melupakan sesuatu.” Merogoh tasnya, ia lalu mengeluarkan beberapa lembar foto Daniel yang sedang berhubungan badan dengan Janet. Diletakkannya foto-foto tersebut di atas meja agar bisa dilihat oleh pria itu. “Aku juga menyudahi hubungan kita karena itu. Aku tidak menyangka kau tega mengkhianatiku seperti itu. Walaupun aku tidak mencintaimu, tetapi rasanya tetap sakit saat mengetahui bahwa selama ini kau membohongiku.”
Selesai. Natalia langsung pergi setelah menyampaikan semua uneg-unegnya pada Daniel, meninggalkan pria itu yang kali ini tak lagi menutupi-nutupi kekagetannya sambil menatap foto-foto tersebut.
••••
29 Juni, 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top