Bab 11

Mau double update nggak, nih? Tapi tetep loh ya, syaratnya kudu diramein dulu kolom komentarnya😝

Selamat membaca!

••••

Sesaat setelah kabar tentang pertunangan Natalia muncul di media, Dante langsung menyuruh bawahannya untuk menurunkan segala berita yang berkaitan dengan Natalia. Entah berapa banyak uang yang sudah ia habiskan hanya untuk menyingkirkan berita tersebut.

Yang lebih menyebalkannya lagi, ternyata Thomps Media juga menaikkan berita tersebut. Dante geram dan langsung memberi peringatan pada jurnalisnya untuk tidak membuat berita apa pun yang berkaitan dengan Natalia.

Rupanya berita sialan itu sudah ramai sejak tadi malam, saat Daniel Espinosa melakukan wawancara dengan salah satu media dan membuat pengakuan bahwa Natalia adalah tunangannya.

Dante kecolongan. Tadi malam dirinya sedang sibuk menikmati waktu yang indah bersama dua perempuan yang dicintainya hingga berita itu menyebar luas dengan cepat tanpa sepengetahuannya. Meski sedikit terlambat, berita itu pada akhirnya lenyap dari media mana pun hanya dalam beberapa jam saja.

Selama beberapa hari ini, Dante tidak bisa tenang. Ia takut sewaktu-waktu Daniel akan kembali mengungkit tentang pertunangannya dengan Natalia. Dante yakin Daniel sadar jika berita tentangnya sudah hilang dari media.

Yang membuat Dante bertambah waswas adalah Daniel yang saat ini tengah menjadi juri di salah satu kompetisi memasak. Pria itu menjadi sorotan media karena dinilai memiliki penampilan yang memukau. Apalagi ketika memasak. Tidak heran jika Daniel mempunyai banyak penggemar. Bisa dibilang saat ini adalah masa gemilang dalam karirnya.

Tentu saja Dante tak akan membiarkan hal itu terjadi. Komentar yang ia lihat sebelum berita itu di-take down hanyalah pujian yang mengatakan bahwa Daniel sangat cocok dengan Natalia. Dante semakin dibakar api cemburu. Darahnya menggelegak saat Daniel mendapat simpati masyarakat atas hal yang dibencinya. Apalagi sampai melibatkan Natalia.

Maka dari itu, Dante mengusahakan cara agar Daniel tak wara-wiri di acara televisi lagi. Dan hal itu berhasil. Hari ini, ia mendapat informasi dari Negan bahwa pihak stasiun televisi yang menjadikan Daniel sebagai juri di salah satu kompetisi memasak sudah resmi memecat pria itu dari acara tersebut.

Namun, entah dari mana Daniel mengetahui bahwa Dante yang meminta pihak stasiun televisi untuk memecatnya. Karena tiba-tiba saja Negan mendapat telepon dari manajer Daniel dan meminta agar Daniel dipertemukan dengannya.

Dante dengan senang hati menerimanya. Ia sudah menjadwalkan akan bertemu dengan Daniel di jam makan siang. Dan di sinilah ia sekarang, duduk berhadapan bersama Daniel dengan senyum yang coba ia hadirkan di bibirnya.

“Jadi, ini restoranmu?” tanya Dante dengan mata yang menatap ke sekelilingnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

Berbeda dengan Dante, wajah Daniel saat ini tak menampilkan ekspresi apa pun. Terbaca jelas di kedua matanya yang menyimpan kebencian pada Dante.

Lagi pula, menurut Dante hal itu sangat wajar. siapa memangnya yang tidak membenci orang yang telah menghancurkan karirnya. Ia malah senang karena telah berhasil memancing emosi seorang Daniel Espinosa. Karena akan lebih mudah baginya menyingkirkan orang yang tak bisa mengontrol amarahnya sendiri.

“Katakan apa maumu.” Daniel sepertinya tak ingin berbasa-basi.

“Bukankah seharusnya aku yang bertanya seperti itu, Tuan Espinosa?” Dante menaikkan sebelah alisnya bersamaan dengan kedua lengan berototnya yang disilangkan di depan dada. “Kau seharusnya tahu bahwa setiap detik dalam hidupku sangat berharga. Beberapa menit bersamamu membuat uangku melayang dengan sia-sia.”

Perkataan tajam Dante rupanya semakin menyulut amarah Daniel. Rahang pria itu mengeras. Setiap urat di badannya seakan meneriakkan kemarahan.

“Kau menghancurkan karirku, dan aku tidak akan diam saja.” Suara Daniel penuh penekanan yang menyuarakan ancaman.

Gertakan Daniel malah dianggap lelucon oleh Dante. Pria itu tertawa geli dengan keheranan. Ancaman Daniel tak akan berhasil membuatnya ketakutan. Ini hanya awal. Kalau pria itu masih terus mencari gara-gara dengannya, maka Dante tak akan segan untuk melakukan yang lebih parah dari ini. Karena pada dasarnya, ia memang sangat ingin menyingkirkan Daniel dari hidup Natalia.

“Aku tidak peduli. Aku hanya ingin kau menjauhi Natalia. Dia milikku,” ucap Dante dengan tegas dan tersenyum mencemooh.

••••

Bertemu dengan Daniel membuat Dante membuang waktunya dengan sia-sia, tetapi ia cukup senang karena berhasil menunjukkan eksistensinya pada pria itu. Memperlihatkan pada Daniel bahwa ia lebih unggul dalam segi apa pun.

Dante melepas jasnya begitu ia memasuki penthouse-nya. Menyalakan lampu di sepenjuru ruangan selagi berjalan menuju kamarnya. Ia lantas mengendurkan ikatan dasinya dengan menarik secara asal. Jas ia buang ke sembarang tempat begitu tiba di dalam kamar.

Ia bersiap untuk mandi. Mungkin berendam akan sedikit membuatnya rileks. Urat-uratnya terasa menegang sejak beberapa hari ini. Ia terlalu sibuk mengurusi Daniel. Bahkan, Dante sampai tak sempat mengunjungi Natalia dan Cali. Sudah ada tiga hari mereka tak bertemu. Dan ia sangat merindukan keduanya.

Tatkala hendak membuka kancing kemejanya, bel penthouse-nya berbunyi. Gerakan Dante lantas terhenti. Dahinya berkerut dan mulai menebak siapa yang berkunjung ke rumahnya di malam hari seperti ini.

Mengurungkan niatnya untuk mandi, Dante pun beranjak menuju lantai utama penthouse-nya, melihat tamu yang berkunjung.

Kejutan datang untuknya. Natalia lah yang ternyata menekan bel penthouse-nya. Dante cepat-cepat membuka pintu untuk wanita itu, menyambutnya dengan senyum selebar mungkin.

Namun, bukan senyum balasan yang ia dapat, melainkan tamparan kuat yang mendarat di sisi wajahnya, yang tentu saja dilayangkan oleh Natalia.

Refleks Dante memegang bekas tamparan Natalia di wajahnya. Rasanya tidak terlalu sakit, ia hanya kaget. Selintas kebingungan melewati manik birunya, menatap Natalia dengan terheran-heran.

“Jangan mencampuri urusanku, Dante!” teriak Natalia kemudian. Dadanya terlihat naik turun karena napas yang tak beraturan. Begitu emosi sampai wajahnya memerah.

“Ada apa, Nat?”

Dante masih dibanjiri kebingungan. Di saat seperti ini, otaknya malah absen dan membuat pikirannya kian rumit.

“Kau yang membuat Daniel dipecat, kan?” Suara Natalia tak sekeras sebelumnya, tetapi masih terdengar jelas kemarahan di dalamnya.

Dante akhirnya paham apa yang membuat Natalia tiba-tiba datang dan langsung menghadiahinya sebuah tamparan. Semua ini ada sangkut pautnya dengan si berengsek Daniel.

“Masuklah, Nat. Kita bisa berbicara baik-baik.” Dante sedikit menggeser tubuhnya, memberi ruang pada Natalia untuk masuk ke dalam.

Sayangnya sambutan Dante tak ditanggapi dengan baik oleh Natalia. Wanita itu tetap bertahan pada posisinya.

“Jangan lakukan itu. Jangan melakukan hal yang bisa membuatku membencimu.” Natalia tak main-main dengan ucapannya. Matanya menyala penuh kesungguhan.

“Nat, please. Masuklah terlebih dahulu. Kita akan membicarakannya di dalam.”

Natalia masih berpegang teguh pada pendiriannya. Tidak tertarik sama sekali dengan tawaran Dante. Ia bahkan berniat untuk langsung pulang setelah ini.

“Aku tidak sudi untuk bertemu lagi dengan orang keji sepertimu. Aku membencimu.”

Perkataan Natalia sebelum wanita itu meninggalkannya membuat pertahanan Dante runtuh. Waktu seakan berhenti berdetak. Ia hanya terdiam kaku di sisi pintu yang terbuka. Dante tak dapat mendengar degup jantungnya sendiri ketika harapannya serasa dihancurkan begitu saja.

••••

Kasian Dante kerjaannya galau mulu🤣🤣

24 Juni, 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top