Bab 1

Masih sama kayak cerita I Kissed a Billionaire, cerita ini juga isinya mainstream romance dengan tema CEO yang uwu-uwu gitu wkwk. Dan cerita ini juga khusus untuk 17++ loh ya. Jadi, sekali lagi aku ingatkan, buat yang nggak suka sama cerita modelan kayak gini bisa mundur alon-alon😆

Okay deh itu aja. Selamat membaca❤

••••

Ini adalah hari yang bagus untuk beraktivitas di luar. Cuaca sedang bagus-bagusnya. Angin sepoi-sepoi terasa membelai wajah sehingga menimbulkan kesejukan tersendiri. Matahari yang masih kokoh di atas langit pun membuat orang-orang memilih untuk segera mencari aktivitas di luar, seperti halnya piknik. Apalagi hari ini adalah akhir pekan.

Hal yang sama pun dilakukan oleh seorang Dante Thompson. Pria yang baru berusia tiga puluhan awal itu sengaja datang ke lapangan golf. Bukan hanya untuk sekadar bermain golf saja tentunya, tetapi juga ingin bertemu sang ayah yang katanya sedang berada di sini.

Dengan celana santai dan kaus polos yang mencetak tubuh tegapnya, Dante berjalan dengan percaya diri untuk menghampiri sang ayah yang sudah tampak di matanya. Pria tua itu sedang duduk di pinggir lapangan bersama dua orang wanita muda seksi di sisi kiri dan kanannya.

Dante berdecak melihat kelakuan ayahnya yang masih saja suka bermain perempuan di usianya yang sudah setua itu. Dan ia pun tahu dari mana asal sifatnya yang juga suka bermain perempuan. Ibaratnya, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

“Hey, Pak Tua!” panggil Dante sekenanya sembari melepas kaca mata hitamnya lantas menyelipkannya di kerah kausnya.

Jacob Thompson langsung menoleh begitu mendengar suara sang anak yang sudah sangat ia hafal, terutama julukan kurang ajarnya itu. Dan bodohnya Jacob, kenapa ia mau-mau saja merespons panggilan tersebut.

“Anak kurang ajar.”

Dante hanya tersenyum miring, tak merasa bersalah sama sekali. Ia lantas mengusir salah satu wanita di sisi Jacob agar ia bisa duduk di samping ayahnya.

“Kalau kau ke sini hanya untuk membicarakan soal pekerjaan, sebaiknya kau pulang saja. Aku di sini untuk bersantai,” ucap Jacob sembari meremas-remas bokong salah satu wanitanya.

Dante berjengit melihat tingkah cabul Jacob. Untung saja wanita-wanita itu sudah dibayar mahal oleh ayahnya sehingga mau-mau saja diperlakukan seperti itu. Dante pun menyadari jika kedua wanita itu juga berusaha untuk menarik perhatiannya. Tetapi maaf saja, ia tidak selera dengan bekas ayahnya sendiri.

“Aku juga tidak ingin membahas soal pekerjaan,” sahut Dante kemudian. “Aku tahu dia sudah di sini,” lanjutnya dengan tatapan yang menerawang ke depan, memerhatikan beberapa orang yang sedang bermain golf.

“Natalia?”

Dante memalingkan pandangannya ke arah Jacob setelah pria tua itu terang-terangan menyebut nama seorang wanita yang sejak dulu dicarinya. Ia lalu menghela napas panjang dan kembali memamerkan senyumnya.

“Kau memang sengaja menyembunyikannya dariku, bukan?”

Jacob mengusir dua wanita yang sedari tadi menemaninya hanya dengan lambaian tangan. Tampaknya ia hanya ingin berbicara berdua dengan putranya tanpa didengar oleh orang lain.

“Tentu saja bukan. Itu keinginan Natalia sendiri.”

Dante mendengkus, jelas-jelas tak percaya dengan ucapan Jacob. Kalau tidak ada Jacob di belakangnya, ia mungkin sudah menemukan Natalia bahkan di minggu pertama wanita itu pergi. Sayangnya, kekuasaan Jacob lebih besar darinya sehingga orang-orang akan lebih patuh pada ayahnya ketimbang dirinya.

Oleh sebab itu, sekeras apa pun usaha Dante mencari Natalia, ia tak akan pernah mendapat hasil yang memuaskan. Kecuali jika Natalia memang sudah siap untuk menunjukkan dirinya sendiri, seperti saat ini.

Wanita itu telah kembali, dengan segala kejutan yang membuat Dante terus-terusan tersenyum seperti orang gila hanya karena melihat wajah Natalia muncul di banyak media cetak maupun elektronik. Termasuk media milik perusahaannya sendiri—Thomps Universal.

“Terserah. Yang penting saat ini aku sudah tahu di mana dia sekarang,” kata Dante yang kemudian bangkit dari duduknya. Ia lantas memakai kembali kaca mata hitamnya dan bersiap untuk pergi.

Sementara Jacob hanya tersenyum kecil, menyimpan sendiri rahasia yang tak Dante ketahui tentang Natalia sembari memanggil dua wanita bayarannya dan meminta mereka untuk memijat pundaknya.

••••

Malam ini Dante memiliki janji dengan ketiga sahabatnya—Liam, Elias, dan Zachary. Sekadar untuk melepas penat sekaligus berkumpul karena ternyata mereka sudah tidak pernah lagi bertemu untuk hangout dalam beberapa bulan ini.

Keempat pria itu sama-sama berkecimpung dalam dunia bisnis dan sudah sukses dengan karir mereka masing-masing sehingga sulit bagi mereka untuk sekadar bertatap muka dan mengobrol santai karena kesibukan yang begitu padat. Untunglah hari ini mereka sama-sama sepakat untuk mengosongkan jadwal dan meluangkan waktu untuk bersenang-senang bersama.

Dante adalah orang pertama yang hadir di kelab malam tempat mereka membuat janji. Ia sudah mereservasi VIP table di nightclub ini sebelumnya. Sehingga begitu sampai, ia langsung diarahkan menuju mejanya. Tampak sofa berbentuk L dengan meja di depannya. Dante pun segera mengambil duduk di sana.

Posisinya saat ini begitu strategis. Ia bisa melihat dengan jelas DJ yang sedang tampil dari sisi kanan. Sementara di depannya, ia langsung dihadapkan oleh lantai dansa yang belum terlalu ramai. Posisi yang seperti ini membuatnya lebih leluasa untuk menyaksikan bokong-bokong para wanita yang bergoyang di atas lantai dansa.

Selang beberapa saat, Elias datang dengan setelan formalnya yang masih lengkap. Pria itu adalah yang paling gila kerja di antara mereka. Bahkan, di saat akhir pekan seperti ini saja Elias masih sibuk dengan pekerjaannya.

Lalu, tak lama disusul oleh Zachary yang berpakaian lebih santai, serupa dengan Dante. Sementara Liam baru datang dua puluh menit kemudian, membuat ketiganya berdecak kesal karena pria itu terlalu lama.

Namun, rupanya Liam tidak datang seorang diri. Pria itu turut mengajak istrinya sehingga mengundang Dante untuk menampilkan wajah cemberutnya. Padahal, ia sudah mewanti-wanti Liam untuk tidak membawa anjing penjaganya.

Ah! Dante hanya berani mengatakan sebutan kurang ajarnya itu pada Shopie—istri Liam—di dalam hati. Kalau tidak, bisa habis ia dengan kemarahan Shopie yang sudah melebihi nenek sihir.

“Kenapa kau membawanya?” tanya Dante terang-terangan begitu Liam dan Shopie mengambil duduk. Pertanyaannya tentu saja langsung mendapat pelototan tajam dari Shopie.

“Memangnya kenapa?” Liam balas bertanya dengan santai seraya menuangkan alkohol ke dalam gelasnya. “Aku tidak akan pernah meninggalkan istriku sendirian di rumah kalau tidak untuk bekerja.”

Dante mendengkus sinis. Mengumpat di dalam hati sembari menyandarkan punggungnya pada sofa. Kalau ada Shopie, mana bisa ia membawa beberapa wanita ke sini. Bisa-bisa Liam akan langsung memenggal kepalanya. Padahal, dulu mereka selalu bersenang-senang dengan cara seperti itu.

Tetapi serius, Dante tidak membenci Shopie sama sekali. Ia malah senang dengan hadirnya wanita itu. Di awal, ia bahkan begitu kagum dengan kinerja Shopie sebagai jurnalis di perusahaannya. Namun, terkadang istri dari sahabatnya itu sangat cerewet dan itu cukup mengganggunya.

By the way, besok kau akan mewawancarai Natalia Dixon, kan?” Dante bertanya pada Shopie setelah sekian menit mereka hanya membicarakan soal bisnis.

Ya, obrolan keempat pria itu memang tidak pernah lepas dari yang namanya bisnis sekalipun mereka sedang bersantai seperti ini.

Shopie mengangguk sebelum meneguk minuman non-alkohol miliknya yang sengaja dipesan khusus untuknya karena wanita itu sedang dalam kondisi hamil.

“Kabari aku waktunya. Aku akan bergabung dengan kalian,” ucapnya kemudian.

Shopie membelalakkan matanya. “Kau akan ikut dengan kami? Untuk apa?”

“Aku juga sudah membuat janji dengan Natalia Dixon. Jadi, sekalian saja,” jawab Dante dengan senyum setengahnya.

Sementara Shopie hanya menanggapinya sambil lalu. Tampak tidak peduli dengan Dante dan urusannya.

Dan Dante rasanya sudah tidak sabar menunggu hari esok. Entah malam ini ia bisa tidur dengan nyenyak atau tidak. Pikirannya tak bisa beralih dari Natalia.

Dante sangat merindukan wanita itu. Wanita yang pergi begitu saja dari hidupnya. Tanpa alasan yang jelas dan tanpa sepatah kata pun.

••••

Semoga suka sama cerita ini❤❤

15 Juni, 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top