Part 8: Masa Lalu
Yuhuuuu! Pangeran Varsavi update lagi😍😍😍😍
Yukkk komennya 90, besok aku lanjut lagi😍 besok double update deh ehehe
Oh iya, nanti aku jelasin bedanya kenapa si Varsavi kadang dipanggil Varsavi dan Ilzksarion ya ehehe ada di chapter selanjutnya kok ^^
•
•
Glowena dan Medina duduk berhadapan dengan Ilham dan Gina. Kepulan asap teh hangat menguasai udara, mengisi kekosongan selama hampir sepuluh menit. Medina dan Gina paling rutin memperhatikan ketika Ilham tak berhenti memamerkan senyum sambil memandangi Glowena. Orang asing pun pasti akan segera menyadari tatapan Ilham pada Glowena.
"Sori interupsi lomba tatap-tatapan kalian berdua, tapi saya mau lihat Pangeran Ilzksarion. Di mana dia?" sela Gina.
Medina bangkit dari tempat duduknya dengan cepat, lalu mengarahkan tangannya pada jalan menuju kamar tamu. "Di kamar tamu, Mbak. Ayo, saya antar." Tidak ingin mengganggu, Medina berusaha mengajak Gina menyingkir dari sana—beruntungnya Gina segera paham akan siasatnya dan pergi meninggalkan keduanya di ruang tamu.
Setelah tinggal berdua, Glowena langsung bertanya tanpa basa-basi. "Rabine Ruudh yang kamu ciptain... itu kenapa—"
Ilham yang seakan tahu mantannya akan mengatakan apa langsung menyela, "Rabine memang duplikat kamu. Aku ciptain karakter Rabine karena ingat kamu."
"Hah?" pekik Glowena. Dia spontan bertolak pinggang di tempatnya. "Jadi maksud kamu, aku pantas jadi pemeran antagonis gitu? Seharusnya tuh kamu jadiin aku tokoh utama, bukan tokoh antagonis kalau memang ingat aku!"
"Apa kamu tau ending dari cerita yang aku buat nanti?"
"Tau! Aku bakal mati di tangan Pangeran Ilzksarion."
Ilham menarik senyum santai. "Aku nggak mau beberin, tapi karena kamu udah marah duluan jadinya aku kasih tau. Rabine jodohnya Pangeran Dal. Sementara Ilzksarion akan bersama Putri Moara."
Glowena mengangkat satu alisnya. "Hah? Gimana maksudnya?"
"Judulnya Pangeran Dal dan Putri Moara itu maksudnya kisah cinta mereka masing-masing. Rabine memang mengubah batu kalung Ilzksarion, tapi nanti akan ada konflik yang membuat mereka berpisah. Begitu pula dengan hubungan Pangeran Dal dan Putri Moara."
"W-what?!" Glowena semakin tidak mengerti jalan pikiran mantannya. "Kamu nih rumit banget ya. Kenapa harus dipisahin kalau Rabine dan Ilzksarion sama-sama antagonis? Kenapa..." Lalu, dia menahan bibirnya sejenak. Sejenak dia terhenyak. Wajah Rabine dibuat mirip dengannya, sementara Pangeran Dal seperti duplikat mantannya itu. Apa ini berarti Ilham ingin duplikat mereka bersatu di dunia komik ciptaannya? Namun, rasanya amat mustahil membayangkan hal semacam itu.
"Kenapa kamu mau satuin mereka?" lanjut Glowena.
"Anggap aja mewujudkan harapan yang pupus. Harapan kita bisa bersama," jawab Ilham santai.
"Eh?! Kamu––"
"Kenapa kamu menolak lamaran saya waktu itu? Kamu lebih memilih putus," potong Ilham lebih cepat.
Glowena diam sebentar. Kenapa? Tentu dia punya alasan. Namun, dia tidak ingin memberitahu Ilham. Bukan karena laki-laki itu kurang baik atau dia belum siap, tapi ada alasan yang sulit dia jelaskan. Bahkan, jika dibandingkan dengan Breando, sosok Ilham jauh lebih dari kata 'baik'. Ilham tipe idamannya.
Sebenarnya Glowena ingin menikah saat umurnya 25 tahun, tapi karena ada hal yang tidak bisa dihindari maka harapannya hanya sebatas angan-angan karena sekarang umurnya sudah 28 tahun. Ini semua terjadi karena dia menolak Ilham. Andai tidak menolak, mungkin dia sudah bahagia dan punya anak. Mantan pacarnya setelah Ilham yang bernama Breando itu selingkuh dan tidak pernah berniat menikahinya. Dan begitulah kisah cinta menyedihkan versinya terjadi.
"Itu udah masa lalu. Aku nggak mau bahas masa lalu," tegas Glowena.
"Nggak apa-apa, saya tunggu sampai kamu mau cerita alasan menolak."
Glowena tak bisa berkata apa-apa. Dia tidak akan cerita. Dia akan membawa rahasia itu sampai mati. Ya, semoga saja.
Dalam hitungan detik suasana kembali hening. Glowena terus menghindar ketika Ilham tak berhenti menatap. Walau sudah tiga tahun berpisah dengan Ilham, tapi debaran yang dia rasakan masih tetap sama.
"You are still beautiful, Glow," puji Ilham.
Dalam hati Glowena menyahuti, iya, tau. Lo bahkan keliatan lebih ganteng dari Pangeran Dal. Duh, sialan amat itu muka harus secakep itu!
"Kamu tau, saya––"
"Mas Ilham, ini yang aku maksud kemarin," sela Gina memotong kalimat Ilham yang belum selesai diucapkan.
Ilzksarion muncul bersama Gina dan Medina. Sementara itu, Glowena spontan berdiri dan menjauhi tempatnya seolah tahu ke mana Ilzksarion akan duduk. Glowena memilih berdiri di samping Ilham. Dan Ilham langsung menarik tangan Glowena sampai terduduk di sampingnya.
"Pangeran Varsavi, ini komikus yang menciptakan kamu. Namanya Ilham," jelas Gina.
"Wajahnya mirip adik saya," kata Ilzksarion. Segera setelah pertama melihat Ilham, dia merasa wajahnya Ilham semirip adiknya.
"Pangeran Dal memang duplikat saya," balas Ilham dengan senyum ramah. Kemudian, dia merangkul pundak Glowena. "Sementara calon istri saya ini duplikat Rabine."
"Ih... apa-apa..." Glowena mengatup mulutnya. Dia takut saat matanya tak sengaja menatap Ilzksarion. Mungkin lebih baik mengiyakan ucapan Ilham supaya dia tidak bertemu dengan Ilzksarion. Sialnya bibir terkunci rapat dan kepalanya tidak mengangguk sama sekali.
"Glowena calon istri saya," kata Ilzksarion dengan sorot mata tajam mengisyaratkan ketidaksetujuan dan peperangan. Dia tidak suka Ilham menyentuh yang dia miliki. "Lihat jari manisnya. Glowena punya saya."
Ilham melirik jari manis Glowena seperti yang dikatakan Ilzksarion. Di sana tersemat cincin yang dia gambarkan di komik––cincin yang akan Ilzksarion berikan untuk Rabine di masa mendatang. Lebih tepatnya bayangan akan momen itu masih di angan-angan dan belum Ilham gambar.
Medina yang menyadari hawa peperangan sengit buru-buru menginterupsi. "Ilham, gue mau tanya. Kenapa lo bikin Glowena sebagai Rabine? Jahat tau. Dia hampir mati karena dicekik Pangeran Varsavi. Yang menyelamatkan Glowena itu cahaya dari kalung dan cincin yang mereka pakai."
"Kalung dan cincinnya bercahaya? Wow! Aku pikir hal kayak gitu nggak bisa jadi nyata di sini," sela Gina.
"Memangnya kegunaan cahaya itu apa, Mbak?" tanya Medina.
"Coba kamu baca ulang chapter tiga puluh. Di sana ada penjelasannya," jawab Gina.
"Oke, Mbak. Terus ini gimana pulangin Varsavi? Jujur aja, saya nggak paham kenapa manusia komik bisa nyasar ke dunia ini," tanya Medina lagi.
"Saya nggak mau pulang," tolak Ilzksarion.
"Kamu akan pulang," sahut Ilham. "Saya akan mencari cara supaya kamu pulang ke tempat kamu."
Medina buru-buru menyela, "Gimana caranya?"
"Waktu itu ada yang mengirim saya batu permata biru. Saya pikir itu hadiah dari penggemar jadi saya terima dan pajang di kamar. Entah bagaimana saat saya sedang menggambar momen Varsavi ditusuk Rabine, batu permata itu memancarkan cahaya. Setelah itu, saya buat Varsavi ditinggalkan tenggelam di sungai. Batunya kembali menyala. Kejadiannya dua minggu lalu. Dan ternyata saya dengar kabar Varsavi muncul di sini," jelas Ilham.
Glowena langsung menoleh. "Terus batunya di mana? Itu bisa dipakai untuk memulangkan, kan?"
"Batunya pecah nggak sengaja kesenggol siku saya," jawab Ilham.
"Apa?! Pecah?!" Glowena menjambak rambutnya kuat-kuat. "Ya, Tuhan... terus gimana manusia bengis ini pulang?"
"Untuk saat ini saya nggak tau. Tapi nanti saya akan cari tau segala cara." Ilham mengusap kepala Glowena supaya lebih tenang. "Kamu tenang aja."
Ilzksarion yang sejak tadi memperhatikan kedekatan Ilham dan Glowena semakin kesal. Rasa kesalnya bertambah saat wajah Glowena memerah. Karena kesal, Ilzksarion spontan membalik meja sampai dua cangkir yang ada di atasnya pecah dan airnya tumpah membasahi lantai.
"Jangan mencari cara karena saya nggak mau kembali," ucap Ilzksarion dengan nada dingin.
Medina, Glowena dan Gina bergidik takut. Berbeda dengan Ilham yang tampak santai. Setelah itu Ilzksarion pergi meninggalkan ruang tamu dan kembali ke kamarnya tanpa sepatah kata.
"Mas, itu gimana? Galak banget itu gambar buatan kamu," tanya Gina takut.
"Dia galak karena takut." Ilham melirik Glowena yang juga kebetulan sedang melihat ke arahnya. Perlahan, dia mendekati telinga Glowena dan berbisik, "Sepertinya sainganku kali ini karakter buatanku sendiri. I still love you, Glow."
👑👑👑
Medina menginap di apartemen Glowena untuk beberapa hari ke depan sampai Glowena merasa tidak takut lagi dengan sosok Ilzksarion. Setelah kekacauan beberapa jam yang lalu, akhirnya dia dapat menonton lakorn Thailand sambil menikmati popcorn caramel. Glowena sendiri jatuh terlelap di kamar.
"Duh, Bright cakep banget!" komentar Medina saat menonton aktor Thailand favoritnya.
"Glowena masih takut?"
Medina yang kala itu sedang fokus langsung terlonjak kaget mendengar sapaan Ilzksarion. "Astaga, Tuhan! Mas Sapi ngagetin aja." Dia mengusap-usap dadanya yang berdetak lebih cepat karena kaget. Suara langkah kaki Ilzksarion hampir tidak terdengar jadi dia tidak menyangka laki-laki itu sudah berada di sampingnya. "Masih, Mas. Jangan dideketin dulu."
"Sampai kapan?" tanya Ilzksarion.
"Entahlah. Glowena punya trauma soal dicekik," jawab Medina. Melihat raut wajah ingin tahu yang tercetak jelas di wajah Ilzksarion, dia melanjutkan, "Orangtua Glowena meninggal waktu dia kecil. Dia anak semata wayang. Terus Glowena tinggal sama pamannya, tapi dia mendapat perlakuan yang nggak baik. Pamannya selalu mencekik dia kalau berbuat salah. Hal itu terjadi berulang dan Glowena hampir mati karena dicekik itu. Kemarin Glowena ketakutan karena teringat kejadian yang dilakukan pamannya."
Ilksarion baru mengetahui hal ini. Ada perasaan yang sulit dijabarkan yang tiba-tiba muncul menyapa hatinya. "Di mana pamannya sekarang?"
"Meninggal karena ketabrak kereta. Glowena akhirnya tinggal sama keluargaku, Mas. Dia nggak punya siapa-siapa. Tolong jangan sakiti Glowena. Dia sering disakiti orang-orang."
"Bagaimana dengan Ilham?" tanya Ilzksarion.
"Dia baik banget sama Glowena. Tapi ya... ada alasan Glowena nggak bersama dia. Saya nggak bisa kasih tau, Mas Sapi." Medina menarik senyum tipis berharap Ilzksarion menganggap ucapannya serius.
Ilzksarion mengangguk. "Terima kasih. Saya kembali ke kamar sekarang," pamitnya pelan.
Tidak langsung ke kamar, Ilzksarion mampir lebih dulu ke kamar Glowena. Dengan langkah pelan, dia mendekati bibir ranjang dan duduk setelahnya. Pelan tapi pasti Ilzksarion membelai pipi Glowena dengan ibu jarinya.
Dia memandangi wajah Glowena saat tertidur. Dia baru saja mendapat cerita masa lalu Glowena. Rasa bersalah semakin kuat menguasai hatinya. Di balik senyum dan cerewetnya sosok Glowena, rupanya tersimpan rahasia gelap yang ditutupi sempurna.
"Maaf saya sudah menyakiti kamu," ucapnya pelan.
Sebelum pergi, dia lebih dulu mencium kening Glowena. Cukup lama. Setelah merapikan letak selimut Glowena dengan benar, barulah dia meninggalkan kamar membiarkan Glowena menikmati tidurnya.
👑👑👑
Jangan lupa vote dan komen semuanya😘😘❤️❤️
Follow IG:anothermissjo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top