#4

(y/n), Erwin dan Levi masuk kedalam kereta kuda dan melakukan perjalanan menuju rumah Erwin.

"Tuan Erwin, saya harap Anda ingat," ucap (y/n) mengingatkan Erwin dengan melirik kearahnya.

Flashback

Sebelum Erwin dan (y/n) pergi ke ruang makan, (y/n) mengatakan pada Erwin bahwa dia harus menjaga rahasia bahwa (y/n) bukan berasal dari dunia ini.

Flashback End

"Tenang saja, itu sudah termasuk dalam perjanjian kita," sahut Erwin tenang sambil menutup matanya.

"Perjanjian apa?" tanya Levi yang duduk disebelah Erwin sambil menyilangkan tangannya.

"Anda ingin tahu tuan?" tanya (y/n) balik, entah kenapa (y/n) suka sekali menanyakan hal tersebut kepada Levi seakan akan ingin menggoda Levi agar Levi kesal.

"Tidak."

Dan setiap mendengar jawaban Levi, (y/n) selalu tertawa kecil melihatnya. Dia suka melihat Levi yang terlihat kesal.

"Lalu, kita akan pergi kemana?"

"Kita akan pergi ke rumahku," jawab Erwin yang dari tadi hanya mendengarkan bak obat nyamuk.

"Untuk apa? Melamar (y/n)?" tanya Levi menatap Erwin dengan wajah yang tidak senang.

"Pfttt!!!" ucap (y/n) menahan ketawa nya yang sedari tadi ingin tertawa karena pertanyaan Levi.

"Tentu tidak tuan, tidak mungkinkah saya nikah dengan tuan Erwin. Nanti dikira pedofil lagi."

"Pedofil? Apa itu?" tanya Levi lagi menatap (y/n) dengan tatapan yang tidak tahu.

"Geez, why he so cute?" (y/n) terkekeh menatap Levi dan menyeka ujung matanya yang mengeluarkan air mata.

"Apa? Cut? So?"

"P.. Pftt!! T.. Tidak j-jangan dihiraukan." hampir saja (y/n) kelepasan tertawa karena melihat Levi yang begitu lucu ketika kebingungan.

Erwin yang mendengar itu semua seperti obat nyamuk yang berada di antara pasangan kekasih #plakk :v

*************☆☆☆☆☆*************

Levi, (y/n) dan Erwin sudah sampai di rumah sang komandan, langsung saja Erwin memasuki rumah tersebut disusul oleh Levi dan (y/n) dibelakang.

"Apa kau tau dimana letaknya?" tanya Erwin berbalik menatap (y/n).
(y/n) mengangguk seraya mengerti apa yang ditanyakan oleh Erwin, dan langsung saja (y/n) berjalan ke suatu pintu yang ternyata di dalam pintu tersebut adalah ruang kerja ayah Erwin.

"Tuan, apa boleh saya menghancurkan sesuatu disini?" tanya (y/n) menatap Erwin serius. Matanya terlihat bersinar karena cahaya bulan yang menembus jendela. Ruangan itu tentu saja gelap.

"Menghancurkan? Asal bukan sesuatu yang penting kurasa tidak apa apa."

"Terimakasih dan maaf," ucap (y/n) memejamkan matanya sebentar lalu menghentakkan kakinya keras sehingga membuat lantai yang di injak oleh (y/n) hancur menjadi kepingan kepingan kenangan eh kepingan kecil.

Levi dan Erwin terkejut melihat apa yang dilakukan oleh (y/n) karena tak mengira apa yang dilakukannya yaitu menghancurkan lantai yang begitu keras.

Langsung (y/n) menyingkirkan puing puing lantai kayu tersebut dan menemukan sebuah kotak. Kemudian dia langsung membuka kotak tersebut dan didalamnya terdapat sebuah buku.

"Tuan, ini bukunya," ucap (y/n) memberi Erwin buku yang dipegang oleh (y/n).

"Kau tidak mau membacanya?" tanya Erwin setelah mengambil buku tersebut dari tangan (y/n).

"Tidak sopan jika saya membacanya ketika pemiliknya masih ada. Terlebih, ini adalah buku yang ayah tuan tulis."

"Tidak, tidak apa apa jika kau membacanya. Aku ingin melihat seperti apa tanggapan mu tentang buku ini." Erwin memberikan kembali buku tersebut ke tangan (y/n). Sampul buku itu terbuat dari kulit. Buku itu terlihat begitu tebal, daripada dibilang buku, itu terlihat seperti jurnal.

"Terima kasih."

"Hanya untuk mengambil sebuah buku kita disini?" tanya Levi menatap Erwin dan (y/n) dengan alis yang terangkat satu.

"Buku ini bukan sembarang buku tuan Levi."

"Sudahlah, kita kembali sekarang," sela Erwin menghentikan pembicaraan diantara (y/n) dan Levi.

Dan mereka bertiga langsung pergi lagi ke markas menggunakan kereta kuda.

*************☆☆☆☆☆*************

Ketika di perjalanan, tanah menjadi sangat licin dan basah karena sebelumnya hujan deras.

"Erwin- danchou sepertinya kita tidak bisa melakukan perjalanan karena beban yang dibawa para kuda ini terlalu berat," ucap kusir sekaligus anggota survey corps di depan.

"Lalu, bagaimana agar kita bisa melanjutkan perjalanan?" tanya Erwin di dalam kereta berusaha untuk menenangkan keadaan karena keadaan pada saat itu begitu menegangkan. Ditambah beberapa petir yang beberapa kali terdengan dan kilatan cahaya yang begitu mendukung.

"Kita harus mengurangi beban."

"Tch bagaimana ini?" tentu saja kali ini Levi berkomentar dengan ekspresi jengkel karena dia begitu membenci hari hujan.

"Lebih baik saya saja yang turun, sebentar lagi juga sampai. Iyakan?" tanya (y/n) menatap Erwin dan Levi secara bergantian.

"Apa? Tidak. Apa yang terjadi jika seorang gadis pergi larut malam seperti ini. Terlebih pada cuaca yang seperti ini." Erwin menolak apa yang dikatakan oleh (y/n). Bagaimana pun juga, dia adalah seorang gadis yang diselamatkan oleh survey corps.

"Jika seperti ini terus, kita tidak akan sampai jadi biarkan saya yang turun. Lagipula lokasi markas tidak jauh lagi." (y/n) terus menerus meyakinkan Erwin agar dia turun karena tidak ingin menjadi beban. Dia bukanlah berasal dari dunia itu dan dia bukan karakter yang ada disitu. Tidak seharusnya dia berada didunia itu.

"Tch, kalau begitu aku ikut denganmu." Levi menyilangkan tangannya sambil menatap tajam kearah (y/n).

"E... Eh? Tidak perlu tuan. Anda bisa pergi dengan tuan Erwin agar bisa sampai ke markas terlebih dahulu," tolak (y/n) menatap Levi dengan sedikit keringat dingin.

Erwin membuang nafas kasar sebelum mengatakan sesuatu, "Yasudah, mau bagaimana lagi. Levi temanilah (y/n) turun disini. Dan kembali lah ke markas."

"Tanpa kau suruh pun akan ku lakukan."

"Apa?"

"Tidak," ucap Levi segera membuang mukanya karena merona tak sadar akan ucapan nya tadi.

"Kalau begitu, tuan Erwin buku ini saya kembalikan lagi pada Anda," ucap (y/n) memberikan buku tersebut ke Erwin

"Aku menunggu kalian berdua kembali ke markas," ucap Erwin lalu di jawab (y/n) dengan anggukan dan senyuman kecil.

"Baiklah, kalau begitu tuan Levi, ayo turun."

"Hn" jawab Levi singkat dan tetap mengalihkan pandangannya dari (y/n).

Lalu (y/n) dan Levi turun dari kereta kuda tersebut dan langsung saja kereta itu bergerak menjauh.

"Baiklah, sekarang apa yang perlu kita lakukan?" (y/n) menepuk kedua tangannya sambil berpikir.

"Berjalan menuju markas," jawab Levi singkat, jelas nan padat.

"Tuan, Anda benar benar sangat lucu yaa?" (y/n) berjalan mendahului Levi dan itu membuatnya menjadi kebingungan.

"Apanya yang lucu?" tanya Levi menyamakan jalan nya dengan (y/n). Memasang ekspresi datar tapi terdengar jelas dari suaranya yang tajam kalau dia juga tidak peduli.

"Sikap Anda yang terkadang datar dan dingin namun bisa juga tersenyum seperti di kereta tadi," jawab (y/n) terkekeh dan berhasil membuat Levi membuang mukanya karena mukanya memerah.

Tiba tiba hujan deras turun membuat keduanya basah dan segera mencari sebuah tempat yang bisa membuat mereka berteduh.

"Tch dasar hujan." gerutu Levi setelah menemukan Gua yang bisa mereka pakai agar terhindar dari hujan.

"Tuan, Anda tidak lapar?"

"Aku lapar tapi tidak ada makanan disini."

"Sekarang jam 9," gumam(y/n) melihat jam ditangan kirinya dan hujan tetap saja deras.

"Apa itu?" tanya Levi mendekati (y/n) sangat sangat DEKAT!

"E.. Ehmm ini jam tangan." (y/n) langsung menatap kebawah. Asal kalian tau, saat ini (y/n) rasanya ingin sekali berteriak karena mukanya memerah malu.

"Angkat mukamu," titah Levi dan (y/n) menuruti Levi dengan sedikit ragu.
Muka Levi dan muka (y/n) sangat dekat sehingga nafas Levi bisa dirasakan oleh (y/n)

"T.. Tuan? Anda ingin makan apa?" tanya (y/n) menatap Levi sehingga (y/n) bisa melihat pantulan dirinya di manik mata milik Levi.

"Kau tau? Sudah lama tidak ada yang bertanya padaku ingin makan apa," ucap Levi memeluk (y/n) dan mengusap kepala (y/n).

(y/n) terkejut karena Levi memeluk (y/n) apalagi mengusap kepalanya dan lebih terkejut nya lagi (y/n) merasakan Levi sangat panas.

"T.. Tuan, sepertinya Anda demam," ucap (y/n) melepaskan pelukannya dan meletakan punggung tangan (y/n) ke dahi Levi.

Dan benar saja, Levi demam. Mungkin karena hujan dan angin yang menusuk sampai ke tulang.

"Tidak mungkin, masa kapten seperti diriku demam hanya karena hujan," bantah Levi pelan dan tak bisa lagi menahan kakinya dan dengan segera
(y/n) menahan Levi agar tidak jatuh.

"Jangan membantah," ucap (y/n) meletakkan Levi agar bersandar di dinding.

"Coba kita lihat, apa saja yang kubawa dari markas sebelum pergi," ucap (y/n) merogoh tas yang dibawanya dan dikeluarkan nya semua yang ada di dalam tas tersebut.

"Beras satu kantong, air, garam sama daun salam untung pas sebelum masuk dunia isekai kebawa gara gara buru buru pas mau masak di dunia real. Terus panci sama mangkuk satu lagi sendok. Ok semuanya complete," gumam (y/n) melihat lihat barang yang dibawanya.

"Itu apaan coba bawa bawa alat masak." Harumi

"Sedia lebih dulu biar ada kejadian kaya gini gk ribet." (y/n)

"Emang itu tas muat sama panci sama mangkuk?" Harumi

"Iyalah, panci sama mangkuk nya juga kecil." (y/n)

"Terserah:)" Harumi

Emang ada gitu bisa kebawa masuk kedunia isekai? - Harumi

Langsung saja (y/n) menyalakan api dengan menggesekkan kayu dengan kayu yang lainnya sehingga api menyala.

(y/n) langsung memasak bubur tersebut dan setelah masak, (y/n) langsung membangunkan Levi agar bangun dari tidurnya.

"Tuan Levii," panggil (y/n) menggoyangkan lengan Levi sedikit.

"Hngh," erang Levi karena merasa ada yang mengganggu tidurnya. Dan ketika sudah bangun, Levi memasang wajah seperti bertanya 'ada apa'.

"Tuan, jika Anda memakan ini. Saya jamin 100% Anda akan sembuh!" seru (y/n) menyodorkan mangkuk berisi bubur ditangannya.

"Jangankan mengambil itu, bergerak saja rasanya sangat berat." terdengar desahan berat dari Levi dan memalingkan wajahnya.

"Kalau begitu mau saya suapi?" tanya (y/n) tanpa ragu sambil menatap serius Levi.

"Tidak, aku tidak ingin makan saat ini. Rasanya selera makanku tidak ada."

"Kalau makan ini, pasti selera makan Anda kembali." (y/n) tetap berusaha meyakinkan Levi agar dia memakan bubur yang telah dia buat sebelumnya.

"Tidak."

"Buka mulutmu," ucap (y/n) ketika sendok tersebut tepat berada di depan Levi.

"Sudah kukatakan tid--" ucapan Levi terpotong karena (y/n) langsung memasukkan sendok berisi bubur ke mulut Levi.

"Apa ini?" tanya Levi menelan bubur tersebut. Terlihat matanya sedikit berbinar melihat kearah mangkuk yang dipegang oleh (y/n).

"Bagaimana rasanya?"

"Rasanya mudah sekali ditelan dan rasanya enak sekali." Levi menjawab dengan jujur. Dia tidak berbohong! Selara makan nya terlihat kembali.

"Mau lagi?" tanya (y/n) dan Levi hanya mengangguk sampai bubur tersebut habis.

"Sekarang istirahatlah terlebih dahulu agar demamnya hilang," ucap (y/n) membenarkan selimut milik (y/n) di badan Levi.

TBC



Revisi : Rabu, 18 September 2019.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top