The past
Kehidupan kami setelahnya begitu penuh cinta, tidak ada bayang bayang Virginia yang menghalanginya. Aku sudah ikhlas atas perlakuannya kepadaku dan aku tidak menceritakannya kepada siapapun, kecuali Karina tentu saja. Karina yang berpikir dewasa itu yang meredam amarahku terhadap perlakuan Virgiania padaku semasa hidupnya.
" Sudahlah mas. Dia sudah tiada, biarkan dia tenang disana. Tidak usah juga menceritakannya kepada siapa pun. Biarkan itu menjadi cerita dimasa lalu."
Ucapan lembut itu yang membuatku meredam semua kesal dan amarahku. Aku bersyukur mendapatkan wanita seperti Karina. Aku tidak salah memilih.
" Terima kasih cantik. Aku sayang istriku."
Wanita itu tersipu, menambah kecantikannya terpancar sempurna. Aku selalu saja terpesona dengan semua yang ada didirinya. Sejak pertama kali aku melihatnya, aku tahu ada sesuatu didirinya yang begitu menarik.
Pagi ini hari terakhir Karina bekerja. Aku tentu saja senang. Dia akan seutuhnya menjadi istriku, yang hanya menungguku dan melayaniku. Egois memang. Tapi aku memang ingin dia di rumah saja. Aku tidak mau berbagi perhatiannya dengan tugas tugas di perusahaannya. Apalagi kami pun berencana segera memiliki keturunan. Cukup aku dan anak anakku nanti yang mendapatkan perhatiannya tidak yang lain. Aku tidak peduli jika orang lain berkata aku egois atau mengekang. Aku tidak peduli dan Karina sendiri tidak keberatan.
Setelah mengantar Karina, aku bergegas menuju kantor. Ada meeting penting yang harus kuhadiri pagi ini. Aku bersemangat untuk segera memulainya dan menuntaskannya ketika makan siang. Lalu akan menjemput istri cantikku itu makan siang. Entahlah setelah bertemu Karina, aku selalu merasa begitu bersemangat.
Meeting kali ini ternyata tak sesuai dengan rencanaku, sampai lewat makan siang, belum juga didapat kata sepakat. Aku terpaksa mengirim pesan untuk Karina.
Sayang, maaf aku tak bisa menjemputmu makan siang, meetingnya belum beres. Aku jemput sore ya..Aku cinta kamu cantik.
Setelah menunggu hampir lima menit aku mendapat balasan pesanku. Aku tersenyum membacanya.
Okay sayangku, semangat meetingnya. Walaupun aku kangen, aku akan menunggu kamu menjemput nanti sore. Aku juga cinta suami gantengku.
Setelah selesai dengan meeting dan membereskan arsip arsip yang harus segera ditanda tangani, aku bergegas melajukan mobilku ke tempat kerja Karina.
Kuparkirkan mobilku di depan gedung berlantai tujuh dan berjendela besar besar itu. Seorang security menyambutku dengan senyum ramahnya.
" Selamat sore Tuan Bimantara, mau jemput Bu Karina ya."
Nada suaranya sopan dengan senyum yang ramah. Aku mengangguk, kuulas senyum.
" Bu Karina tadi pulang lebih dulu Tuan, sepertinya tergesa gesa. Bukannya tadi..."
" Maksudnya pa."
Aku tidak mengerti, bagaimana bisa Karina pulang lebih dulu. Aku tidak menunggu jawaban Security yang menatapku tak mengerti. Aku bergegas masuk ke dalam hendak menemui Novendra. Adik iparku itu menyambutku dengan tatapan penuh tanya.
" Ada apa."
" Bang..tadi mba ijin pulang lebih dulu dan sangat tergesa, katanya ada dari pihak kantor abang yang meminta dia untuk menemui abang."
Aku menatap Novendra. Kecurigaan mulai merasuki hatiku. Kecemasan hadir berbaur dengan amarah yang tiba tiba membelengguku.
" Tidak. Aku tidak menyuruh siapa pun mengabarinya. Apa dia bilang kemana dia akan pergi." Tanyaku cepat.
Novendra menggeleng. Aku segera menghubungi ponselnya.
" Ponselnya tidak aktif. Siapa yang menghubunginya dan untuk apa." Aku mulai kalut.
" Sabar bang, duduk dulu. Coba abang ingat ingat mungkin ada sesuatu yang terjadi belakangan ini."
Novendra menenangkanku. Aku menggeleng. Aku teringat Raditya dan mendial nomernya.
" Hallo mas.." sapa suara disebrang begitu tersambung.
" Radit. Karina..menghilang, eh maksudku ada yang memintanya untuk menemuinya. Kamu tahu tidak." Kalimatku sudah kacau. Aku sudah tidak fokus. Aku begitu cemas.
" Dia tidak cerita apa pun padaku. Kapan dia pergi dan sekarang mas dimana."
" Aku di tempat Novendra. Dia pergi..." Aku menatap Novendra yang memberikan isyarat padaku. " sekitar jam empat."
" Aku ke sana mas. Tunggu aku."
Sepertinya Raditya mengetahui sesuatu, dari nada bicaranya seolah dia akan menyampaikan informasi yang sangat penting. Semoga saja. Ya Tuhan..lindungilah istriku.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top