Love of my life

Aku menatap wanita cantik yang tiba tiba duduk santai disebelahku. Dengan pakaian gamis berwarna pastel dan berhijab senada. Aku meneliti gerak geriknya yang tampak gelisah. Sebentar sebentar tangannya mengusap wajahnya. Lalu dia menoleh ke kanan dan kekiri.

" Sudah jangan cemas." Ucapku ingin menenangkan. Dia menatapku galak. Aku tersenyum.

" Gimana ga cemas kalau keadaannya seperti ini."

" Iya..tapi ini kan bukan kali pertama. Tenang saja."

" Ga akan tenang kalau belum beres."
Aku mengusap kepala berhijab itu.

" Ish, kebiasaan ah, genit." Ucapnya ketus.

Aku terkekeh memandangnya. Kukedipkan mataku. Dia cemberut. Aku merangkul pundaknya. Dia tersenyum malu malu.

" Eh ini kakek sama nenek malah pacaran, cucunya udah lahir tuh." Suara judes Quinsha mengagetkan kami. Aku tertawa.

" Ayah nih kak, memang menyebalkan."

Wanita cantik itu menunjukku. Aku terkekeh menatap wajahnya yang cemberut.

" Halaaah..samanya, bundanya juga mau aja. Ayo cepetan kita lihat bayinya."

Aku berjalan mengikuti Quinsha dan bundanya, wanita cantikku.

Ruangan dipenuhi wajah wajah bahagia. Aku yang melihatnya bahagia tiada terkira. Aku berhasil membangun duniaku. Berhasil menghadirkan kenyamanan dan kebahagiaan untuk mereka. Berhasil membuat mereka selalu tersenyum dalam keceriaan. Aku berhasil, tentu saja dibantu wanita cantik yang selalu setia menemaniku. Wanita yang selalu menghadirkan cinta kasih. Wanita lembut penuh kasih sayang. Istriku tercinta. Karinanya Krisna. Aku menatap wanita itu, yang kini menatapku dengan senyumnya yang selalu membuatku jatuh hati.

" Ayah, nih cucunya dibacain doa. Biar sehat, panjang umur, jadi anak sholeh..."

" baik hati, tidak sombong dan rajin menabung." Syden memotong ucapan Quinsha.

" Bang, itu anakku ko dipakai becanda gitu." Bexley protes, Syden tergelak.

" Udah jangan ribut, Syden istrimu sedang hamil. Inget ya.."

" Iya bunda ratu..Sorry.." Syden mengangkat dua jarinya.

Aku menggendong bayi mungil anak pertama Bexley dan Dhania. Setelah tahun kemarin hadir cucu ke duaku dari Quinsha dan cucu pertama dari Syden. Aku bahagia, sangat bahagia. Aku bacakan doa untuk cucu ke empatku, yang pastinya akan bertambah karena istri Syden sedang hamil lagi. Aku menatap wanitaku yang masih tetap cantik diusianya yang sudah lebih dari setengah abad itu.

" Nenek harus bacakan doa juga dong."

Aku menyerahkan bayi mungil itu ke tangan istriku. Dia tersenyum menerima bayi perempuan cantik itu.

" Ini muka Bexley banget, siapa tadi namanya, Zyl...Zyl.."

" Zylvescia Shakeela." Ucap Dhania dengan senyum.

" Susah sekali namanya." Gerutu Karina. Mereka tertawa.

" Bunda, namaku Bexley Karisna. Susah juga kan, sampe temenku ada yang manggil aku belek."

Aku tertawa diikuti yang lain. Istriku cemberut.

" Namaku juga susah.."

" Syden, ga usah ikut ikutan. Salahkan ayah kalian yang kasih nama."

" Naah....ayah lagi kan yang salah."

Aku cemberut. Mereka tertawa. Karina menatapku lagi lalu mencium pipiku.

" Naaah..yang genit si nenek ini..." Quinsha menunjuk Karina dengan kekehan.

" Nenek cantik."

Clarista, istri Syden yang pendiam ikut bersuara. Tentu kami menatapnya dengan senang. Syden memeluk sayang istrinya dari belakang.

" Mommynya Rebellia ikut becanda ya."

Syden mengusap perut istrinya yang masih rata. Clarista tersenyum malu.

" Ayah sama Bunda pulang duluan ya, ada teman ayah yang mau datang habis magrib."

Aku menggandeng tangan Karina. Quinsha menatap kami dengan senyum.

" Serius mau ada temen habis magrib, yah?" Aku tahu Quinsha menggodaku. Aku mengangguk.

" Beneran, Om Tanu akan datang. Oh iya, om Raditya sama Tante Mauri nanti ke sini malam." Aku menarik lembut tangan istriku.

" Ayo pulang Bun."

Karina menyambut uluran tanganku. Satu persatu anak, menantu dan cucuku mencium tangan dan pipi kami.

" Yah, beneran mau ada Tanu ke rumah?"
Karina bertanya penasaran ketika kami menuju pulang.

" Iya, nanti habis magrib."

" Sama istrinya?"

" Mungkin."

" Ya...ga jadi deh.." ucapnya berbisik. Aku menatapnya sekilas.

" Ga jadi apa, Bun?"

"  Tadinya habis magrib, Bunda mau minta anter belanja."

" Oh..kita perginya habis isya aja."

" Maksudnya?"

" Belanjanya, Bun. Kita pergi habis isya aja. Tanu ga lama ko cuma anter berkas perusahaan yang harus ayah tanda tangani karena besok ayah mau libur."

" Libur?"

" Iya besok ayah mau ajak istri cantik ayah jalan jalan. Besokkan tanggal pertama kali ayah ketemu sama gadis tetangga sebelah rumah yang cantik dan seenaknya manggil ayah adek."

Karina tergelak. Aku menggenggam tangannya lalu mengecupnya.

" Tetangga cantik yang jadi cinta sejatinya ayah."

" Tapi bukan cinta pertama."

" Eh, siapa bilang...Bunda cinta pertama dan terakhirnya ayah."

Aku menatap istri cantikku. Hidup ini begitu indah jika kita menjalani dengan cinta kasih. Aku tidak tahu sampai kapan ini semua berakhir. Tapi yang aku tahu semua ini akan berakhir ketika kami harus kembali kepada sang pemilik kehidupan. Bila saat itu tiba, kami akan dengan penuh keikhlasan menerimanya.


* END *

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top