Finally
Aku langsung menghajar Dave begitu pintu terbuka dan sekilas menatap kak Aliyah yang pucat pasi melihat kehadiranku.
" Dimana istriku." Bentakku tak sabar sambil terus menghajar Dave yang tak sedikit pun memberikan perlawanan.
Novendra mencoba menahanku yang sudah kalap karena amarah. Raditya mengajak kak Aliyah untuk bicara.
" Karin ada di lantai atas."
Suara kak Aliyah bergetar. Aku berpaling menatapnya dan bergegas menuju lantai dua. Setelah menghempaskan Dave ke tangan Novendra.
" Urus dia.." Ucapku cepat yang diangguki Novendra.
Aku sedikit tergesa membuka pintu dilantai dua dan hatiku terasa sakit melihat Karina meringkuk tak berdaya. Aku menghampirinya dan begitu tak lagi dapat menahan diri ketika kulihat keningnya berdarah, mata dan pipinya lebam, sudut bibirnya juga berdarah.
" Aaaahhh...Novendra..bunuh bajingan itu..." Teriakku kalap. Aku memeluk tubuh istriku yang lemah.
" Sayang...Karin..cintaku..bangun..ya Tuhan..tolong istriku."
Aku kalut, terlebih ketika tanpa sadar aku melihat darah mengalir dari sela pahanya. Aku segera menggendong istriku.
" Raditya...tolong mobilnya, segera ke rumah sakit." Teriakku lagi.
Jantungku berdebar sangat cepat. Ada rasa sesak menyerang dadaku. Aku begitu merasakan ketakukatan yang amat sangat.
" Ada darah di sela kakinya ..apakah.."
" Aku tidak ingin mengatakannya tapi aku tidak mau kau gusar. Kakak sedang hamil. Dia akan mengatakannya hari ini setelah tadi sebelum makan siang mendatangi dokter kandungan di dekat kampus. Kami sempat bertemu dan dia berkata..positive."
Perkataan panjang lebar Raditya membuatku semakin kalut.. Aku meringis membayangkan sesuatu terjadi dengan kandungannya.
Ya Tuhan..tolong jaga istri dan anakku. Air mata menetes tanpa dapat kutahan. Kuciumi wajah wanita yang diam tak bergerak itu. Napasnya masih berhembus perlahan.
" Bertahanlah sayangku demi anak kita." Bisikku ditelinganya.
" Tolong cepat sedikit Radit.."
Raditya tetap fokus mengemudi, dia tidak menghiraukan ucapanku. Aku menatapi raut cantik dihadapanku. Aku bersumpah akan membuat bajingan itu mampus. Aku pun memastikan kak Aliyah akan menderita karena perbuatannya ini.
" Hallo mam..yah..aku akan ke rumah sakit..aku tidak tahu. Parah mam..aku takut.."
Aku menyambut telpon dari mama yang ternyata sudah lebih dulu dikabari oleh Novendra. Lalu aku menutup telpon itu begitu saja setelah aku melihat mobil yang dikemudikan
Raditya memasuki pelataran parkir Mulia Raya Hospital. Aku meminta Raditya membukakan pintu dengan segera. Dengan sigap Raditya membukakan pintu sambil berteriak memanggil perawat.
Aku mengikuti dokter dan perawat yang mendorong brangkar Karina. Dokter memintaku untuk menunggu diluar tapi aku tidak mau. Aku bersikeras untuk menemani istriku. Akhirnya dokter membiarkanku.
" Bertahanlah sayangku.." Kata itu terus berulang ulang aku ucapkan diantara doa doa yang juga aku rapalkan.
Dokter dan perawat sibuk membersihkan luka luka Karina, memasangkan infus dan siap memeriksa bagian vital Karina. Aku merasa linu melihatnya, aku meringis menahan rasa nyeri yang seakan menyerangku. Rasa takut pun menyelubungiku. Berbagai pikiran jelek menghantuiku.
" Jika tidak kuat silahkan tunggu diluar saja."
Dokter mengingatkanku. Aku menggeleng.
" Tidak..aku tidak akan meninggalkan istriku." Ucapku tegas. Dokter itu menatapku lalu mengangguk.
" Nanti kita lakukan USG untuk mengetahui keadaan janinnya. Tapi sepertinya pendarahannya tidak terlalu hebat. Jadi sepertinya janinnya masih aman." Aku menarik napas lega.
" Keadaan istri saya.."
" Dia mengalami trauma kepala ringan karena pukulan, nanti kita lakukan CT Scan untuk melihat tingkat keparahan cideranya dan adanya laserasi yaitu luka robekan jaringan di bawah kulit. "
" Apakah akan terjadi kerusakan otak permanen."
" Tidak..mungkin nanti ketika terbangun dia akan sedikit pusing atau paling parah muntah."
Aku menatap dokter dan mengangguk tanda mengerti. Setelah dokter dan perawat berlalu. Aku menelusuri wajah cantik yang penuh lebam itu. Matanya terlihat membengkak, begitu pun sudut bibirnya. Aku beralih mengusap lembut perut datarnya. Ada benih cintaku disana. Aku tak sanggup membayangkan jika kehilangannya. Karina pasti akan sangat putus asa dan aku akan merasakan menjadi suami yang gagal.
Aku menguar rambutku kasar. Seandainya tadi aku pulang cepat, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Aku merutuki diri yang tadi sibuk menyelesaikan meeting. Padahal semua itu tidak sebanding dengan harga yang harus kubayar saat ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top