Ever after

Ini sudah masuk tahun ke lima. Dimana penyakit itu masih tetap setia menemani hari hari Karina. Segala macam bentuk pengobatan sudah dilalui. Medis dan alternatif. Semua dijalaninya dengan penuh kesabaran. Aku sendiri tanpa pernah absen menemaninya. Mengantar kemana pun dia mau berobat. Memberikan semangat dan keyakinan.

Dia begitu sabar menerima semua rasa sakit yang dideritanya. Terkadang aku berharap untuk menggantikan posisinya. Merasakan sakit yang pastinya teramat membuatnya menderita. Tapi senyum selalu hadir dibibirnya. Wajah ikhlas selalu terpancar dari raut cantik itu.

Anak anak tumbuh dengan perhatian  darinya. Walaupun sakit, istriku sedikit pun tanpa cela dalam memberikan limpahan perhatiannya. Dia selalu memberikan cinta dan kasihnya kepada kami. Dia hapal betul makanan kegemaran kami. Dia juga yang selalu repot menyiapkan perlengkapan kami setiap hari. She's the perfect wife. I love her so much. Dia tak akan pernah tergantikan oleh siapa pun.

" Mas...ko malah melamun. Katanya mau jemput kakak, ayo cepetan..nanti kalau telat bisa bisa dia manyun deh."

Suara lembut itu mengagetkanku. Mata teduhnya menatapku penuh senyum.

" Siap istriku yang cantik. Aku pergi sekarang, tapi..."

Aku menghampirinya lalu memeluk pinggangnya, mendekatnya tubuhnya ke arahku.

" Setelah yang satu ini.."

Aku mencium gemas bibir mungil itu. Menyesapnya penuh cinta. Tampak bibir yang kulumat itu menghadirkan senyum. Aku melepaskan ciumanku dengan mata tetap menatapnya dengan senyum.

" Udah sana..nanti malahan ga jadi pergi deh."

Suara manjanya terdengar begitu menggemaskan. Aku terkekeh. Aku cium keningnya lama.

" Aku sayang banget sama kamu." Ucapku sambil menatapnya.

" Cuma sayang ya..udah ga cinta lagi.." 

Bibir tipis itu mengkerut. Aku tergelak. Aku bawa tubuh yang sekarang lebih berisi itu ke dalam pelukanku.

" Aku sayang..cinta..suka..semuanya deh." Karina tergelak.

" Walaupun gendut dan penyakitan." Ucapnya datar. Aku menatapnya.

" Seksi..siapa bilang gendut dan bukan penyakitan tapi disayang Allah." Jawabku ringan. Aku membingkai wajahnya dengan kedua tanganku.

" I love you bundanya anak anak hebatku."

Kukecup bibirnya lalu pergi berlalu menuju garasi. Aku harus menjemput gadis remajaku yang sedang latihan drumband.

Sepulang menjemput Quinsha, aku sempatkan mampir untuk membelikan istriku makanan dan minuman serba matcha. Dia begitu menggilai makanan atau minuman yang beraroma green tea.

" My mood booster.." Ucapnya selalu setiap melihat atau menikmati segala apa pun yang berbau matcha.

" Pasti ayah beliin buat bunda ya."

Anakku menatapku dengan senyum. Aku mengangguk.

" Kaka boleh ambil yang rasa strawberry ya..trus rasa coklat buat Syden dan blueberry buat Bexley, ayah mau rasa apa.." Quinsha menatapku.

" Ehm..coklat deh.."

Quinsha memesan makanan dan minuman itu. Aku sendiri tinggal memberikan uangnya, sementara Quinsha juga yang melakukan pembayaran. Sambil menunggu aku duduk di kursi sebelah pintu masuk. Seorang perempuan menghampiriku dengan senyum ramah.

" Permisi mas, mohon maaf mengganggu waktunya." Aku menatapnya lalu mengangguk.

" Mas..bisa saya minta datanya untuk promosi diskon kartu membernya, karena saya lihat lumayan sering juga mas mengunjungi tempat kami."

Wanita itu memulai percakapan dengan suara yang begitu tertata. Aku menatapnya sekilas.

" Terima kasih mba, mungkin lain kali ya." Jawabku datar. Mungkin terdengar sedikit sinis. Tapi aku tidak peduli. Aku segera berdiri dan meninggalkan wanita itu untuk menghampri anakku yang sudah selesai membayar.

" Ayo kita pulang. Bunda dan adik adikmu pasti sudah menunggu."

Aku merangkul pundak Quinsha dan beriringan menuju tempat parkir.
Sesampai di rumah, kami disambut Karina dan kedua adik Quinsha. Ramai sekali mereka. Menghadirkan tawa ceria di wajah cantik istriku.

" Matcha buat bunda..." Ucap Quinsha sedikit berteriak. Karina tertawa riang..

" Ehm...terima kasih ayah.."

Karina menghampiriku lalu mencium pipiku. Quinsha mendelik kesal.

" Kaka yang kasih eh, ayah yang dapat ucapan terima kasih." Kami tergelak.

" Karena pasti ayah yang ingat beli untuk bunda."

Karina masih menggoda Quinsha. Gadis remajaku itu terkekeh.

" Padahal aku yang pilih, aku yang bayar. Ayah cuma duduk sambil ngobrol sama mba mba menor yang bajunya seksi."

Aku spontan menatap Quinsha yang sedang memandangku dengan senyum mengejek. Gawat, wajah cantik Karina terlihat berubah. Terlihat penuh tanya. Sejak sakit istriku memang lebih sensitif, apalagi yang berhubungan dengan seorang wanita.

" Cuma nawarin promo diskon kartu member ko, bun."

Aku mencoba menjelaskan. Dia menyimpan makanan dan minumannya kemudian berlalu ke kamar. Aku segera menyusulnya. Aku memeluknya dari belakang dan menciumi kepalanya.

" Besok kita ke sana ya. Biar bunda tahu dan ketemu orangnya. Biar dia juga tahu ayah sudah punya istri cantik. I love you bun.." Bisikku ditelinganya.

Dia membalikkan tubuhnya menghadapku. Kutatapi matanya yang menatapku penuh selidik.

" Ayah sayang dan cinta bunda, selamanya." Dia menatapku. Bibirnya menyungging senyum.

" Cantik..mana bisa ayah lihat yang lain. Istrinya cantik begini ko."

Aku memeluknya. Aku begitu mencintai dan menyayanginya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top