Completed
Matahari pagi ini berhasil membuat ku bangun tepat waktu. Entah karena semalam aku tidur lebih awal, atau ini sudah takdir.
By the way, ngomongin soal takdir, ada 3 takdir yang nggak bisa kita rubah kan? Kelahiran, kematian, dan jodoh. Ya, jodoh. Kira-kira apa Seira benar-benar jodoh ku ya.
"Rael kau sudah bangun?" Aku menoleh ke arah sumber suara itu. Kakak ku, Lazark Kertia sang kepala keluarga.
"Ah, kakak. Aku kira siapa. Iya aku sudah bangun dari tadi." Kepala ku yang tak gatal ku garuk begitu saja. Sambil melemparkan senyuman khas mengelak ku, aku jadi terlihat lebih cute.
"Oh, baguslah. Hari ini aku ada rapat kepala keluarga. Aku harap kau tak pergi lama-lama." Jadi ini alasan kakak pagi-pagi sudah rapi. Eh, tunggu sebentar. Ini masih pagi apa udah siang sih?
"Kak, ini kan masih pagi. Kenapa kau mau cepat keluar? Tak sarapan dulu."
"Rael, ini sudah jam 11.35." Kakak mengatakannya seolah ini masalah ringan.
"Apa?!!!! Sudah sesiang itu? Kenapa waktu berjalan begitu cepat? Sial!" Aku terburu-buru menuju kamar mandi. Aku harus cepat. Kalau tidak, aku tak bisa menemui Seira di tempat biasa.
Setelah selesai menyiapkan diri, aku bergegas ke tempat di mana aku dan Seira biasa bertemu. Aku tak peduli akan selelah apa aku nanti. Aku akan tetap berlari. Demi Seira. Hanya demi Seira.
Kaki ku terus melangkah. Sudah banyak tempat ku lalui. Tapi rumah Seira tak kunjung kelihatan. Aku ingin segera bertemu dengannya. Kira-kira bagaimana reaksinya melihat ku ya. Dia pasti akan terpesona. Hihi, membayangkannya, jadi geli sendiri.
Aku tahu kalau Seira tak menyukai ku. Aku tak tahu apa alasannya. Dia hanya bilang 'Rael, kau bukan tipe ku'. Menyebalkan. Aku tak bisa terima alasan seperti itu. Jadi aku akan tetap berusaha untuk mengambil hati mu Seira. Ujian yang selama ini ku jalani, tak kan ku buat itu semua sia-sia.
Bahkan sejak pertama kali aku melamar mu, banyak orang sudah menuduh ku. Mereka bilang aku melamar mu karena aku ingin menjadi seorang kepala keluarga. Cih, dasar pembual. Memangnya mereka tak pernah jatuh cinta apa. Aku mencintai Seira apa adanya. Aku tak tahu alasan pastinya. Mungkin karena dia cantik. Atau karena dia baik, pintar, pendiam, kuat, atau apa pun itu.
Hampir semua orang di Lukedonia mengutuk ku karena aku yang selalu mengejar-ngejar Seira. Tapi aku tak peduli. Aku hanya peduli akan apa yang ku rasakan. Ya, Seira. Aku mencintai mu. Aku sangat mencintai mu. Lebih dari mencintai diri ku sendiri.
"Hhhahh, hhahh, Akhirnya sampai juga." Aku berhenti di depan sebuah mansion yang megah. Ada taman bunga di balik dinding nan kokoh ini.
Seperti biasa, aku memasuki gerbang itu dengan percaya diri. Berharap ada jawaban baru yang Seira berikan pada ku.
Aku berjalan menyusuri beberapa kavlin taman. Hingga sampai pada pusat taman, yang ada air mancurnya. Ya, di sinilah kami biasa bertemu. Dan, yes. Seira masih berdiri di sana. Jarak kami tadinya cukup jauh. Kemudian aku berlari mendekat.
"Seira!!" Panggil ku. Gadis berambut perak itu segera menoleh. Wajah cantik tanpa ekspresinya benar-benar menawan.
"Seira, maaf aku terlambat." Nafas ku masih terengah-engah. Tapi aku tetap memaksa. Apa sih yang nggak buat Seira.
"Ada apa?" Suara Seira benar-benar menggetarkan jiwa ku. Tapi, kenapa pertanyaan itu yang muncul.
"Eh? Apa maksud mu?" Aku bertanya balik padanya. Tentu saja tak ketinggalan senyum konyol khas milik ku.
"Kenapa kau datang ke sini? Apa alasan mu?" Masih dengan nada datar. Tapi aku sangat suka.
"Haha, kau bercanda ya? Tentu saja, untuk melamar mu, lagi." Lumayan sakit saat aku mengatakan kata 'lagi'.
"Maaf Rael. Aku tak bisa menerima lamaran mu." Kyaaa, ekspresinya berubah jadi bijak.
"Hhah, apa alasan mu untuk menolak aku, Rael Kertia?" Aku mulai menyombongkan diri ku lagi.
"Rael, kau bukan tipe ku." Jits- Sakit? Tapi sayangnya, aku sudah kebal.
"Hahaha, yang benar saja. Mana mungkin kau bisa menolak si tampan dari keluarga Kertia ini dengan mudah?" Akan ku kalahkan kau hari ini Seira.
"Aku sudah mengatakan alasan ku."
"Yang mana? Aku tak mendengarnya." Aku menipu diri ku lagi. Sebenarnya, hati ku terasa sakit bagaikan tertusuk beribu-ribu pasak perak. Tapi, ini demi Seira. Aku akan tetap berjuang.
"Rael, kau bukan tipe ku."
"Aku tak mengerti. Tipe mu itu yang seperti apa sih?" Ku lipat kedua tangan ku di depan dada.
"Kenapa kau begitu tak menyukai ku? Masalah tipe bukan alasan yang wajar. Itu hanya pilihan terakhir." Aku mencoba meyakinkan Seira, dan diri ku sendiri. Ya benar. *Author tak salah nulis. Diri ku sendiri, karena aku sudah hampir goyah.
"Aku tak pernah mengatakan kalau aku tak menyukai mu. Kau bukan tipe ku, Rael. Untuk sekarang, aku tak ingin menerima lamaran mu. Jadi berhenti lah."
Aku hanya bisa diam seribu bahasa mendengarnya. Tak ku sangka, jawaban kali ini, memberikan semangat dan harapan yang lebih hebat.
"Hhah, baiklah. Kalau kau minta aku berhenti, maka aku akan menunggu." Seira meninggalkan ku yang masih dengan senyum percaya diri. Tapi, senyum itu hilang seiring hilangnya sosok Seira dari pandangan ku.
Mata ku tak lepas dari nya. Aku terus melihatnya dari belakang. Dan, siapa sangka kalau dia akan akan menoleh ke belakang dan tersenyum. Iya sungguh. Seira tersenyum padaku.
Aku sangat bahagia. Ini hari terbaik yang pernah ada. Jadi, arti dari kata-katanya hari ini adalah, 'kau tak perlu repot-repot mengejar ku Rael, kau hanya perlu menunggu'. Dia juga selalu menunggu ku di taman ini. Aku yakin dia sengaja. Hihi, aku senang sekali.
Kegagalan ini, membuka harapan baru bagi ku. Harapan yang lebih besar dari sebelumnya. Sekarang aku tahu, Seira terlalu baik hingga dia masih membuka pintu harapan yang lebih lebar untuk ku.
~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top