I'm Sorry
Pemuda itu menggerakan tangannya dengan cepat. Ketikan tanpa kesalahan terpampang di layar. Sesekali tangannya tergerak untuk mengambil minuman di sebelahnya. Jam berdenting saat jarum panjang dan pendek sama-sama menunjuk ke angka 12. Pemuda itu merenggangkan tangannya——merasakan pegal yang dari tadi menantinya.
"Sepertinya aku harus istirahat. " Katanya pada dirinya sendiri. Surai kecoklatan berayun-ayun. Manik emerald bersinar dalam ruangan temaram.
"Aku akan melanjutkan sisanya besok. Yamadanuki, selamat malam. " Katanya pada seekor tanuki peliharaannya. Binatang berbulu itu menaiki pundak majikannya dan membiarkan dirinya terbawa hingga ke kamar. "Turunlah jagoan. Semoga mimpimu nyenyak. "
Pemuda bertubuh pendek itu langsung merebahkan dirinya ke kasur empuk. Rasa lelah karena mengerjakan pekerjaan baru dirasakannya ketika ia mulai terlelap.
'Kalau tidak salah... Besok ada reuni ya? Kalau begitu, aku bisa bertemu dengannya setelah sekian lama. Entah apa tanggapannya nanti... Aku sangat merindukannya. ' Pikirnya sebelum terlelap.
***
Keesoka paginya, pemuda bersurai coklat itu membuka matanya pelan. Sinar matahari muncul dari balik sela-sela tirai tebal.
"Uhh... Sudah pagi rupanya. "
"URATA-SAN, SELAMAT PAGIIII!!!! "
Suara teriakan melengking itu membuat pemuda bernama Urata itu melompat kaget.
"Maf! Jangan ngagetin woy! Iya ini dah bangun kok! Lagian gimana caramu masuk ke apartemenku?! " Tanyanya setengah berteriak.
Pemuda albino pelaku peneriakan itu hanya memiringkan kepalanya imut. Ia tersenyum lebar dan kembali berbicara——kali ini lebih pelan.
"Aku hanya ingin mengecek keadaan Urata-san saja kok! Dan lagi mengingatkanmu agar tidak lupa dengan acara reuni angkatan SMA kita! " Ucap pemuda albino itu tanpa menjawab pertanyaan Urata.
"Nee, Mafumafu... Apa ia akan datang? Aku ingat saat itu aku menyakitinya. Tapi—bagaimana aku bisa menerimanya?! Kami sama-sama pria, dan dia mengajakku berkencan dengannya! Lelucon apa ini? " Urata mengeratkan cengkraman di selimut putihnya. Menyadari perubahan emosi majikannya, Yamadanuki melompat menuju leher Urata seolah-olah memeluknya.
"... Kurasa dia tidak akan marah. Kalian telah bersahabat lama sekali. Tidak mungkin ia akan marah kepadamu, Urata-san. Jadi... Datang ya? Aku dan Soraru-san akan bersamamu. Nanti juga ada Shima-kun dan Senra-kun. " Bujuk Mafumafu pada Urata.
"Baiklah, aku akan datang. Terimakasih, Mafumafu. " Urata tersenyum ringan. Mafumafu mengulurkan tangannya untuk membantu Urata berdiri.
"Jangan lupa minum obatnya, Urata-san. Nanti Soraru-san marah besar, hehe. "
"Siap bosque! "
***
Urata memakai jas hitam dengan kemeja hijau dan dasi putih. Ia memperhatikan dirinya di depan kaca. Merasa sudah tampan dan keren, ia segera memanggil Yamadanuki untuk naik ke pundaknya——mereka memang selalu kemana-mana bersama, orang-orang sudah terbiasa melihat hewan tanuki itu menempel pada Urata.
Urata membuka pintunya. Di depan, sudah ada dua orang pemuda yang satunya kayak om-om babyface bercampur pedo.
"Mafu, Soraru, kalian menunggu lama? " Tanya Urata pada Mafumafu dan pria bersurai biru kelam—Soraru.
"Kami baru saja datang. Mobilku sudah siap di bawah, ayo cepat! Jangan buang waktu." Kata Soraru pada keduanya. Mereka bertiga (ditambah Yamadanuki) segera menaiki mobil Soraru dan melaju menembus dinginnya malam.
Soraru menyetir mobil dengan kecepatan sedang, Mafumafu duduk di sebelahnya. Sedangkan Urata duduk sendirian di bangku penumpang.
Urata asyik melihat jendela. Memperhatikan lalu lintas yang tak terlalu padat dan langit yang cerah. Malam yang tepat untuk sebuah permintaan maaf.
"Aku tak sabar bertemu denganmu lagi, Aho. " Gumamnya pelan. Kedua orang di depan hanya meliriknya melalu kaca spion dengan pandangan yang sulit diartikan.
***
Suara musik lembut mengisi ruangan lebar itu. Beberapa orang berkelompok membicarakan sesuatu. Entah itu karir mereka, kehidupan bahagia keluarga mereka, atau apapun untuk melepas rindu selama beberapa tahun.
Urata yang baru saja memasuki ruang pesta langsung disambut oleh tiang berjalan dan teman sesama pendeknya.
"Urata-san! Kau akhirnya datang! Sudah lama sekali ya! " Ucap pria tinggi bersurai kuning dan pria pendek bersurau ungu bersamaan.
"Shima! Senra! Bagaimana kabar kalian? " Tanya Urata dengan semangat. Soraru dan Mafumafu pamit untuk menyapa yang lain agar tidak mengganggu pertemuan mengharukan ketiga orang itu.
"Urata-san, kami mau menyapa Ama-chan dan yang lain dulu ya! Bersenang-senanglah! " Mafumafu dan Soraru pergi dari tempat itu.
"Kami baik, Urata-san! Senra akhirnya dipromosikan dan mendapat jabatan bagus di kantornya!" Kata pria bersurai ungu seraya menunjuk si surai kuning.
"Benarkah? Syukurlah! Senra, akhirnya kau bisa berjalan setingkat dengan Shima ya!" Kata Urata seraya memukul-pukul punggung Senra.
"... Dan satu lagi... "
"Oh, kabar baik apalagi itu? "
"Aku dan Shima-san, akan menikah... Urata-san. " Kata Senra malu-malu. Ia menggenggam tangan Shima dengan lembut. Melihat keduanya, Urata jadi sedikit malu sekaligus terkejut.
"Menikah?! Baguslah kalau begitu, itu adalah keputusan kalian berdua! Aku akan selalu mendoakan yang terbaik! " Urata makin kencang menepuk punggung Senra.
"Aduh-duh-duh! Urata-san, itu sakit tahu! " Senra berteriak kesakitan, tapi ia juga senang dengan tanggapan sahabatnya.
"Kami juga mendoakan kebahagiaan Urata-san selalu. Jangan terlalu sering membuat kami khawatir. " Kata Shima serata menepuk pundak Urata. Urata mengangguk.
***
Urata dan Yamadanuki menikmati kudapan mereka dengan senang. Sesekali berbicara dengan para alumni dan bersenda gurau bersama yang lain.
"Katanya Urata-san kerja di kantornya Soraru-san ya? " Tanya si tiang lainnya, bedanya adalah tampangnya yang seperti pedo.
"Yah, Soraru dan Mafumafu membantuku dalam banyak hal. Aku berhutang budi pada mereka berdua. Kalau kau, Luz? Sekarang bekerja apa? " Tanya balik Urata pada Luz. Luz tersenyum lembut.
"Aku bekerja sebagai dokter anak. Aku menyukai pekerjaanku, dan aku melaksanakannya dengan senang. " Seketika itu Urata begidik ngeri.
"Kau tidak pernah mencoba melakukan sesuatu yang mencurigakan pada pasien-pasienmu bukan?! " Tanyanya curiga.
"Ahaha, mereka sangat imut. Kadang aku kesusahan menahan diriku untuk tidak mencubit pipi tembam mereka. Haa~" Kata Luz tanpa merasa bersalah.
"Aku tidak akan membiarkan anakku kelak berobat ditempatmu... " Gumam Urata pelan. Luz yang tidak mendengarkan gumaman Urata hanya tersenyum lebar.
"Ngomong-ngomong, dia tidak datang juga ya? " Tanyanya tiba-tiba. Luz menoleh ke arah Urata, bertanya-tanya siapakah yang sebenarnya ia nanti?
"Siapa yang kau maksud, Urata-san? " Tanya Luz penasaran. Barangkali teman sekelas Urata yang ia taksir.
"Si rambut merah... Warna rambutnya pasti mencolok diantara kerumunan ini... Coba kulihat..." Urata memperhatikan setiap orang yang berlalu lalang di hadapannya.
"Ah! Itu dia!——oh, ternyata itu Araki. "
"Atau itu! Oh bukan, itu mah Nqrse yang mulai berhijab——"
"Ah! Itu! Waduh, ternyata cuma si Mafumafu yang ketumpahan saus tomat di kepalanya... Mana sih dia itu?! "
Urata terus mencari diantara tumpukan manusia itu. Mafumafu dan Soraru mendatangi mereka berdua. Terlihat Mafumafu baru saja menangis seraya menggosok-gosokkan handuk untuk rambutnya yang basah setelah keramas dadakan.
"Kalau begini aku bisa sakit flu. " Ujar Mafumafu. Soraru merangkul pundak sempit Mafumafu.
"Kalau begitu, kita harus pulang. " Ajak Soraru pada Mafumafu.
"Kalau pulang kita harus ajak Urata-san juga. Kita kan yang membawanya kemari. " Mafumafu memegang kedua telapak tangan Urata.
"Tunggu, aku menunggu seseorang. Aku tidak bisa pulang sebelun bertemu dengannya. " Kata Urata pada Mafumafu. Perlahan Mafumafu melepaskan genggamannya. Wajahnya menggelap, begitu juga dengan Soraru.
"Siapa... Yang kamu cari, Urata-san? " Tanya Mafumafu dengan nada datar.
"Siapa lagi kalau bukan si Aho itu! Aku sudah menunggunya sangat lama! Apa dia masih marah padaku karena nenolaknya dulu?! Katamu dia akan memaafkanmu! Aku ingin dia datang! Dan aku meminta maaf langsung padanya! Tentang semua kebohonganku padanya! BAHWA SEBENARNYA AKU JUGA SANGAT MENYUKAINYA! AKU SUKA PADAMU, SAKATA NO AHO!!! " Teriakan Urata membuat semua orang menatapnya.
"Soraru-san! Katamu Urata-san sudah sembuh! Hiks-hiks! Kenapa dia masih seperti ini?! Aku tidak ingin melihatnya bersedih lagi atas kematian Sakata-kun! " Mafumafu memukul-pukul dada bidang Soraru. Soraru hanya bisa menenangkannya seraya memeluk Mafu erat.
Urata bagai tersambar petir di siang bolong. Ia berharap bahwa telinganya sedikit bermasalah hari ini. Tidak mungkin bukan, kalau sahabatnya yang selama ini ia kira menghindarinya ternyata... Sudah pergi meninggalkannya untuk selamanya.
"MAFU! KATAKAN KALAU KAU BERBOHONG! SAKATA TIDAK MUNGKIN MATI! LELUCON APA INI?! SAMA SEKALU TIDAK LUCU! " Urata berteriak kepada Mafumafu. Pemuda albino itu hanya menangis semakin keras, ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
Yamadanuki bergerak gelisah dan terus mencoba menenangkan tuannya. Urata terus membentak Mafumafu untuk menanyainya tentang apa yang selama ini ia tidak ketahui. Air matanya berderai, kemarahan, kegelisahan, dan kesedihan mendalam terpancar di manik emerald-nya.
"Sakata-kun meninggal saat... Upacara kelulusan... Ia terjatuh dari tangga, Urata-san... Dan kau, ada di sana juga saat itu. " Mafu menjelaskan seraya terisak. Seketika dunia Urata serasa berputar. Ingatan samar mulai menyerangnya. Ia terjatuh dengan menahan berat badannya pada kedua lututnya. Orang-orang memperhatikannya, menatapnya khawatir sekaligus iba. Bisik-bisikan itu hanya terdengar samar, namun Urata bisa menangkap beberapa kata.
"Urata-san kasihan sekali. "
"Katanya ia menjadi gila setelah kematian Sakata-kun. "
"Ia baru saja keluar dari rumah sakit. "
"Tak ada yang mencoba menarik pembicaraan tentang Sakata-kun saat di depannya. "
.
.
.
.
.
.
"Katanya alasan kematian Sakata-kun adalah Urata-san sendiri. "
.
.
.
.
.
.
.
.
Seketika itu, semua terasa gelap.
***
Urata membuka matanya, mendapati Sakata tengah ada di hadapannya. Wajahnya cerah seketika.
'Ternyata benar, mereka hanya membohongiku. Sakata ada di hadapanku saat ini! ' Pikirnya senang. Ia menepuk pundak Sakata.
Sakata tersenyum menatapnya. Urata baru sadar, bahwa mereka memakai seragam sekolah dengan bunga tersemat didadanya.
"Urata-san... Ada yang ingin kukatakan. Ano... Sebenarnya aku... menyukaimu sejak lama. Maukah kau menerima perasaanku? " Tanya Sakata dengan wajah merona. Urata merasakan dadanya berdegup kencang. Ia tersenyum dan ingin meneriakkan kata 'ya! ' dengan keras. Ia tak ingin lagi menolak perasaan Sakata dan membohongi dirinya sendiri.
"Tidak! "
Eh? Apa yang terjadi? Suara siapa tadi? Apa itu.... Suaranya sendiri?
"Tidak mungkin aku mau berpacaran denganmu Aho! Kau bercanda ya? Leluconmu sangat keterlaluan. Kita berdua laki-laki tahu! Aku menganggapmu sebagai teman, dan tidak lebih! "
Tidak... Ini bukan yang ingin Urata katakan. Mulutnya berbicara sendiri. Ini bukan keinginannya!
Angin di rooftop bertiup kencang. Sakata memandanginya tidak percaya. Perlahan, air mata sebening kristal meluncur dari manik ruby yang indah.
"Be-Benar juga ya... Ahaha... Maafkan aku, Urata-san. Pasti kau menganggapku menjijikan bukan?!... Aku... Mau pulang dulu... Keluargaku mengadakan acara makan-makan untuk kelulusanku... Jadi... Aku pergi dulu... " Sakata langsung berlari meninggalkan Urata. Urata yang terkejut langsung mengejarnya.
'TIDAK! JANGAN LARI KESANA, SAKATA! AKU TIDAK INGIN ITU TERJADI LAGI DI HADAPAN MATAKU! TIDAK! SAKATA! '
BRAK!
"SAKATA!!! " Urata berteriak kencang. Nafasnya terengah-engah seperti sudah berlari beratus-ratus meter. Air matanya mengalir deras. Kegilaan menguasainya.
"Aho... Kenapa kau meninggalkanku! Kenapa aku tidak menjawab 'ya' saat itu?! Aaaarrrggghhh——"
"URATA-SAN! " Mafumafu berlari masuk ke dalam kamar Urata. Soraru mengikutinya dari belakang. Ia segera memegangi kedua tangan Urata agar ia tak menyakiti dirinya sendiri.
"SUDAH CUKUP, URATA! SAKATA TIDAK AKAN TENANG JIKA KAU TERUS SEPERTI INI! " Teriak Soraru keras. Ia juga tidak tega melihat temannya terus menderita seperti itu.
"Tapi... Aku tidak menjawab ya... Aku tidak mengatakannya... Bahkan untuk kedua kalinya... Aku tidak mengatakannya... " Gumamnya tak karuan.
Urata menatap kosong di depannya. Kelihatannya ia berada di kamarnya saat ini. Apa Soraru dan Mafumafu membawanya pulang? Ah, itu tidak lagi penting. Karena sepertinya pengelihatannya sedikit menjadi aneh.
Karena ia melihat sesuatu yang samar di ujung kamarnya.
"Sa..ka...ta? " Katanya pelan. Cahaya buram itu mulai menampakkan sosoknya. Itu adalah sosok yang paling ia rindukan. Sakata.
"Urata-san... Kenapa kau terus tersiksa? Kepergianku bukanlah salahmu. Kumohon, jangan terus menyiksa dirimu... " Kata sosok itu pelan. Senyum kecut menghiasi wajahnya yang pucat.
"Tapi... Aku tak pernah mengatakan 'ya' kepadamu... Semua terjadi begitu cepat. "
Ruangan itu seolah-olah hanya kanvas berwarna putih. Sosok Sakata dihadapannya menatapnya lembut. Urata dengan tegak berdiri dihadapannya.
"Tidak apa. Karena apapun jawabanmu saat itu, aku akan tetap berada di sisi Urata-san. "
"Apa kau memaafkanku, Sakata? "
"Maafku akan selalu ada untukmu. "
Urata meneteskan air mata.
"Terimakasih.... Sakata. Naa Mafu... Boleh aku mengunjungi makam Sakata? "
Ruangan itu kembali menjadi kamarnya. Dengan Mafumafu yang masih senantiasa memeluk kepalanya, dan Soraru yang menatapnya khawatir.
"Mengunjungi makam? " Ulang Mafu memastikan.
"Aku ingin berbicara lagi dengan si Aho itu. Aku tidak akan lari lagi. Aku ingin menatap ke depan, dan menerima kenyataan. " Air mata Mafumafu kembali mengalir. Tapi itu adalah air mata kebahagiaan.
"Baik. "
The End.
Haloooo!!!!
Dengan SinSanSen disini~ ><)/
Oneshoot ini kupersembahkan kepada unawar yang sudah merequest oneshoot yang semoga tidak mengecewakan ya! ^^
Bagi yang mau request pair juga boleh!
Silahkan tinggalkan komentar, dan vote jika kalian menyukai cerita ini!
Arigatou, senpai-tachi
\(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top