9. End
Nb. Maksud aku bayinya kuat itu bukan menendang gays. Melihat kondisi Dome yang gak bisa makan dua hari karena mual dan Dome yang capek pulang pergi kegiatan kampus kemarin. Gak buat bayinya gak mau tumbuh (keguguran) makanya dokternya bilang kuat. Cz ada yang bilang aing Ngaco. Hehehe, sorry haluku juga kebangetan sich. Sok sok jadi dokter padahal SMK Pertanian, S1 nya Pendidikan Agama sekarang otaknya digadein di Wp. Sengklek bin kuadrat.
........
"Pavel bisakah kita ketemu?"Pintaku setelah aku balik dari kelas pertamaku. Aku udah nungguin semalam buat beraniin diri ngomong sama Pavel. Gays nanti kalo Pavel kabur cariin daddy baru eoh.
"Bisa dimana?"Pavel langsung menjawabnya. Dia terdengar senang karena aku memintanya bertemu.
"Aku kini ada dikantin fakultasmu."Aku udah nunggu beberapa menit lalu. Ini emergency gak perlu mikirin mahasiswa lain lagi natap aku aneh.
"Aku segera kesana." Pavel.
.......
Muka tegang bin serius, ini soal masadepanku dan bayi ini.
"Ish ada yang rindu rupanya, gak perlu jauh jauh kesini eoh. Aku bisa mendatangimu"Pavel masih sama dengan sikap manisnya. Apa mungkin sikap manis ini akan bertahan saat tahu apa yang akan kubilang padanya.
"....."Aku diam natap dia. Aku takut Pavel marah dan gak mau mengakuinya.
"Dome, apa ada yang penting?"Pavel langsung mengganti topik pembicaraannya setelah melihatku masih dengan ekspresi datar dan penuh kekhawatiran.
"....."Aku masih sama belum berani ngomong.
"Masih mikirin tentang foto kemarin, baiklah aku bakal hapus dan aku ganti dengan foto terbaru kita. Kamu senang?"Tanya Pavel sembari dia seriusan mengganti pp ignya dengan foto kita sama sama kemaren.
Kutahu itu didepannya aku.
Kita belum pernah foto yang keren bareng, adanya foto ku yang Pavel curi curi kemarin. Tapi Pavel seriusan masalahnya di pp ignya dan aku tahu dia gak peduli kalau sekarang banyak komentar masuk.
"Apa ini gak berlebihan?"Tanyaku melihat apa yang baru ditunjukkan Pavel. Betapa dia menyukaiku dan mempublis hubungannya. Padahal jelas aku belum bilang iya.
"Buatmu ini malah belum cukup seharusnya kita mengambil foto yang lebih bagus."Saat Pavel mendekatiku hendak berfoto bersama. Aku langsung menolaknya.
"Pavel" Aku memanggil Pavel dengan nada marah, spontan Pavel menghentikan kegiatannya untuk menggodaku.
"Apa ada yang salah Dome?"Pavel kini bertanya lagi. Dan wajahnya mulai khawatir seperti saat aku muntah hebat kemaren.
"Aku hamil" Aku mengaku, dan aku gak berani natap mata Pavel.
"......"Pavel diam, dia nyatanya syok. Mukanya terlihat pucat. Aku sendiri bukan pakar ekspresi jadi gak tahu itu Pavel bahagia atau tengah apes mendapati aku hamil. Bahkan mungkin Pavel sengaja ingin bikin skenario untuk tak mengakui bayi itu.
"Bayinya berusia satu minggu"Aku mengusap perutku dan masih belum berani natap mata Pavel.
"....." Pavel masih diam gays, sekarang dia berdiri dari tempat duduknya. Mungkinkah dia bakal memelukku? Ngarep banget eoh aku.
"Pavel, kenapa diam. Aku harus gimana?"Aku bertanya, aku harus gimana. Pertahanin bayinya atau gugurin bayinya. Kalau Pavel pilih pertahanin aku akan pertahanin kalo Pavel bilang gugurin aku bakal tetap pertahanin tapi jangan harap aku bakal peduli lagi sama Pavel. Tapi Pavel diam bae, jadi aku gak tahu Pavel suka atau enggak.
"....." Pavel masih diam.
"Pavel......" Bentakku karena Pavel kebanyakan diam.
Srtttttt
Pavel belum mengucap sepatah katapun dan diapun tiba tiba lari meninggalkanku sendiri.
Aku udah kayak orang oon clinguksn sendiri, kampus mulai sepi dan hanya ada beberapa mahasiswa yang berkeliaran.
"Pavel anjir......awas kamu!!!!"Aku mulai kesal saat kutahu Pavel tak kembali setelah aku lama menunggu. Gak perlu nangis bro, gak penting pula nangisin orang yang jelas gak sayang dan gak peduli. Logikanya?kalo kita nangis sampai mati, ya kalo Pavel balik kalo tidak? Ngenes bin menderita kok bangga. Yang harus dilakuin sekarang itu strong!!!
"Dome, Pavel kulihat pergi dengan motornya. Apa kamu menunggunya?"Tanya teman Pavel yang kemarin isenging aku. Dia udah gak rese lagi kayak kemarin. Takut jadi camilannya Larry dia.
"......"Aku gak ngomong dan langsung pergi mengabaikan teman Pavel yang terlihat marah karena aku cuekin toh dia gak bakal berani mukul aku atas ancaman Pavel kemarin. Dis hanya berteriak memakiku.
"Yak.......sombong sekali baru dibelain Pavel. Kalo ditinggalin baru tahu rasa kamu!"Sumpah serapahnya nyatanya benar jadi kenyataan. Berati itu teman Pavel teraniaya beneran gegara aku cuekin, buktinya apa yang baru diucapnya langsung terijabahi. Aku ditinggal Pavel, inilah jawabannya.
......
Aku linglung jalan sampai kembali di fakultasku. Aku seperti hilang arah. Pavel gak nelpon atau bahkan menemuiku lagi. Sepertinya ini sebuah jawaban yang dikasih Pavel buatku. Pavel gak pernah menginginkanku.
"Dome"Nai khawatir dan menghampiriku. Melihatku tengah kacau berjalan tanpa arah.
"Gimana, Pavel mau tanggung jawab kan?"Nai menginterigasi
"...."
"Ayolah Dome jangan diam dan menampilkan wajah pucat gini, kamu membuatku takut"Nai memelukku, memberi kekuatan.
"...."
"Dome!!"Nai kini menatap mataku minta jawaban.
"Pavel pergi tanpa mengucap satu kata apapun!"Balasku dan kini aku duduk di bawah pohon. Nyai Nopi jangan gangguin aku ya, cuman numpang duduk. Biasa, pohon besar dikampus suka angker dan kawan kawan bilang penghuninya Nyai Nopi.
"Apa?"Nai pasang muka kesurupan, wah bahaya ini kalau kesurupan beneran. Mana kampus sepi, teriak minta tolong yang datang para demit entar.
"Ah, mungkin dia kebelet boker atau ikutan mual karena denger itu pengakuanmu."Nai mencoba menghibur.
"Ini sudah setengah hari berlalu, emang dia boker sambil ngosek WC" Celetukku kesal, kalaupun Pavel ikutan bantu ngosek WC apa salahnya kirim sms.
"Ya kali aja" Nai kini mengangkat kedua bahunya. Kutahu dia ingin nenertawaiku tapi dia tahan. Ku kerjain aja dia sekalian, itung itung pelampiasan.
"Aku mau pulang"Ucapku dan kini aku berdiri hendak balik.
"Kuy lah kita pulang, dimana kamu parkir mobilnya. Aku setirin" Nai menawarkan diri. Aku lagi ketawa girang didalam hati.
"Mobilnya ada diparkiran fakultas teknik" Balasku dan aku kasihin kunci mobilnya.
"Kamu jalan?"Tanya Nai panik, dikiranya aku bohong. Padahal aku seriusan mobilnya emang ketinggalan.
"Aku terbang, buktinya aku gak ngerasa lelah"Itu jawaban paling berfaedah. Saat aku jalan tadi aku gak ngerasa jauh. Toh tiba tiba udah nyampe aja didepan fakultas kedokteran.
"Ngelawak kamu?"Nai ngeluarin tanduk devilnya. Aku gak takutt, yang kutakutkan saat ini bagaimana aku hidup sampai bayi ini lahir.
"Kagak, aku lagi syuting drama alay dimana pemain utamanya ditinggal pacarnya."Ucapku watados, sumpah ini gak perlu diratapi gays.
"Ish ish kasihan"Nai mencibir.
"Ape, cepet ambil mobilnya sono!"Perintahku, Nai kebanyakan omong unfaedah.
"Jauh Dome, panggil abang gojek dulu ya. Ongkosin." Nai emang biang pelit, aku otomatis ogah. Yang mau nebeng dia kenapa aku yang harus keluarin duit?
"Kalo gak mau ambil mobilnya gak usah nebeng aku. Aku mau naik taxi aja"Ancam ku, aku siap panggil taxi online.
"Iya iya, yang sabar atuh papih muda yang ditinggal pacarnya, eh belum jadi pacar. Kasihan.....ish ish. Jangan bukin stres babynya."Cibir Nai kembali sambil berlari kearah fakultas teknik ambil mobil.
"Serah apa katamu!!!" Hahaha, sabar Dome. Sabar.......
....
Sesampai di asrama
"Dome kenapa berdiri dibalkon, jangan bilang mau terjunin diri?"Nai jadi parnoan dikiranya otakku cekak apa? mau putusin bunuh diri. Entar aku mati Pavel bahagia cari yang lain. Duch, gak ada harga dirinya amat aku entar kalo jadi hantu.
"Inginku"Celetukku malas dan aku natap dilantai bawah. Kalo aku terjun viral aku, tapi sayang gak busa tampil ditivi. Keenakan Nai yang diundang sana sini nyeritain kisah sedihku.
"Dome sialan kamu mati jangan di asrama. Cari tempat lain, bikin horor aja"Nai merinding, Nai parnoan orangnya.
"Emang bunuh diri harus milih tempat, kelamaan."Balasku, walau biasanya ada tempat tempat khusus yang biasa diginiin tapi gak harus aku jauh jauh kesana donk, hemat bensin itu wajib.
"Buset dah ini anak satu, ya cari tempat yang bakal diviralin di media gitu. Terjun bebaa dari pesawat terbang misalnya."Kamu sok tajir Nai. Mau bunuh diri aja harus keluar duit.
"Aku gak sekaya itu buat sewa pesawat pribadi." Aku tertawa. Ingat orangtuaku meninggalkanku. Aku sendirian dan selama ini aku hidup gadein diriku buat rentenir. Entar abis kuliah dapat kerja aku harus balikin itu duit. Sampai matipun mungkin gak bakal kebayar lunas kerja bagai kuda. Hela aku utangnya gak kira kira. Buktinya aku bawa mobil di kampus.
"Biar viral" Semangatnya itu Nai mau nebeng terkenal.
"Kayak kagak ada cerita lain yang berfaedah Nai' Balasku dan kini aku masuk. Tadi sempat lihat orang mirip Pavel masuk ke area asrama. Ah, haluku kumat.
"Jauh jauh dari balkon!!"Teriak Nai heboh padahal aku udah rebahan. Dia gak lihat.
"Tapi Nai...."Aku mau kasih tahu aku udah nyantai di atas kasurku tapi Nai masih saja heboh sendiri.
"Apa, jangan terjun!!"Nai langsung lari ke balkon. Dia clingukan kebawah. Dikiranya aku udah sampai dibawah.
"Nai kamu butuh AKUA."Aku ketawa gays, Nai gak konsen begonya kebangetan. Tapi gitu gitu dia masuk fakultas kedokter an lho?
"Aku butuhnya KUA, sama Chen"Nai kumat. Chen mulu yang ada diotaknya kayak kagak ada pria lain bae.
"Halu kamu?"Balasku.
"Seriusan."Nai nyengar nyengir, dia pasti lagi bayangin beneran ke KUA.
Tok
Tok
Tok
"Itu Pavel"Nai bergegas bukain pintu dia mau tonjok Pavel. Tapi aku udah gak ngeharap lebih buat Pavel datang.
"Delivery"Balasku, aku baru pesan makanan.
"Nai bayarin, dompetku ketinggalan di mobil."Pintaku rada maksa.
"Dome, tagihannya gede."Nai masang muka melas. Aku pesan banyak, biasa Nai pelit. Tapi aku yang kaya tapi jahat. Hahahaga
"Kalau mau, ambil duit di mobil?" Balasku watados, jelas Nai mau ambil itu duit. Tapi tidak sekarang dia juga lelah tadi ambil mobil di fakultas teknik dengan berlari. Masak sekarang harus ambil duit dari lantai lima ke lantai satu. Gak ada lift atau ekskalator yang ada tangga sehat.
"Eh, males"Dan kini si Nai yang bayarin makanannya.
Burger daging, woa enaknya. Ini seperti evoria sebab kemarin gak makan secara benar.
Ayam, kentang, mayonaise dilihat aja ileran apalagi bila meleleh didalam mulut. Nyammmmmmm
Pesta makan malam inu, sembari lupain kejadian tragis tadi siang. Hibur diri perlu, hibur orang lain? Harus dibayar!! Wkwkwk
"Dome kamu yakin mau makan ini semua?"Nai khawatir, dikiranya aku stres gak ketulungan ngajakin Nyai Nopi si hantu penjaga pohon buat makan bareng sangking prustasinya aku.
"Iya, harus makan enag disituasi seperti ini"Cengirku, gak boleh galau. Kalau Pavel gak mau bayinya aku bisa kok besarin sendiri. Tinggal tanda tangan, cap jempol ke rentenir pinjam duit.
"Ini makanan bikin gemuk kunyuk!"Nai jitak kepalaku. Itu makanan cepat saji dan lihat berapa lemak dan kalori disana tanpa ada sayurannya.
"Selamat makan!"Aku gak peduli dan aku kini membuka mulutku lebar lebar agar makanannya masuk dimulutku tanpa cidera.
Tapi saat aku hendak menggigitnya ada Pavel nyelonong masuk. Nai lupa kunci pintu.
"Buang itu!!"Pavel dengan kasar ngambil dan membuang makanan itu.
"Yakkkkk, Pavel itu beli pake duitku main buang aja" Nai teriak kesal, duitnya sekarang harus jadi sampah. Pavel buangnya gak kira kira langsung ke lantai bawah untung gak jatohin anak orang.
"Diem kamu!! Mau jadi komplotan siksa bayiku dengan makanan penuh lemak itu. Mau kumasukin kekanfangnya larry!!!"Pavel emosi jiwa.
"Ogah"Nai langsung pergi ngacir dan keluar kamar. Masuk kekandang Larry itu lebih mengerikan daripada gak makan seminggu.
Dan kini Pavel natap aku penuh rasa penyesalan. Okelah mau bilang kagak mau tanggung jawab susah banget.
Udah bilang end aja. Kelamaan!!!!
Tbc
Jangan maki aku, hahaga
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top