Chapter 29: Kejadian tak terduga
"Lepasin, Gar," ronta Clara memukul-mukul lengan cowok itu. Namun, tak ada tanggapan dari yang bersangkutan.
"Masuk," perintah Garry saat sampai di depan mobilnya. Ia membukakan pintu dengan cepat.
Mendapati tatapan serius dari Garry, gadis itu menurut. Tak lama Garry masuk dari pintu sebelahnya. Menghidupkan mesin, memundurkan mobil kemudian pergi ke jalan raya. Tatapannya datar lurus ke depan.
Clara menghela napas berat, kenapa pula si Garry tak menyetujui hal itu? Apa jangan-jangan dia memang tak pernah mau serius padanya? Tapi bukannya itu bagus? Toh, mereka kan tidak saling mencintai. Hanya berpacaran atas dasar tantangan.
"An—"
"Diem!" bentak Garry cepat, Clara sampai terkaget mendengarnya.
"Kenapa nggak—"
"Gue BILANG DIEM!"
Garry menghentikan mobilnya mendadak ke pinggir jalan. Clara tersentak ke depan, begitu juga dengan Garry yang bertahan di bulatan setir. Matanya melirik tajam Clara.
"Lo kenapa sih?" tanya gadis itu dengan emosi yang sudah menggebu-gebu.
"LO YANG KENAPA! BRENGSEK!"
"Kok lo yang marah-marah sih?!" Clara tak habis pikir.
Garry mendengus sinis. "Jangan sampe gue macem-macem ya sama lo."
Bukannya takut, Clara malah menantang. "Lo pikir gue takut sama ancaman murahan gitu?!"
Garry melepas sabuk pengamannya kemudian mendekatkan kepala mereka, mengecap bibir Clara secara perlahan. Gadis itu melotot diam, mematung. Sementara Garry terus bermain dengan bibi Clara, terus mengendalikan permainan lidah mereka.
Setelah cukup lama dalam posisi yang sama, akhirnya Garry menyudahi adegan tak terduga itu. Clara bergetar kecil, matanya bahkan tak berkedip sejak tadi.
"Puas lo?!" kata Garry tak lama setelahnya. "Itu kan yang lo mau?"
"Antar gue pu-pulang," kata Clara masih dengan wajah melamun, putus asa. Mereka barusan berciuman bukan?
Di pinggir jalan?
Di dalam mobil?
Demi Tuhan, Clara dosa apa sampai dihadapkan dengan cowok brengsek seperti dia?!
Garry menjalankan mobilnya kembali, sampai ke depan rumah Clara pun cewek itu hanya termenung datar, jalannya juga tak tegap.
Melihat kondisi gadis itu, Garry jadi bersalah karenanya. Tapi kenapa pula dia merasa bersalah? Dia tidak salahkan?! Itulah yang diinginkan para gadis-gadis mendekatinya?
Atau mungkin, bukan itu?! Apa jadinya jika Garry menyosor mulut orang tanpa persetujuannya? Apa itu artinya Garry murahan?!
Sial!
Tak lama, ponselnya berdering, nama Larry terpampang di layar. Garry tak menjawabnya, membiarkan panggilan itu berakhir begitu saja. Dia terlalu malas untuk berurusan dengan makhluk homo itu.
***
Saat Clara masuk, dia masih belum bisa menghapus lamunannya, seolah-olah situasi tadi sudah mematikan fungsi otaknya.
"Clara?"
Panggilan dari Ayah menyadarkan Clara dari lamunan berkepanjangannya. Ia bergidik sesaat, sebelum menoleh ke sumber suara dengan berkata, "Ya?"
"Kenapa kamu berjalan sambil melamun gitu?"
Clara bingung sendiri menjawabnya. "Eh, anu, bukan apa-apa kok. Ayah kapan pulang?"
"Ayah nggak kemana-mana hari ini."
"Loh." Clara bingung sendiri. "Ya udahlah, Yah, Clara capek, mau ke kamar dulu."
Gadis itu berbalik badan, menuju ke kamarnya tanpa menunggu jawaban dari Ayah. Ada apa dengan anak gadisnya ini? Apa dia sedang merasakan indahnya masa sekolah? Sang ayah terheran-heran.
Clara mengunci pintunya dua kali, memegang ujung bibirnya, entah kenapa adegan itu terus saja terulang di kepalanya, dia masih tak habis pikir!
Segera dia menyalahkan gawainya, mengetikkan banyak pertanyaan pada kontak WA Bundanya.
Clara:
- Bunda, bunda, apa Clara sudah pantas untuk menjadi dewasa sekarang?
- Bunda, jika suatu kejadian terus berputar di kepala, apa artinya itu?!
- jika Bunda di perlakukan romantis tiba-tiba, bagaimana reaksi Bunda?
Bunda:
(Read)
Clara:
Kok cuma di read sih, Bunda... Please jawab...
Clara melempar gawainya ke kasur, ia menggigit giginya cepat, penuh kekhawatiran, apakah Bundanya pernah melalui peristiwa yang serupa dengannya? Ah, sial, harusnya Clara tampar saja wajah Garry tadi. Tapi, tapi! Kejadiannya terjadi begitu cepat.
Notif gawainya berdering, segera ia mengambilnya kembali, membuka satu pesan yang masuk.
Bunda:
Anak Bunda kenapa? Kok gitu nanyanya? Bunda barusan habis pemeriksaan dan minum obat, jadi sebentar lagi Bunda akan tertidur. Jika Bunda lihat mwsbsksbslal
Clara:
Loh, bunda...!
Bunda!
Hallo!
Ihhh!
Jawab, Bun! Masa sih, reaksi obatnya secepatnya itu.
Bunda:
Haha, bercanda sayang. Menurut Bunda, hal itu biasa kok. Memangnya diperlakukan romantis seperti apa? Di peluk atau di ajak makan?
Clara:
Anu, Bunda, Clara malu jelasinnya...
Bunda:
Ikuti kata hatimu, Clara, Bunda percayakan semuanya kepada kamu sendiri. Jika nantinya kamu menyesal, kamu bisa mengambil hikmahnya dari keputusanmu yang itu.
"Ahhhh!!!" Clara berteriak frustasi, ia segera menutup mulutnya rapat-rapat, semoga saja ayahnya tidak menegurnya karena tingkah lakunya barusan.
Ia memutuskan untuk tidak membalas pesan dari Bundanya. Yang ada, malah dia akan tambah bingung, oke Clara, tarik napas dalam-dalam, hembuskan.
Lakukan sekali lagi, hembuskan.
Jantungnya sudah lumayan tenang, hanya pikirannya yang terus saja mengulang-ulang kejadian itu. Dia pun tanpa sadar terus saja memegang bibirnya itu. Tiba-tiba ia terpikirkan satu cara untuk mengatasi masalahnya.
Ia membuka kunci pintu, berlarian ke dapur, membuka keran dan membasuh bibirnya sampai-sampai lipstiknya ikut terhapus. Ia merasa sedikit berbeda, namun tetap saja pikiran itu menghantuinya.
Clara merengek di depan cermin, wajahnya benar-benar buruk sekarang, apalagi mulutnya yang merah pucat, ia insecure seketika.
Karena cara ini tak kunjung berhasil, mau tak mau Clara harus mengalihkannya. Ia bergegas pergi ke dapur, mengambil semua cemilan yang biasanya sudah disediakan oleh ayahnya.
Ia juga mengambil beberapa butir telur untuk di masak dadar. Setidaknya kesibukan seperti ini, akan memblokir ingatan itu. Fokus, Clara, fokus!
Ting, tung!
Bunyi bel rumah Clara berbunyi, ia penasaran siapa yang datang, segera ia buka pintu depannya dan terlihat Abang Ojol yang membawakan sesuatu di kantong kreseknya.
"Iya, Pak?" tanya Clara sesaat setelah membuka pintu gerbang.
"Anu, Mbak, ini ada pesanan atas nama Clara Amelia, bener kan ya?"
"Iya, Pak, bener saya Clara Amelia, tapi saya nggak ngerasa pesen ini."
"Kalo dari aplikasi seperti itu, Mbak, ya sudah ya, Mbak, tolong terima, barangnya sudah dibayar."
"Iy, iya deh, Pak, makasih banyak ya...."
Ojol itupun berlalu begitu saja, sementara Clara bingung sendiri, harus dia apakan makanan ini? Ngomong-ngomong, ia kembali ke dapur.
Membuka isi kantong kresek itu, terlihat sekotak ayam panggang dengan kentang goreng.
"Loh, kayak Mekdi, tapi kok pake kresek gini?" Clara tak habis pikir. "Loh, nih surat apaan ya?"
Clara mengambilnya, membaca pesan yang tertulis dalam kertas kecil itu.
"Kepada Clara Amelia, tolong terima makanan sampah ini karena gue salah pesan?" tanya Clara bingung. Menebak-nebak, siapa sebenarnya yang mengirimkan makanan ini kepadanya.
***
Fiu, akhirnya update juga guys.
Sorry ya, ketiban odoc saya(๑´•.̫ • '๑)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top