Chapter 17: Salah Paham
_______________
Kesalahapahaman dapat menghancurkan semua hubungan.
________________
****
Baru beberapa langkah Clara menginjakkan kakinya ke dalam lapangan sekolah, tapi kerahnya sudah ditarik paksa oleh seorang cowok yang memakai Sweater dengan kerudung yang menutupi rambutnya.
"Dih, apaan sih?!" keluh Clara ketus yang tak terima di tarik begitu saja. Ia segera menoleh ke belakang dan terdiam karenanya.
"Apa?!" Cowok itu tak kalah ketusnya. Ia menghangatkan tangannya-digosok cepat sambil menghembuskan napas beberapa kali.
"Lo ... siapa?"
Mendapati pertanyaan itu, si cowok langsung memasang wajah datar dan alis yang meruncing. "Lo amnesia apa gimana?!"
"Maksud gue, lo itu Garry apa Larry?" tanya Clara lagi, memperjelas pertanyaan tadi.
Mata cowok itu mengamati sekitar dan hanya diam, membiarkan Clara tersiksa dengan rasa penasarannya.
"Jawab dong!"
Namun, ia tetap memilih diam dengan senyuman tak tertahankan. "Menurut lo?"
"Garry, 'kan?"
Bukannya menjawab, ia malah melepas kerudung Sweater itu dan terjawab sudah jika itu adalah Larry Alexandre. Kemudian ia tersenyum lebar hingga matanya terlihat segaris dan berpose imut.
"Larry?! Ih, sumpah ya, gue kira tadi beneran Garry. Dari nadanya yang galak sampe bikin gue badmood pagi-pagi gini."
Larry tertawa senang. "Maaf ya, cuma nguji lo aja kok tadi. BTW, Garry bawa Sweater tapi nggak dipake malah nitip ke gue. Lo mau pake nggak?" Ia menyodorkan Sweater rapih berwarna merah cerah.
"Sweater?" beo Clara bingung. Alisnya menaik tinggi.
"Iya, tadi udah di siapin Kepala Manajer, takut kena demam katanya karena cuaca dingin-dingin gini. Eh, cuma si Garry nya bebal."
"Oh begitu. Ya udah deh, aku pake ya."
"Oke."
Lalu Clara mengenakan Sweater itu dengan cepat. Larry yang melihat lekukan postur tubuh Clara yang sedikit seksi hanya menelan ludah. Tidak, dia bukan menyukainya, hanya saja kagum serta iri, sedikit.
"Oke, ke kelas bareng yuk?" tawar Larry menyodorkan telapak tangannya. Yang kemudian disambut ramah oleh Clara dan keduanya pun berjalan beriringan ke kelas.
Sepanjang lorong, kejadian seperti kemarin terjadi lagi. Siswa-siswi yang mereka lewati membuka mulut mereka lebar dan berbisik-bisik ke antara satu dengan lainnya.
Clara tak begitu tau apa yang mereka bisikan, hanya saja ia berharap itu tak akan menjadi gosip yang menghebohkan satu sekolahan seperti hari pertamanya kemarin.
Mereka sudah sampai di kelas dan duduk di bangku masing-masing. Larry mengeluarkan dua kotak susu kecil dari tasnya dan memberikan salah satunya ke Clara.
"Eh, nggak usah, nanti gue bisa beli kok." Clara menolaknya sopan.
"Gak papa, itu jatah Garry kok, dia orangnya gak suka susu kotakan."
"Ah, begitu."
Mau tak mau Clara harus menerimanya. Mungkinkah Larry berpikir jika sebagai pacar Garry, maka ia akan menggantikan apa yang Garry tidak mau konsumsi? Tapi, dipikir-pikir lumayan juga kotak susunya, seperti merk mahal.
Clara membuka bungkusan plastik sedotannya kemudian menancapkannya ke lubang kotak susu. Ia menyeduh susu itu dan rasanya benar-benar segar dan berbeda. Ia bahkan belum pernah menkonsumsi susu sesegar ini.
Namun, tanpa keduanya sadari, banyak siswa yang memperhatikan mereka di balik jendela kelas.
***
Garry yang tengah berada di ruang kelasnya, sibuk men-scroll media sosialnya. Ia sudah berulang kali mencari akun dengan nama "Clara" tetapi tak kunjung menemukannya juga.
Apa tuh cewek nggak main sosmed ya? Pikir Garry di kepalanya.
Segerombolan cowok duduk di bangku sebelah Garry dengan membahas Clara dan Larry yang memakai Sweater serupa.
"Eh iya, 'kan? Mentang-mentang jadi pacarnya Garry, eh jadi seenaknya si Larry pake couple-an sama Clara."
Mendengar itu, telinga Garry langsung panas dan segera beranjak dari kursinya. Kumpulan cowok yang tadi mengobrol melihat Garry serentak. Tanpa basa-basi cowok itu bergegas pergi dari kelas, menuju ke kelas sebelah.
Saat di lorong, banyak siswa yang melihat ke dalam kelas, perasaan Garry semakin memanas dan mempercepat langkahnya, masuk ke kelas dan tanpa basa-basi menendang keras meja yang ada di kelas sebelah.
Baik Clara maupun Larry amat terkejut dengan tindakan kasar Garry barusan. Mereka menghentikan obrolannya dan beranjak dari kursinya secara serentak.
"Sini, lo," tantang Garry dingin, tangannya mengisyaratkan Larry untuk maju. "Dan lo, tolong jelasin ke gue abis ini."
Larry dengan polosnya menghampiri saudaranya itu dan seketika itu juga, Garry langsung memukul cepat perut Larry yang langsung tertunduk kesakitan.
"GARRY?!" Clara yang semula hanya diam di tempat langsung berlarian saat tau Garry memakai cara kekerasan. Ia menolong Larry yang menahan rasa sakit si perutnya.
"Udah gila lo ya?!"
"Ya, gue udah gila. Kenapa emang?! Masalah buat lo?!" tanya balik Garry dengan nada tak kalah tingginya. "Lepasin, nggak?! LEPASIN!"
"APANYA?!" balas Clara teriak sambil berdiri. Ia berhadapan langsung dengan wajah Garry yang sudah sangat panas dan sorotan mata tajam.
"Lo ... pura-pura nggak tau atau, lo suka sama dia?!" Garry menunjuk ke Larry yang masih tergeletak lemah.
Clara mengkerutkan dahinya tak mengerti. Kenapa Cowok ini malah menuduhnya seperti itu, juga, apa yang sebenarnya ia minta lepaskan?
"Masib pura-pura? Perlu gue hancurin tuh Sweater, HAH?!"
Sweater?! Astaga, cuma gara-gara ini?!
Clara tersenyum lebar. "Jadi! ... lo dari tadi marah-marah gak jelas cuma karena Sweater ini?!" Ia menunjuk Sweater yang ia pakai.
Tak lama setelahnya Clara melepas Sweater itu dan membuangnya sembarang. "Itu kan yang lo mau?! Asal lo tau aja ya! GUE PAKE SWEATER ITU KARENA LO! KARENA LO YANG NGGAK MAU PAKENYA, JADI GUE YANG GANTIIN LO."
"Siapa yang suruh lo gantiin gue?!"
Raut wajah Clara mendadak syok setelah mendengar respon Garry. "Lo nggak paham, Gar? Semua ini terjadi karena lo! ... karena lo menolak Sweater itu, gue yang polos pun gantiin lo. Tapi ya udahlah, gue juga udah muak sama lo. Bener-bener muak dengan semua tingkah menjijikkan yang lo tunjukin barusan."
Clara menghela napas panjang, sebelum akhirnya memilih pergi dari sana. Sedangkan Garry hanya diam mematung, tak bergerak sedikit pun. Kata-kata Clara barusan benar-benar menusuk ke otaknya. Seolah kata-kata itu terus terngiang-ngiang.
Saat diambang pintu kelas, Clara tak sengaja berpapasan dengan Indah yang baru saja sampai ke kelas. "Clara...."
"Nggak dulu deh, Ndah." Clara menahan isak. Setelahnya berlalu begitu saja... Pergi entah kemana.
Indah tak sengaja melihat kedua saudara itu dan menghampiri keduanya. Ia melirik ke Larry yang lemas tak berdaya.
"Larry lo Apain lagi sih, Gar?" tanya Indah pelan, ia berusaha menyentuh bahu cowok itu tetapi dengan cepat di tepis begitu saja.
"Bawa Larry ke UKS," perinta Garry dingin seraya memutar tubuhnya pelan dan meninggalkan kelas begitu saja. Matanya tertunduk dalam.
***
Lanjut Next Chapter, woy!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top