💣 empat

_oo0oo_

Bel tanda pelajaran selesai sudah berbunyi beberapa detik yang lalu. Semua murid langsung membereskan buku mereka masing-masing termasuk aku.

"Pril, lo tau anak baru dikelas sebelah nggak?" tanya Kia sesaat setelah memutar tubuhnya menghadap kearahku.

"Yang mana ya, Ki?" tanyaku balik.

"Ikbal Ali. Lo tau nggak?"

"Oooh Ikbal?"

"Lo kenal?" tanya Kia dengan wajah sumringah. Aku hanya mengangguk pelan. "Kok lo bisa kenal?"

"Kapan hari nggak sengaja ketemu di mushola!"

"Wuih, ketemu jodoh nih!" goda Kia membuat mataku mendelik seketika.

"Apaan sih? Lebay!"

"Yee dibilangin juga. Kalian ketemu di mushola..uuuh romantis banget sih. Itu artinya ada campur tangan Allah dalam pertemuan kalian!"

"Udah deh ah, biasa aja!" sergahku.

"Tapi jangan mau kalo diajak pacaran!" lanjut Kia. Pergerakan tanganku terhenti seketika. "Langsung nikah aja. Pacaran haram!"

"Sialan!" aku refleks menimpuk Kia dengan sebuah buku tulis ditanganku.

"PRILI!"

Suara itu membuatku langsung menoleh kearah sumber suara, begitu juga dengan Kia. Mulutku melongo lebar saat menatap orang yang tengah berdiri disana.

"Ikbal?" panggilku pelan.

Ikbal tersenyum lalu melangkah menghampiri mejaku.

"Ehem!" suara deheman dari Kia membuatku melotot kearahnya. "Kayaknya ada yang udah sold out nih. Gue balik duluan ya, Pril. Inget pesan gue tadi. Jangan mau diajak pac----"

"KIAAAA!" teriakku kencang membuat Kia tertawa terbahak-bahak dan langsung meninggalkan kelas. Pandanganku kembali menatap Ikbal yang kini duduk di tempat Kia. "Ada apa, Bal?"

"Pulang sama siapa?" pertanyaan Ikbal membuat keningku mengkerut.

"Mm, dijemput sopir!" jawabku singkat.

Ikbal manggut-manggut saja. "Pulang bareng gue mau nggak?" tawar Ikbal.

"Mm, gimana ya?" pikirku. Aku melirik kearah Ikbal yang tampak menunggu jawabanku. Baru kali ini ada seorang cowok mendekatiku dan mengajakku pulang bareng.

"Gimana. Mau nggak?" tanya Ikbal lagi saat aku masih terdiam.

"Heh, lo anak baru itu kan?"

Aku relfeks menoleh kebelakang. Disana ada Bayu yang sudah berdiri dari kursinya sambil menyampirkan tas ranselnya ke pundak.

"Iya. Kenapa?" sahut Ikbal dengan nada santai.

Perasaanku mulai tak enak. Bayu melangkah maju dan berdiri tepat disebelah mejaku. "Lo nggak tau dia siapa?" tanyanya sambil menunjuk kearahku.

Aku memilih diam dan menunduk. Jika Ikbal tau yang sebenanrnya mungkinkah Ikbal juga akan menjauhiku?

"Prili Aisyah. Kenapa emangnya?" tanya Ikbal balik. Nada suaranya terdengar santai.

"Lo nggak tau kalo dia anak teroris?"

Ucapan Bayu membuat mataku seketika terpejam rapat. Buliran bening itu terus mendesak untuk keluar. Apa anak teroris tidak boleh memiliki teman?

"Anak teroris?" ulang Ikbal. Dan airmatakupun mulai berjatuhan. Ikbal berdiri dari kursinya. Aku yakin setelah ini ia akan meninggalkanku dan berpura-pura tidak mengenalku. "Gue tau Prili anak teroris!"

Kepalaku mendongak menatap Ikbal yang kini sudah berdiri di sebelah mejaku. Matanya menatap lurus kearahku.

"Tapi gue nggak peduli itu!" Ikbal langsung menyambar tanganku dan menarikku keluar dari kelas. Tak kusangka Ikbal melakukan hal ini. Aku kira dia akan meninggalkanku.

"PERGI YANG JAUH SANA. SEKALIAN NGGAK USAH BALIK!!" teriak Bayu.

Suara Bayu membuat airmataku kembali mengalir. Bayu Permana, dia ketua kelas. Orangtuanya masih lengkap dan semua saudaranya tak ada satupun yang terluka. Keluarga Bayu bukan termasuk korban bom itu tapi ia begitu membenciku.

Langkah Ikbal terus melaju hingga akhirnya berhenti di parkiran mobil. Ikbal melepaskan genggaman tangannya dan jemarinya langsung menyentuh kedua pipiku. Menyeka pipiku yang basah.

"Nggak usah dengerin omongan orang!" ucapnya sambil tersenyum manis kearahku.

Aku mengangguk dan mencoba tersenyum. "Udah biasa, Bal. Itu ibarat makanan sehari-hari gue!"

Tangan Ikbal lalu bertengger dikedua pundakku. "Mulai sekarang lo nggak perlu takut. Ada gue disini. Nggak akan ada yang berani ngebully lo lagi. Oke?"

Perlahan aku mengangguk. Senang sekali rasanya ada seseorang yang memperhatikanku seperti ini. Mengkhawatirkan keadaanku. Andai sejak dulu alu bertemu dengan Ikbal...

"Pulang sekarang yuk!" ajaknya dan aku hanya mengangguk.

Aku lalu menelpon sopir pribadi Papa dan mengabarkan kalau aku pulang diantar Ikbal.

Ya Tuhan, bolehkah aku berharap? Aku ingin dicintai laki-laki seperti Ikbal.

_oo0oo_

"Lo jadian sama Ikbal?" tanya Kia saat aku baru saja selesai menyalin catatan di papan tulis.

"Nggak kok!"

"Heleeeh, ngaku aja lo. Tadi pagi lo berangkat bareng dia kan? Dan kemarin pulangnya dianterin!"

Aku mengulum senyumku mengingat kejadian kemarin siang saat Ikbal mengantarku pulang.

"Save nomer gue ya. Kasih nama Ikbal Ganteng!" ucap Ikbal setelah menulis nomernya di hpku. "Oh iya, mulai besok dan seterusnya lo berangkat dan pulang bareng gue!"

"Pril, lo dengerin gue kan?"

"Ah-eh iya. Gue dengerin lo kok!" sahutku tergagap.

"Hem gitu ya, giliran udah punya gebetan lo lupain gue!" keluh Kia. Ia memasang wajah melasnya.

"Ya Allah, Kia. Gue nggak mungkin lupain lo laah. Gue sama Ikbal cuman temenan kok!" kilahku. Tapi memang kenyataannya seperti itu. Aku dan Ikbal tidak ada hubungan spesial.

"Jadi Ikbal belum nembak lo?" pekik Kia. Otomatis gue mengeleng. "Dih, muka lo lemes gitu. Ngarep banget ditembak sama Ikbal!"

"Kia, apaan sih lo? Udah sana jangan godain gue!"

Kia memutar tubuhnya sambil tertawa cekikikan. Pikiranku kembali berkelana. Membayangkan wajah Ikbal Ali Ramadhan yang baru aku kenal beberapa hari yang lalu. Apakah dia menyukaiku?

Apa suatu saat nanti Ikbal akan menembakku?

_oo0oo_

Semakin hari aku semakin akrab dengan Ikbal. Berangkat sekolah dijemput, istirahat bareng dan pulangnya diantar oleh Ikbal. Ikbal benar-benar memperlakukan aku layaknya seorang ratu. Ikbal juga termasuk cowok yang rajin ibadah. Hal itu yang membuatku menyukainya.

Ya. Aku menyukainya. Mungkin sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Pertemuan tak sengaja di pintu Mushola. Apa benar ini rencana Allah?

Pulang sekolah gue tunggu di rooftop

Satu pesan dari Ikbal membuatku tersenyum lebar. Aku berpikir, kenapa dia menungguku disana? Kenapa tidak diparkiran saja? Apa jangan-jangan....

_oo0oo_

Kudorong pintu silver itu dengan pelan dan angin langsung menyerangku, membuat jilbab putihku sedikit berkibar. Aku menatap lurus ke depan dan mendapati Ikbal sedang berdiri disana.

"Ada apa, Bal?" tanyaku sambil berjalan kearahnya.

Ikbal melempar senyumnya dan menegakkan posisi berdirinya. Kini aku berdiri di depannya. "Gue mau ngomong sesuatu sama lo!" ucapnya disela-sela senyuman manisnya.

"Soal?" tanyaku pelan. Entah kenapa degup jantungku berpacu semakin cepat. Firasatku mengatakan Ikbal akan menyatakan cintanya padaku.

"Prili Aisyah. Sejak kenal sama lo, hidup gue penuh warna. Tiap hari gue selalu kepikiran lo. Disekolah, dirumah rasanya gue pengen selalu ada lo disamping gue. Apa lo juga ngerasain hal kayak gitu?"

Aku mengernyit. Aku ingin mengangguk tapi aku tahan egoku. "Maksudnya?" tanyaku tak sabar.

Ikbal maju selangkah mendekat kearahku. "Kamu mau nggak jadi pendamping hidupku?"

Pendamping hidup?
Maksudnya Istri?

_oo0oo_

Sbya, 25 Mei 2018
Ayastoria

Alurnya sedikit dipercepat ya. Hehehe

Kasihan mereka pada jamuran nunggu kemunculan Ali 😊😊😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top