Chapter [twenty seven]
Sesampainya di rumah Laura langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia memejamkan matanya sejenak sambil menghembuskan nafasnya. Menjalani kehidupan yang tidak sesuai dengan keinginannya itu sungguh melelahkan. Di tambah pelajaran dari jurusan IPS harus ia pelajari dari awal, mengingat bahwa dirinya dulu berada di jurusan IPA. Apalagi ketika di kelas ia melamun sebentar langsung di suruh keluar oleh guru, padahal ia belum sempat menjelaskan tapi guru-guru seakan udah tau tabiat buruk Laura. Jadi, ketika ia hendak berbicara tidak akan di dengarnya. Belum lagi masalah yang masih jadi gosip sama satu sekolah soal kesalahpahaman ia dan Azriel. Bahkan Juan mengabaikan nya.
"Huh... Jadi lo ternyata gak tenang, Ra." Monolognya.
Laura mengangkat tangannya sebelah kanan dan melihat dengan seksama sebuah gelang yang tidak pernah ia lepas pasca kecelakaan itu.
"Harusnya gue gak berhak pake ini. Gelang ini punya Ara, dan gue akan nyimpannya." Lantas Laura melepaskan gelang itu dan meletakkan nya di samping ia berbaring.
"Capek banget," lirihnya.
Tok tok
"Ara, ada Juan di bawah sayang."
Perkataan mamanya barusan sontak membuat Laura langsung bangkit dari tempatnya. Buru-buru ia membuka pintu dan memastikan sekali lagi apa yang dikatakan mamanya tadi.
"Mama gak bohong, kan? Juan kesini? Ke rumah kita?"
Kana mengangguk, sekaligus bingung dengan reaksi Laura yang aneh dari biasanya.
"Iya. Kamu kenapa, Ara? Kok kayaknya kamu kaget banget Juan datang, biasanya enggak gini deh. Kalian berdua ada masalah ya?" tanya Kana, seolah mengerti hanya dengan melihat reaksi Laura barusan.
Laura tersenyum simpul, lalu menggeleng. "Enggak, Ma. Kalo gitu aku temui dia dulu."
Kana menggeleng-geleng kepala setelah Laura melenggang pergi. Dia berharap hubungan antara Juan dan Laura tetap awet.
Saat dia hendak berbalik ke kamarnya, dia melihat kamar Laura yang terbuka lebar. Kana pun berniat untuk menutupnya. Namun, sesuatu menarik perhatiannya.
•••
Laura turun dari tangga dan menjadi kekasihnya sudah duduk di sofa ruang tamu. Ia tersenyum sumringah lalu menghampiri Juan dengan langkah cepat.
"Juan!"
Cowok itu melihat kedatangan Laura, dan menyuruh cewek itu untuk pelan-pelan ketika turun dari tangga.
"Jangan lari-lari, Ra, nanti kamu jatuh." Ucap Juan, khawatir.
"Kamu udah gak marah sama aku?" tanya Laura ketika sudah di hadapan Juan.
Sesaat suasana jadi hening. Membuat Laura kembali bersedih. Namun, tiba-tiba Juan mengangkat dagu Laura sambil memandang dalam bola mata hitam itu.
"Mana bisa aku marah lama-lama ke kamu." Ucap Juan sambil tersenyum.
Laura ikut tersenyum dan langsung memeluk cowok itu.
"Makasih, aku benar-benar khawatir kamu bakalan minta putus." Ucap Laura pelan.
"Gak akan, Ara. Aku udah pernah berjanji sama kamu dulu, kalau kata keramat itu gak akan aku ucapkan pada hubungan kita. Aku mau terus bersama kamu hingga tua nanti."
Laura tediam, mencerna semua perkataan Juan. Tiba-tiba ia jadi kepikiran, apakah suatu saat nanti ketika Juan mengetahui fakta yang sebenarnya, dia akan tetap mencintai Laura yang sebenarnya adalah Launa?
"Sayang? Kamu kenapa diam?" tanya Juan sambil melepaskan pelukan mereka.
"Ehm, enggak apa-apa kok."
"Serius?"
Laura mengangguk dan menampilkan senyum indahnya agar cowok di depannya yakin kalau ia baik-baik saja.
"Oh iya, waktu itu kamu balapan sama Azriel bukannya kamu kalah, ya? Terus gimana dengan kata-kata Azriel yang katanya bakal ngerebut aku dari kamu? Itu beneran apa bohongan sih?" tanya Laura ketika mengingat perkataan Azriel tempo hari.
Juan seperti tidak suka membahas apalagi menyebut nama Azriel, tetapi karena kekasihnya yang bertanya, dia pun akan menjawabnya.
"Dia bilang cuma bercanda," balas Juan dengan malas.
Laura menghela nafas panjang, "lain kali kamu gak usah ladenin orang gila kayak dia itu. Aku gak mau sampe kamu kenapa-napa."
"Iyaa, waktu itu aku kebawa emosi aja, soalnya foto kamu sama dia bikin aku mendidih."
Mendengar itu Laura menggelengkan kepalanya. "Itu gak bener, nanti aku coba cari tahu siapa orang yang nyebarin itu."
"Aku juga akan bantu."
•••
Sedangkan di lain tempat tiga orang teman sedang berkumpul di salah satu warung. Mereka menikmati bakso yang sudah di pesan.
"Eumm bakso disini emang paling the best!" Sahut Shania.
"Iya kan? Makanya gue langganan disini." Celetuk Gavin dan di angguki oleh Shania sambil mengacungkan jempol nya.
"Btw kenapa Ara gak di ajak kesini juga?" tanya Oliv.
"Tadi udah gue telpon, katanya dia abis balik dari makam Launa sama mamanya, jadi dia mau istirahat dulu." Jawab Gavin dan di balas 'oh' saja oleh Oliv.
"Oh iya! Kalian kudu bantuin gue buat cari tau siapa orang sinting yang nyebarin berita soal Ara di sekolah. Foto-foto itu juga pasti di ambil diam-diam sama orang itu." Ucap Shania setelah menelan abis baksonya.
"Pelan-pelan, Shan. Tuh minum dulu." Gavin memberikan es teh dan tisu pada Shania.
"Eh iya thanks."
"Menurut gue orang itu cuma iseng? Mungkin aja kan dia gak sengaja ketemu Ara sama Azriel, terus dia foto mereka diam-diam. Lo tau sendirilah gimana sekolah kita kalo ada gosip baru, apalagi tokoh utamanya anak famous. Setelah gosip itu juga gak ada tanda-tanda gosip baru lagi soal Ara, kan? Udah pasti sih, orang yang nyebarin itu cuma iseng."
"Hmm... Bener juga kata Oliv."
"Walaupun begitu kita tetap bantuin Ara nyari tau pelakunya dong! Gue masih gak terima si pelaku bebas berkeliaran di sekolah kita. Modelan orang kayak gitu emang harus di basmi!" Tekan Shania.
"Hmm... Bener juga kata Shania."
"Dan lagi, kalo dia cuma iseng, itu udah kelewatan! Pasti ada tujuannya, pasti nih dia gak suka sama Ara. Pokoknya gue bakal cari tahu siapa dia!!"
"Ya, terserah deh, gue sebenernya males ikut campur kayak gini. Tapi demi temen gue ngikut." Ucap Oliv.
•••
"Ngapain tuh?"
Juan menoleh ke sampingnya seraya tersenyum manis pada gadis yang sangat dicintainya itu. Dia menggerakkan tangannya dan menyuruh Laura untuk duduk di sampingnya.
"Kamu udah makan?" tanya Juan.
"Udah."
"Udah minum juga?"
Laura mengangguk, "udah."
"Kok udah semua sih, padahal aku bawain bekal nih. Tadinya abis ngerjain soal-soal ini aku mau nyusul ke kelas kamu, mau makan bareng."
Laura tersenyum kecil melihat raut cemberut dari wajah cowok itu. Wajah tampan yang merenggut itu entah kenapa selalu membuatnya tanpa sadar tersenyum. Begitu menggemaskan. Ia juga senang akhirnya hubungan mereka kembali harmonis setelah kemarin Juan datang kerumahnya dan meminta maaf langsung padanya. Cowok itu benar-benar tulus, Laura dapat melihat tatapan keseriusan di mata cowok itu. Juan bahkan sempat mengajaknya jalan-jalan keluar demi membuat Laura senang.
Laura tersenyum kecil dan menggeleng. "Buat kamu aja. Btw ngapain kamu ngerjain tugas disini? Kenapa gak di kelas aja? Dari tadi aku cariin, kata temen kamu sih kamu ada di rooftop. Pas aku samperin ternyata bener."
"Sengaja, sambil nunggu bel istirahat nanti sekalian langsung ke kelas kamu. Kalo di kelas aku gak konsen, anak-anak pada berisik. Apalagi yang cewek-ceweknya, aku bingung kenapa mereka nempel-nempel aku mulu dengan alibi minta di ajarkan." Gerutu Juan.
"Astaga, aku lupa kalo pacarku ini kan ambisius banget." Kekeh Laura.
Ia jadi teringat dulu saat Juan memberitahukan kepadanya kalau cowok itu ingin menjadi seorang Astronot. Cita-cita yang terlalu tinggi untuk digapai olehnya.
"Harus ambis dong, aku kan mau jadi astronot. Impian aku yang ini pengen banget aku wujudkan." Ucap Juan seraya tersenyum manis.
"Ternyata dia masih dalam pendirian nya." Batin Laura.
"Semoga terwujud, ya." Senyum Laura.
Juan terkekeh geli, "tumben kamu dukung? Biasanya kamu nyuruh aku buat nyerah aja."
Deg.
Seketika Laura diam membeku.
"I-itu... Ka-karena aku mau dukung kamu. Setelah aku pikir-pikir, gak ada salahnya juga seseorang punya cita-cita jadi Astronot kayak kamu. Aku liat juga kamu semangat banget buat gapai impian itu."
Juan tersenyum lebar sambil mengacak-acak rambut Laura.
***
Makasihh udah baca 💗💗💗
Btw karena cerita ini aku ikut sertakan dalam ODOC (one day one chapter) jadi maap kalo banyak sekali typo dan kalimat yang agak errr gimana gitu 😭 ya pokoknya yang gak enak di baca. Aku gak bisa edit sekarang, tapi nanti setelah cerita ini tamat. Tungguin ya bentar lagi kok, hehe.
•
•
Bakal aku revisi setelah tamat.
See you
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top