Chapter [thirty one]

Laura memandangi sekelilingnya, banyak sekali orang-orang yang tengah berlatih berenang. Untuk pertama kalinya, baru kali ini ia diajak ke tempat latihan renang bersama Juan sendiri. Ia sangat bahagia sekaligus merasa nyaman, karena di tempat ini hawanya sejuk.

"Airnya pasti dingin," gumam Laura.

"Ara," panggil Juan sambil berlari kecil menghampiri Laura. "Udah jadwal aku renang, kamu nunggu disini dulu, gak apa-apa kan? Kalo kamu bosen, kamu juga bisa ikut berenang sama aku, entar selesai aku latihan kita lomba renang, gimana?"

Laura termangu sesaat, mencerna semua perkataan Juan. Ada yang aneh disini, mengapa Juan mengapa Juan malah mengajaknya lomba renang? Apa jangan-jangan dulu saat bersama Ara–sudar kembarnya, mereka sering beradu renang? Itu artinya Ara bisa berenang.

Namun, sekarang beda ceritanya, karena yang bersama Juan saat ini adalah Launa bukan Laura. Dan ia sama sekali tidak pandai berenang. Ia harus menjawab apa?

Prittttt

Suata peluit mengalihkan perhatian mereka. Juan mengacung kan jempolnya pada sang pelatih, tanda kalau dia akan segera kesana.

"Aku latihan dulu," ujar Juan dan diangguki oleh Laura.

Saat Juan sudah pergi, Laura menonton latihan cowok itu yang begitu lincah. Bisa Laura perkirakan sedalam apa kolam tempat orang-orang biasanya berenang. Mana mungkin Laura bisa turun kesana, lalu bagaimana agar ia bisa menghindari ajakan Juan? Saat ini Laura jadi khawatir.

Beberapa menit kemudian, Juan naik ke atas kolam sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Kemudian dia menghampiri Laura yang tersenyum kepadanya.

"Gimana aku tadi? Udah oke belum? Lebih cepat dari kamu pastinya," ujar Juan seraya tertawa kecil.

Laura hanya tersenyum simpul sambil mengangguk sesekali. Ia bingung harus menjawab apa selain mengiyakan perkataan cowok itu.

"Bagus kalau gitu, aku udah gak sabar balap renang sama kamu. Balap motor aja kamu lincah, apalagi renang kan?" kata Juan sambil menaik turunkan alisnya.

"Em, iya, tapi Juan ini bukannya udah kesorean ya? Gimana kalau berenang nya kapan-kapan aja, kamu anterin aku pulang aja yuk." Ajak Laura mengalihkan topik pembicaraan.

Seketika wajah Juan jadi cemberut, "lohh kok gitu? Ini belum sore-sore amat, Ra. Kita coba satu putaran aja gimana? Kan udah lama kita gak kayak gini. Pasca operasi kamu waktu itu, aku gak berani ngajak kamu kesini, karena aku mikirin kepulihan kamu dulu. Dan sekian lama akhirnya aku bisa bawa kamu kesini lagi, niatnya aku pengen balapan renang sama kamu. Pliss mau ya?" mohon Juan dengan menunjukkan puppy eyes nya.

Sebenarnya Laura tidak tega melihat Juan yang memohon seperti ini. Namun, mau bagaimana lagi? Ia tidak dapat berenang, dan ia tidak mau ketahuan oleh Juan.

Pada akhirnya Laura menggelengkan kepalanya, "gak bisa... Mama pasti nungguin aku di rumah, kan kamu tau kalo sekarang papa aku lagi keluar negeri. Jadi aku gak bisa lama-lama di luar." Ucap Laura beralasan.

Juan menghembuskan nafasnya, sedetik kemudian dia mengangguk mengerti. "Ya benar juga sih, yaudah deh ayo kita pulang. Tapi kita ambil tas sama baju aku dulu di sana."

Laura bernapas lega, dan ia tersenyum bahagia. Untungnya Juan tidak lagi memaksanya. Setelah itu ia berjalan mengikuti Juan di tepi kolam. Saat ia ingin mengejar Juan yang jalan lebih dulu di depannya, tiba-tiba kaki Laura malah terpeleset karena sandalnya yang licin dan tubuhnya langsung tercebur ke dalam kolam. Beberapa orang yang masih ada di tepi kolam terkejut dengan suara air yang mengagetkannya. Begitu juga dengan Juan yang shock saat Laura jatuh ke dalam air, cewek itu bukannya berenang untuk naik ke atas, tapi malah melambai-lambai tangannya. Seakan-akan itu baru pertama kalinya Laura masuk kedalam kolam renang.

"Ara?" Juan melihat beberapa menit Laura yang sama sekali tidak dapat naik ke atas, membuatnya jadi kebingungan, karena yang dia tahu seorang Laura itu dapat berenang.

"Juan.... Tolong...." Lirih Laura setelah itu tubuhnya masuk ke dalam air.

"ARA!" Tanpa menunggu lama Juan langsung menceburkan dirinya ke dalam kolam dan meraih tubuh Laura.

Tak lama kemudian dia menaikkan Laura ke tepi kolam dengan dia ikut baik. Laura tiba-tiba tidak sadarkan diri membuat Juan jadi panik.

"Ara? Ara?"

"Laura! Laura," Juan menepuk-nepuk pipi Laura, akan tetapi cewek itu masih diam. Seorang pelatih dan dua orang senior Juan ikut melihat kondisi Laura, mereka juga membantu cewek itu agar sadar.

Beberapa menit kemudian akhirnya Laura terbatuk-batuk sembari mengeluarkan air dalam mulutnya. Semua orang bernapas lega.

"Ara, Ara, kamu oke kak? Kamu bisa dengar aku?" tanya Juan khawatir.

Laura menormalkan napasnya, kemudian ia mengubah posisinya jadi duduk. Laura menatap yang lain laly Juan dengan tatapan nanar. Tiba-tiba ia menangis dan langsung memeluk Juan.

"Kamu tenang dulu, sekarang kamu udah selamat." Juan mengusap rambut basah Laura dengan lembut.

Ketiga orang yang tadi membantu Laura langsung memisahkan diri, tak lupa Juan juga mengucapkan terimakasih kepada mereka. Setelah mereka pergi dan Laura sepertinya udah tenang, barulah Juan melepaskan pelukannya dan menatap lekat manik mata hitam gelap itu.

"Sekarang kamu katakan sama aku, kenapa tadi kamu bisa sampe jatuh ke kolam? Dan anehnya, kenapa kamu seperti orang baru pertama kali masuk ke air yang tidak bisa berenang. Ara, sebenarnya kamu kenapa? Harusnya kamu dapat berenang dan langsung naik ke atas, kenapa tadi kamu... Ara, aku benar-benar khawatir sama kamu. Tolong jelaskan, kenapa kamu berbeda sekali?" tanya Juan berturut-turut.

Laura masih diam dengan napas tersengal-sengal. Ia tidak tahu harus menjawab apa selain diam. Kini Juan pasti mulai curiga padanya, setelah ini ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Ara tolong katakan sesuatu ke aku. Sebenarnya kamu kenapa? Gak cuma gak bisa berenang, aku baru menyadari setelah kecelakaan itu kamu jadi aneh, banyak perubahan di diri kamu. Gak seperti Ara yang aku, kenal. Kamu.... Beneran Laura, kan?"

Deg.

Jantung Laura berpacu begitu cepat. Napasnya juga tidak beraturan, tiba-tiba saja matanya ingin mengeluarkan air. Laura sudah tidak tahan lagi, ia tidak dapat mengatakan apapun saat ini. Dan tidak bisa berpikir jernih untuk mencari-cari alasan agar Juan percaya padanya.

Laura melepaskan tangan Juan dari bahunya, kemudian ia bergegas pergi dengan langkah yang lebar. Juan bingung dengan sikap aneh Laura. Dia juga memanggil-manggil Laura, tapi cewek itu tidak menggubrisnya. Saat hendak mengejarnya Juan malah kehilangan jejak Laura ketika dia sudah berada di luar gedung.

Dia pun mengacak-acak rambutnya frustasi, kemudian kembali masuk ke dalam gedung tempatnya berlatih renang. Tanpa di duga ternyata Laura bersembunyi di balik tembok, di samping gedung tersebut sambil menutup mulutnya sendiri.

•••

"Kak, kak, berhenti deh." Ucap cewek yang berada di atas motor sambil menepuk-nepuk orang di depannya.

"Kenapa, Ji?"

"Itu bukannya kak Laura, ya? Kok dia jalan sendiri di trotoar?" tunjuk cewek yang tak lain adalah Jihan. Gavin langsung menoleh ke arah yang di tunjuk sama Jihan

"Lah iya, tuh anak ngapain sendirian jalan kaki. Mana pakaiannya kayak basah kuyup, abis ngapain sih dia."

"Kita samperin aja, kak."

"Terus jenguk nenek lo gimana?"

Jihan menggeleng, "gak apa, nenek pasti gak marah kalau harus nunggu sebentar. Nanti abis itu kita langsung ke rumah sakit." Saran Jihan.

Gavin berpikir sejenak sambil melihat Laura yang masih berjalan gontai.

"Hm, okedeh." Setelah itu dia menghidupkan kembali motornya dan menyebrang jalan menuju Laura.

Laura masih termenung sambil berjalan pelan, tubuhnya menggigil hebat setelah kecebur ke dalam kolam. Pakaian yang ia gunakan juga basah semua, tidak dapat menghangatkan tubuhnya. Saking tidak fokusnya kejalan, ia hampir keserempet motor kalau saja tidak ada seseorang yang langsung menariknya. Laura tertegun dan melihat ke orang yang barusan menolongnya.

"Lo kenapa sih, hah? Motor tadi hampir mau nabrak gara-gara lo yang jalan sambil bengong. Lo kenapa jadi gini, Ra? Baju lo juga basah kuyup."

Gavin memperhatikan Laura dari atas hingga bawah, semuanya berantakan. Kemudian dia melepaskan jaketnya dan menyampirkan jaket itu pada bahu Laura.

"Makasih," ujar Laura pelan, namun masih bisa terdengar oleh Gavin.

"Lo gak mau jawab pertanyaan gue yang tadi?" tanya Gavin lagi.

"Kak Ara gapapa? Gak ada yang luka, kan? Tadi hampir aja kak Ara keserempet motor." Tiba-tiba Jihan datang dan langsung bertanya pada Laura dengan raut wajah yang cemas.

Laura menggeleng sembari tersenyum kecil. "Makasih udah nolongin gue, dan makasih kalian udah khawatirkan gue."

"It's okay kok. Kalian gak usah cemas, dan gak usah tanya hal lain lagi. Kalau gitu gue balik duluan, makasih untuk jaketnya." Lanjut Laura lalu melenggang pergi. Membuat Gavin maupun Jihan sama-sama bingung.

***

Makasihh udah baca 💗💗

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top