Chapter [thirty four]

Dear Laura...

Apa kabar lo disana, Ra?
Sorry gue cuma bisa ngirim doa dan nulis di diary ini tiap kali gue kangen sama lo.

Seminggu yang lalu gue baru keluar dari RS, dan besoknya gue langsung ngunjungin makam lo. Gue benar-benar terpukul, Ra, gue ngerasa gak pantes berdiri di samping makam lo. Karena gue penyebab lo meninggal....

Mungkin maaf gak akan bisa membalas semua perbuatan gue.
Waktu itu benar-benar gak sengaja, semuanya terjadi begitu cepat. Gue juga gak bisa nahannya, dan lo terlanjur kebawa emosi gara-gara perkataan gue yang nyinggung perasaan lo.

Gue minta maaf, maaf, maag dan maaf. Hanya itu yg bisa gue katakan ke lo, lo pasti dengar isi hati gue, kan? Walaupun lo udah gak ada di dunia ini tapi sosok Lo masih kerasa berada di samping gue, Ra.

Gue gagal jadi saudara sekaligus kakak buat lo. Gara-gara keegoisan gue, semuanya jadi pecah. Gue nyesal, Ra, tapi rasanya semua itu sia-sia karena semuanya udh terlanjur terjadi.

Hanya karena ingin ngerasain di cintai oleh orang yang kita sayang, gue sampai tega nukar identitas kita saat kecelakaan itu. Pengen juga dapat perhatian dari papa dan Juan, gue malah bikin lo di lupain mereka. Gue salah, gue nyesal, gue minta maaf...

_________

Dear Laura...

Ini halaman kedua yang gue tulis lagi buat ngobatin rasa kangen gue ke Ara.

Hari ini gue baru mendapatkan sebuah fakta, Ra. Ternyata alasan selama ini papa gak pernah mukulin lo, gak pernah nuntut lo ini itu sampe berlebihan kayak gue, ternyata karena lo punya trauma sekaligus penyakit ya? Haha bodoh gue Ra, gue saudara kembar lo sendiri gak tau kalo lo menderita trauma berat. Ternyata dulu lo pernah kena culik sampai di sekap hampir dua Minggu sama musuh bisnis papa.

Gue sedih, gue nahan nangis waktu mama cerita in masa lalu kelam lo, Ra. Lo gak di kasih makan berhari-hari, selalu di pukuli hingga meninggalkan bekas trauma sampai lo besar.

Gue sama sekali gak tau, Ra.

Selama ini gue selalu ngeliat hidup lo enak-enak aja, ternyata lo lebih banyak luka dari pada gue.

Sampai sekarang lo juga masih ngersain luka itu.

Maafin gue, Ra, maaf...

_________

Juan menutup buku tersebut ketika selesai membaca halaman kedua. Masih ada satu halaman lagi, tetapi tidak dapat dia lanjutan. Tanpa sadar air mata cowok itu turun begitu saja, dadanya terasa naik turun menahan amarahnya. Ternyata di kasih harapan palsu dan di khianati seperti ini lebih menyakitkan ketimbang dia di hajar bruntal oleh Azriel. Siapa yang menyangka, niat awalnya datang kerumah Laura untuk menemui gadisnya, malah menemui sebuah fakta dari buku yang tadi di pegang Kana—mamanya Laura.

Orang yang paling dia cintai ternyata sudah lama pergi. Dan dia tidak tahu itu, yang dia tahu sosok yang selama ini menemani harinya, tapi ternyata sosok itu palsu. Dia di bohongi, dia di khianati. Semuanya bohong dan penuh kepura-puraan.

Juan mengembalikan buku tersebut pada Kana yang masih terisak-isak.

"Tante, apa ini benar? Aku masih belum percaya sama kenyataan ini, bisa jadi buku ini cuma buku fiksi yang Ara tulis? Mungkin aja dia mau menuliskan sebuah novel untuk mengenang kembarannya." Juan menggeleng-gelengkan kepala, masih tidak percaya dengan fakta yang menampar dirinya.

Kana menggeleng, "buat apa Tante bohong?! Itu diary dia, Tante menemui di atas meja belajar dia. Dan kamu tau, setelah tante menanyakan pada dia, ternyata dia mengakui nya. Launa, Launa masih hidup. Tapi dia membohongi kita semua." Kana menutup wajahnya sambil terus menangis.

Juan mengacak-acak rambutnya marah. Saat ini dia tidak dapat berpikiran jernih, untuk memastikannya sekali lagi, dia harus ngomong langsung dengan Laura.

"Sekarang dimana dia, tan?"

Kana diam, masih dengan tangisannya.

"Tante tolong jawab aku?"

"Tadi kita bertengkar, tante mengusirnya, karena tante kecewa banget sama dia. Tante gak tau sekarang dia kemana."

Juan mengangguk-angguk mengerti, kemudian dia menyalim tangan Kana.

"Aku pamit dulu, aku harus memastikan sekali lagi."

•••

Keesokan harinya di sekolah, lebih tepatnya di koridor banyak sekali siswa-siswi yang berkerumun di depan mading. Semuanya memasang ekspresi terkejut, bahkan ada beberapa guru juga ikut melihat mading.

Hot news!!!

Dikabarkan bahwa LAUNA SALENDRA MAHESWARA ternyata MASIH HIDUP?!?

Foto di bawah ini adalah seorang pengkhianat! Orang jahat! pembohong handal!

Kalian pasti tidak akan mempercayai ini, tapi apa yang tertulis disini benar, no tipu-tipu!

Selama ini Launa menyembunyikan identitasnya dengan mengganti identitas sebagai saudara kembarnya yang meninggal yaitu LAURA. Jadi, sebenarnya yang meninggal itu Laura, bukan Launa. Hanya karena mencintai orang yang sama, dia tega membohongi banyak orang!!!

Munafik! Licik! Busuk!dasar jalang!gak tau diri!

Keluarkan LAUNA DARI SEKOLAH!!!

Bisik-bisik dari siswa lain terdengar ricuh, begitu pun guru-guru. Kini semua mata tertuju pada seorang perempuan yang baru saja tiba dengan tertunduk lesu.

"Jadi selama ini kita salah mengira dong? Ckck licik banget otaknya."

"Gue gak abis pikir, kok bisa ya dia setega itu sama saudara kembarnya. Pantesan selepas siuman dari koma dia jadi berubah, ternyata itu palsu!"

"Sama, gue pikir dia udah tobat gak bully orang-orang lagi, eh gak taunya si Launa guys bukan Laura. Jadi, yang di kubur itu Laura asli dong?"

"Gue kasian sama Juan, gimana perasaan dia kalau tau kekasihnya yang sebenarnya itu udah meninggal. Dan dia penipu licik!"

"Apalagi teman-temannya Ara yang nganggap Ara masih hidup, ternyata yang hidup malah Launa."

Banyak bisikan dari siswa lain yang terdengar jelas di Indra pendengarannya. Laura sempat bingung, hingga ia melihat sendiri sebuah poster dengan foto dirinya yang di coret-coret dan dihiasi beberapa kata hinaan itu tertempel banyak di mading. Sontak saja ia tertegun dengan bola mata yang membulat sempurna. Lantaran shock karena sekarang semua rahasia yang ia sembunyikan telah terkuak. Laura merasakan sesak tidak karuan.

"Jijik banget anjirr, pede banget dia datang ke sekolah sambil masang muka tembok!"

"Gak tau malu! Masih berani masuk sekolah, kalo gue sih udah berhenti aja saking malunya."

"Huhhh dasar pengkhianat!"

Laura menutup kedua telinganya sambil memejamkan matanya. Ia menggeleng-geleng kepalanya menahan tangis ketika banyak gumpalan kertas yang di lemparkan padanya. Bahkan ada salah satu siswa yang menyiramnya dengan air bekas dalam botol.

"Pergi sana lo! Munafik!"

"Pengkhianat!"

"Munafik!"

"Pembunuh!"

"Jijik anjir euw!"

Laura berlari menghindari banyak kerumunan yang menghadang nya, ia menembus mereka semua dan berlari ke dalam toilet.

Laura menangis sejadi-jadinya. Tanpa ia duga semuanya terjadi begitu cepat, rasanya Laura ingin mengulang kembali hari dimana hidupnya merasa tenang dan damai.

***

Makasihh udah baca 💗💗💗

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top