Chapter [five]
"Launa,"
Launa menegang ketika lampu ruang tamu menyala, di tambah suara berat sang papa yang saat ini menatapnya dengan curiga.
"Sedang apa kamu malam-malam disini?"
Launa mendongak menatap wajah papanya dengan bingung. Alih-alih menjawab pertanyaan Arga–papa Launa, ia malah bertanya balik dengan jantung berdebar kala Arga mulai berjalan mendekatinya.
"L-loh papa belum tidur?"
"Jawab pertanyaan papa, kenapa kamu disini?" Arga mengacuhkan pertanyaan Launa dan mengulang kembali pertanyaannya.
Launa meneguk saliva nya kasar, berusaha menetralisir kegugupan nya. Kemudian matanya melirik ke arah jendela yang membelakangi Arga. Terlihat Laura yang sedang mengendap-endap masuk dari jendela itu dengan sepatu yang dijinjing nya. Membuat Launa semakin berdebar takut-takut papanya menyadari ada Laura di belakang.
"Launa, jawab papa. Kenapa kamu diam? Apa yang kamu lihat," ketika Arga hendak berbalik buru-buru Launa berteriak.
"TIKUS!"
Arga kembali memandang Launa dengan heran, "maksud kamu?"
"Tadi ada tikus pa, pas Una mau ambil air tiba-tiba ada yang lewat. Jadi Una periksa ternyata itu tikus, geli banget pa. Makanya Una mau ngeluarin tikus dengan membuka pintu depan." Jelas Launa dan tentu saja ia berbohong.
Arga memicingkan matanya curiga, "terus dimana tikusnya?"
"Gatau pa, kayaknya udah keluar deh," balas Launa gelagapan, kemudian mengalihkan pembicaraan.
"Emm kalo gitu Una ke kamar dulu ya pa, udah ngantuk banget, selamat malam pa." Ucap Una kemudian bergegas menuju kamarnya.
Arga menghela nafas panjang, "sejak kapan rumah sebesar ini ada tikusnya?" gumam Arga menggeleng-geleng kepala.
•••
Paginya saat Launa dan Laura hendak pergi sekolah, Arga melihat Laura yang berjalan sedikit pincang. Lantas dia mendekat ke anaknya, membuat Laura tersentak kaget.
"Papa!"
"Kenapa sih kamu, papa jadi ikut kaget."
Laura cengengesan dengan muka tanpa bersalah, "lagian papa kenapa tiba-tiba muncul depan Ara?"
"Itu kaki kamu kenapa? kamu abis ngapain sampe jalannya pincang gitu. Apa jangan-jangan–" belum selesai Arga melanjutkan perkataannya, Laura langsung memotongnya.
"Ohh ini jatuh pa."
Arga mengernyitkan keningnya, "jatuh?"
"Iya, jadi tadi malam Ara mimpi buruk, terus gak sadar tiba-tiba pas bangun malah jatuh dari tempat tidur. Biasalah pa, Ara kan emang lasak, kalo tidur suka gak kalem hehe." Kekeh Laura.
Arga hanya ber-oh saja, sambil mengangguk-angguk paham. Dia mengacak rambut putrinya, seraya berkata, "lain kali hati-hati."
Laura tersenyum menampakkan deretan gigi putihnya dan mengangguk. "Hehe iya pah."
"Kalau gitu buruan ke mobil, bentar lagi papa ada meeting." Ucap Arga dan langsung melenggang pergi duluan.
Laura menghela nafas panjang, menormalkan detak jantungnya yang tadi berdebar kencang.
"Huhhh, syukurlah papa gak banyak tanya."
"Mau sampe kapan lo bohongin papa?" ujar Launa tiba-tiba mengagetkan Laura.
"Gatau ah, intinya lo tutup mulut Na. Balapan tuh udah kayak healing buat gue. Dan lagian awalnya si Axel yang ngajak balapan, mayan yang menang dapat lima juta." Balas Laura tersenyum lebar, seakan menunjukkan kalau ia sama sekali tidak jerak walaupun kakinya sampai pincang karena balapan.
Membuat Launa berdecak kesal, "lo kapan sih sadar nya! Lo itu nyusahin orang tau gak?! gue sampe harus bohong ke papa gara-gara lo."
Laura mengendikkan bahunya, "mau bagaimana lagi? Itu hobi gue."
"Terserah. Cukup kali ini doang gue bantuin lo, untuk kedepannya urus diri lo sendiri. Jangan sesekali lo minta tolong sama gue."
"Gue beban ya, Na?"
"Sangat. Lo itu nyusahin, beban dalam hidup gue. Seharusnya cuma gue yang jadi anak satu-satunya. Ah udahlah, gak akan ada habisnya debat sama lo." Kemudian Launa pergi duluan keluar rumah, menyisakan Laura yang terdiam merasa tertampar oleh kata-kata Launa.
"Sebegitu enggak sukanya lo sama gue, Na. Gue salah apa sih," monolog Laura.
•••
Suasana kantin kali ini cukup sepi, dikarenakan bel masuk sudah berbunyi lima menit yang lalu. Disaat semua siswa-siswi berbondong-bondong masuk ke kelas karena tidak mau ketahuan guru piket, tidak dengan satu gadis ini yang malah santai sambil menyesap jus yang baru ia pesan.
"Neng Ara nggak ke kelas? nanti kena pak Jul di hukum loh," ujar ibu kantin yang sedang mengelap meja yang bersebelahan dengan gadis itu. Ya, ia adalah Laura.
"Nanti aja Bu, lagi mager."
Bu Afi geleng-geleng kepala seraya menghela nafas panjang. "Kamu gak pernah kapok ya, padahal udah sering di hukum."
Laura terkekeh geli, "nah itu bu, karena udah sering, makanya udah biasa."
"Santai betul kamu ndok."
"Buat apa takut toh? cuma pak Jul, sama-sama makan nasi juga."
"Walaupun gitu, tapi dia guru kamu. Anak-anak lain pada takut sama beliau, kamu mah terlalu santuy. Padahal pak Jul seram loh."
Laura semakin tertawa, seakan apa yang di katakan bu Afi adalah lelucon.
"Aishh, di kasih tau malah ketawa," bu Afi geleng-geleng kepala, tidak habis pikir dengan siswi langganan nya itu.
"Abisnya bu Afi lucu deh. Apaan tadi, pak Jul serem? Haha, masih serem papa kalo lagi marah."
"Sakarep mu, neng."
Lantas Laura kembali meminum jusnya hingga tandas. Setelah ia berdiri sambil memasang earphone nya.
"Ara balik kelas bu,"
"Heh bayar dulu atuh!"
"Ngutang ya bu, besok Ara bayar biar utangnnya genap." Balas Laura cengengesan.
Laura berjalan sambil menggoyangkan pinggulnya, menikmati musik yang ia dengar. Tanpa sadar bahunya bertabrakan dengan seseorang yang baru saja melintas.
"Anjirr sakit woi!" Pekik Laura mendongakkan kepalanya.
"Ck! Lo ternyata," decak Laura setelah melihat siapa orang yang menyenggol nya barusan.
"Apa?"
"Kalo jalan tuh yang bener. Lo sengaja ya nabrak gue?" sinis Laura.
Cowok itu memutar bola matanya dengan malas, "motivasi nya apaan gue nabrak lo? Gak ada kan? Gak usah ge'er."
"Halah gak percaya gue, pasti lo tadi sengaja, kan? Jelas banget lo nyenggol nya pake kekuatan. Bahu gue ampe sakit nih, padahal jalan di sebelah luas." Kesal Laura.
"Oh,"
"Tapi gue gak peduli tuh." Balas cowok itu seraya tersenyum miring.
Rasanya Laura ingin mencakar-cakar abis wajah cowok di hadapannya itu. Sejak dulu ia memang membenci cowok itu, begitupun sebaliknya. Keduanya memang sekelas, namun tidak pernah akur saat beradu tatap.
Sebelum benar-benar pergi, cowok itu berbalik dan berbisik tepat di samping telinga Laura.
"Btw, tadi gue ngeliat Juan berduaan sama kembaran lo di dekat gudang. Kalo penasaran mereka lagi ngapain, samperin deh." Senyum cowok itu lalu berjalan dengan santai meninggalkan Laura yang mematung di tempatnya.
"Oh ya, kelas lagi jamkos, santai aja kalo lo mau bolos." Teriak cowok itu sambil melambai. Namun, Laura mengacuhkan nya. Saat ini ia memikirkan perkataan cowok tadi.
"Azriel kurang ajar!!!"
"Sini Lo kalo mau nyari ribut sama gue! Lo pikir gue bakalan percaya gitu aja hah?! Ya enggak lah, gue percaya Juan, lo jangan kek setan ngasut gue ye! Bangsat." Umpat Laura.
"LAURA! NGAPAIN KAMU TERIAK-TERIAK DISITU." Laura tersentak ketika suara melengking dari bu Lusi mengagetkan nya.
"Ck, sial amat sih."
***
Haloooo!
Maap ya baru update hehe😭
Jangan bosen bacanya😭☺️ ceritanya masih belum nyampe ending loh. Nantikan yaaa, pokoknya makasih banyak buat kalian yg udh support cici💕
•
•
Gatau tengah malam atau besok sore cici update lagi:) tungguin aja.
•
•
14.05.2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top