πXVIIIπ
4 juta tahun yang lalu ...
Zaman Penyihir Kuno, penanggalan Tahun ke-10 Periode Emas bulan musim panas ke-2.* Seorang anak laki-laki istimewa lahir, anak itu memiliki mata dan rambut yang menyala layaknya api dalam kegelapan. Para Dewa turun ke Dunia dan memberkati bayi itu dengan segala berkat, sehingga bayi itu menjadi kesayangan Para Dewa.
//Penanggalan pada Zaman Penyihir Kuno sedikit berbeda. Satu periode pada zaman tersebut sama dengan 10 ribu tahun pada masa kini. Dan setelah tahun ke-10 ribu, periode akan berganti bersamaan dengan bergantinya Kaisar.//
"Namanya adalah Kuon, Kuon de Nanase. Saudara laki-laki Veda von Nanase." anak itu bernama Kuon de Nanase, anak laki-laki Kaisar Neil von Nanase dengan selir pertamanya.
Ia lahir di tahun yang sama dengan putra pertama Kaisar Neil dengan Permaisuri Briona, Veda de Nanase.
Kuon dan Veda besar di lingkungan Istana Artemis, tempat di mana calon pewaris tahta atau anak kaisar yang di akui menghabiskan masa kecilnya hingga siap menempuh pendidikan di akademi.
Keduanya memiliki hubungan yang baik layaknya kakak-adik pada umumnya meskipun mereka tahu jika keduanya berasal dari ibu yang berbeda.
Pada usia 5 tahun, Kuon secara resmi diangkat menjadi pangeran dengan julukan "Sang Matahari Kecil Yang Dicintai Dewa". Di mana pada saat itu Veda belum diangkat menjadi pangeran.
Dari sini, semua orang tahu jika Kuon adalah anak kesayangan kaisar meski lahir dari rahim seorang selir. Meskipun ia sangat disayangi oleh kaisar, permaisuri, selir, dan saudara-saudaranya-baik dari ibu yang sama maupun tidak-tapi banyak bangsawan yang tidak menyukai Kuon.
Alasannya hanya karena warna rambut dan matanya yang sangat mencolok, bahkan beberapa kali Kuon diundang ke pesta minum teh anak-anak hanya untuk diolok-olok karena perbedaan yang ia miliki oleh anak-anak bangsawan.
Saat acara-acara besar pun, ia sering menjadi bahan perbincangan para bangsawan karena perbedaannya itu. Tidak hanya para bangsawan, guru etika dan guru pedangnya saja sampai membedakan cara mengajar Veda dengan Kuon sebagai bentuk pengucilan.
Kuon yang tidak paham tentu saja hanya diam tanpa melakukan apapun. Bahkan sekedar mengadu ke ibu atau ayahnya saja tidak, dia hanya diam tidak peduli. Kuon terlalu baik untuk dunia yang kejam, itu pandangan Veda kepada saudaranya yang satu itu.
"Kuon, kenapa kau tidak mengatakan perlakuan para bangsawan kepada Ayahanda? Biar beliau menghukum mereka agar tidak meremehkanmu lagi." kata Veda pada suatu saat ketika mereka sedang bersantai di taman bunga Istana Artemis.
"Untuk apa? Selama itu tidak menjelekkan Ibunda dan Yang Mulia Kaisar, aku tidak masalah. Lagipula aku hanya anak selir, untuk apa mengadu?" jawab Kuon dengan nada khasnya-nada yang terkesan kosong tanpa ada semangat sedikit pun.
"Ayolah, Ayahanda saja begitu menyayangimu. Tidak masalah meskipun kau adalah anak dari seorang selir, kau sudah diakui oleh Ayahanda. Bahkan kau sudah menjadi seorang pangeran, Kuon." Veda terkadang suka tidak paham dengan jalan pemikiran Kuon yang sulit ditebak alurnya.
"Asal itu tidak menyinggung Ibunda, aku tidak perlu menanggapinya." singkat, padat, jelas. Sesederhana itu pemikiran Kuon terhadap orang lain, ia seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi jika itu tidak benar-benar berimbas buruk kepadanya.
"Aku benar-benar tidak tahu bagaimana pemikiranmu, Kuon." heran Veda tanpa menatap saudaranya.
"Tidak ada yang menyuruhmu untuk mengerti akan semua hal yang ada di dunia ini, Veda. Karena dalam dunia ini, lebih baik kau tidak mengetahui segalanya daripada menyesal karena telah mengetahui segalanya." jawab Kuon menatap kupu-kupu yang mendekat kepadanya.
"Kurasa kau benar, aku sedikit menyesal karena pernah penasaran dengan masa lalu Mama." balas Veda dengan tatapan menyesal ke arah langit.
"Lebih baik pertanyaan itu tetap menjadi pertanyaan daripada pernyataan. Aku pamit untuk kelas sihir dengan Ibunda dulu, jangan lupa dengan kelas berpedangmu atau kau akan dimarahi lagi." Kuon bangkit dari posisinya dan berjalan pelan ke dalam istana.
"Sebenarnya siapa yang paling tua di sini? Kau seperti kakakku saja." Veda pun menyusul Kuon yang mulai menjauh darinya.
"Kau hanya tua 3 bulan dariku, Veda." balas Kuon dengan senyuman tipis, senyuman yang hanya bisa di lihat oleh Veda, Kaisar Neil, Permaisuri Briona, dan Ibu Kuon.
Pada usia Veda dan Kuon menginjak usia 10 tahun, Veda resmi diangkat menjadi putra mahkota dan mendapatkan julukan Sang Bulan Yang Agung.
Pada tahun yang sama, Permaisuri Briona melahirkan seorang putra lagi yang dinamai Konoe von Nanase. Kuon dan Veda sangat menyayangi Konoe dengan sepenuh hati, dan sebagai bungsu yang tinggal di Istana Artemis membuat Konoe dipenuhi oleh kasih sayang dari kedua kakaknya serta orang tuanya.
Konoe menunjukkan bakat dan minatnya dalam ilmu berpedang ketika usai 5 tahun, ketika ia menemani Kuon berlatih.
Konoe kecil yang kagum dengan ilmu berpedang Kuon langsung meminta Permaisuri Briona untuk membelikannya pedang kayu dan sejak saat itu Konoe kecil senantiasa mengikuti Kuon ketika berlatih berpedang.
Konoe baru diangkat menjadi pangeran ketika berusia 10 tahun dan mendapatkan julukan Sang Bintang Penerang Malam.
Ketika ia resmi menjadi pangeran ketiga, Konoe mencoba untuk mengikuti tes masuk prajurit utama Kekaisaran dan lolos dengan nilai yang tinggi sehingga ia ditempatkan di pasukan pelindung anggota kekaisaran.
***
"Kakak Kuon! Kakak Veda!" pemilik nama langsung menoleh ke asal pemanggil dan mendapati adik bungsu mereka berjalan ke arah mereka.
"Jangan berlari, Konoe. Kenapa?" kata Veda ketika Konoe sudah berada di dekat mereka.
"Kalian mau ke mana?" tanya Konoe dengan mata yang antusias.
"Kami mau menemui Yang Mulia Kaisar, kenapa?" jawab Kuon pelan.
"Mau menemui Papa? Konoe ikut!" balas Konoe dengan penuh semangat. Konoe adalah kebalikan Kuon, penuh semangat dan juga penuh dengan emosi. Berkebalikan jauh dengan kakak keduanya yang minim akan semangat dan emosi.
"Tapi bukannya ini jadwalmu latihan bersama ya?" heran Veda.
"Hari ini latihan diliburkan, digantikan dengan tugas jaga. Kebetulan hari ini Konoe dapat tugas jaga Kakak Kuon dan Kakak Veda." jawab Konoe dengan mata bersinar terang.
"Kalau begitu ikutlah dengan kami. Ada yang ingin aku beritahukan juga kepada kalian." ketiga saudara itu berjalan bersama ke ruang kerja Kaisar Neil dan sesampainya di ruangan itu, mereka di sambut oleh Kaisar Neil, Permaisuri Briona, dan Selir Pertama-Selir Demeter de YiΓ³s, anak kedua dan putri satu-satunya mantan Duke YiΓ³s.
"Salam kepada Matahari Yang Agung, Bulan Penerang Malam, dan Bintang Kecil Yang Dicintai." ucap ketiganya secara bersamaan.
"Berdirilah kalian bertiga. Ada apa anak-anak kesayanganku mengunjungi kami?" jawab Kaisar Neil dengan senyumannya.
"Sebenarnya kami diajak oleh Kuon untuk bertemu dengan kalian, Ayahanda." jawab Veda dengan jujur dan pandangan orang-orang yang ada di ruangan itu langsung menuju ke Kuon yang berdiri di belakang Veda.
"Ada apa, Mentari kecil ibu? Apakah ada hal yang ingin kau beritahukan pada kami?" tanya Selir Demeter dengan lembut, nada khas Selir Demeter.
"Ada Ibunda, ada sesuatu yang ingin saya beritahukan kepada kalian. Saya ... Saya akan pergi ke akademi minggu depan." hening langsung melanda ruangan itu sebelum Kuon kembali bersuara.
"Bulan kemarin saya pamit keluar untuk beberapa hari tanpa pengawal dan pelayan, itu karena saya ingin pergi untuk melakukan tes di akademi. Pengumuman peserta yang lolos sudah datang pagi tadi dan saya masuk dalam daftar peserta yang lolos. Ini surat yang datang pagi ini dari akademi." Kuon menyerahkan surat yang memiliki cap dari akademi kepada Kaisar Neil dan langsung dibuka kemudian di bacakan.
β»β»β»
πΊπππππ πππππππ πππππ ππππ 2843, πΊπππ πππ π½πππππ
πππ’π πππππππ πππππππ ππππππ πππππ πππππ πππ ππππππππ πππ πππ ππππππππππππ ππππππ πππππ π’πππ ππππππππ
π°πππ ππππ ππππ πππππππππ πππππ πππππ πΆπππ πππππππ ππππππ πππππ πππππππ ππππππ’π πππ πππ ππππππ πππππ ππ-ππππ.
ππππππ ππππ πππ’π πππππππ πππππππ πππππ πππππ πππππππ πππππ ππππ π°ππππππ πΎππ’ππππ ππππππ πππππ ππππ π 18500.
π·ππππ ππππππππππ πππππππ πππππππππ ππππππππππ πππππ ππππ ππππππ πππππ πππ πππ’π ππππππππππππ ππππ ππππ πππ πππππ ππππ ππππ π°πππ.
ππππππππ,
πΊπππππ π°ππππππ πΎππ’ππππ
π΄ππππππ πππ Γππππ‘π
π½. π±. πππππ πππππ ππππππ ππππππ ππππ πΌππππ πΊπππππ, πΏπππππππππ, πππ πππππππππ, π³ππππππ.
β»β»β»
"Kemarilah Mentari kecilku. Ibu ingin memelukmu sekali saja." Kuon mendekat ke arah Selir Demeter dengan langkah pelan dan keduanya saling berpelukan cukup lama.
"Kalian berdua ini manis sekali. Sayangnya hanya anak bungsuku yang bisa dipeluk seperti itu." kata Permaisuri Briona melirik ke putra pertamanya.
"Tatapan Mama terasa seperti pedang. Veda mohon hentikan itu." kata Veda yang sadar jika dirinya sedang ditatap layaknya sebuah mangsa.
"Baiklah, karena Kuon sudah menunjukkan kemampuannya tanpa membawa namaku, aku ijinkan dia untuk pergi ke akademi. Belajarlah dengan rajin di sana, Kuon."
"Veda dan Konoe tidak ingin menyusul Kuon ke akademi?" balas Kaisar Neil setelah ia puas melihat tingkah laku anak dan selirnya yang menurutnya menggemaskan.
"Saya masih ingin lebih belajar di Istana Artemis, Ayahanda. Saya sadar jika kemampuan saya jika masuk ke akademi masih kurang, saya tidak sepintar Kuon yang bisa menyerap segala ilmu dalam sekali baca dan dengar." jawab Veda dengan sopan.
"Konoe masih ingin mengasah kemampuan dengan para prajurit kekaisaran. Mungkin dalam beberapa tahun saya akan pergi ke akademi militer." sambung Konoe dengan pose berpikirnya.
"Jika itu mau kalian, akan ayah kabulkan. Kuon bisa bersiap untuk keberangkatan, nanti akan ayah carikan kereta kuda yang sesuai dengan suasana di akademi kemudian pilih saja satu prajurit dan satu pelayan pribadi untuk menemanimu di akademi-" belum selesai Kaisar Neil berbicara, Kuon langsung mengangkat sebelah tangannya.
"Saya hanya perlu membawa diri saya sendiri tanpa harta satu pun, Yang Mulia. Saya tidak ingin melibatkan istana dalam hal pendidikan saya." potong Kuon dengan nada yang tegas untuk pertama kalinya.
"Baiklah, jika itu keinginanmu, Ayah mengijinkannya. Tapi, setidaknya biar kami antar keberangkatanmu ke akademi." balas Kaisar Neil.
"Asalkan tidak mengundang keramaian, Yang Mulia. Terima kasih telah mengabulkan keinginan saya." kata Kuon dengan senyuman kecil.
"Matahari kecil ibu bisa ke kamar Ibu malam ini?" bisik Selir Demeter ketika yang lainnya sedang mengobrol tanpa memperdulikan keduanya.
"Baik, Ibunda." balas Kuon pelan.
Malam harinya, sesuai permintaan Selir Demeter, Kuon pergi ke Istana tempat para selir berada dan langsung menuju ke kamar sang ibu setelah mendapatkan ijin dari kepala pelayan Istana selir. Selama perjalanan, ada beberapa orang yang menatapnya sinis-pihak selir maupun pelayan.
Berita soal Kuon terdaftar di Akademi Olympia sudah menyebar dari Istana Artemis hingga ke Istana Selir dan tentu saja ada beberapa orang yang menatapnya dengan pandanan iri dengki.
Memang tidak semua orang menatap Kuon seperti itu, masih ada orang-orang yang menatapnya dengan tatapan kagum-terutama orang-orang dari pihak Selir Demeter, baik dari para pelayan maupun bangsawan yang dekat dengan Selir Demeter.
Bahkan Kuon mendapatkan hadiah ucapan selamat bersamaan dengan datangnya surat dari akademi.
"Ibunda, ini Kuon." ucap Kuon ketika hendak masuk ke kamar Selir Demeter.
"Masuklah, Mentari kecil ibu. Jangan lupa kunci pintunya, ya." kata Selir Demeter dari dalam dan Kuon menurutinya. Terlihat Selir Demeter hanya terdiam di kasurnya sembari memandang langit malam yang kebetulan sedang cerah.
"Ada apa, Ibunda?" tanya Kuon ketika ia sudah duduk di dekat ibunya.
"Kemarilah, ada hal yang ingin ibu bicarakan denganmu. Ini tentang keluarga ibu ..." Selir Demeter sengaja menjeda kalimatnya, namun yang tidak ia sangka adalah Kuon tahu apa yang akan dirinya jelaskan.
"Keluarga ibu adalah keluarga pewaris dari Kristal Sihir dan pewaris satu-satunya adalah saya. Saya tahu akan hal tersebut, Ibunda. Yang Mulia Duke pernah mengatakan hal tersebut kepada saya beberapa bulan yang lalu." jelas Kuon yang ikut memandang langit malam.
"Kurasa Kakak sudah memberitahukannya, jadi lebih mudah Ibu meminta hal ini darimu." senyuman Selir Demeter terlihat lebih ringan daripada yang biasanya, seolah ia akhirnya terlepas dari sesuatu yang mengikat.
"Apa permintaan Ibunda?" Kuon awalnya merasa curiga, namun ia tepis dahulu kecurigaannya sebelum mendengar jawaban dari sang ibu.
"Jaga Kristal Sihir itu menggantikan Ibunda. Waktu Ibunda sudah tidak lama lagi, jadi tolong jaga Kristal Sihir itu dengan baik." Selir Demeter mengatakan hal itu sembari menyerahkan sebuah kotak kayu kecil kepada Kuon.
"Saya mohon untuk tidak membicarakan waktu, Ibunda. Saya sebentar lagi sudah menemukan formulasi untuk obat penyakit itu." kecurigaan Kuon terbukti benar, ia langsung menolak kotak itu dan menggenggam tangan Selir Demeter yang ternyata perlahan mendingin.
'Kumohon jangan pergi sebelum aku menyempurnakan formulasi obatnya, Ibunda.' pikir Kuon dengan wajah khawatir.
"Tidak perlu kau gunakan untuk Ibu, sayang. Memang waktu sudah berkata selesai, jangan salahkan siapapun. Kau harus tetap melanjutkan perjalanan hidupmu, maaf tidak bisa melihatmu tumbuh lebih jauh, Kuon, Mentari Kecilku." Selir Demeter menghembuskan nafas terakhirnya malam itu, dan berita duka langsung dengan cepat menyebar ke seluruh Kekaisaran.
Selir Demeter dimakamkan keesokan harinya, tepat di samping makam sang ayah. Orang-orang yang mengenal baik Selir Demeter datang untuk mengantarkannya ke peristirahatan terakhir, dan juga sedikit menghibur Kaisar Neil serta Kuon.
Kaisar Neil sempat merasa bersalah karena tidak menyadari penyakit yang diderita oleh Selir Demeter, tapi langsung dihibur oleh Permaisuri Briona. Berbeda dengan Kuon yang tidak menunjukkan sembarang emosi sejak malam itu.
Veda dan Konoe khawatir karena Kuon tidak menunjukkan emosi sedikitpun, walau pada kesehariannya memang seperti itu. Setelah para pelayat kembali ke kediaman mereka masing-masing dan ketiga pangeran itu juga kembali ke Istana Artemis, Kuon mendadak jatuh sakit.
Kaisar Neil dan Permaisuri Briona langsung meluncur ke Istana Artemis yang letaknya tidak jauh dari Istana Zeus(istana utama) dan menjenguk Kuon. Kuon tidak sadarkan diri selama 4 hari dan ketika sadar, ia langsung menumpahkan segala tangisnya di dekapan Permaisuri Briona dan adik bungsunya.
Kuon awalnya dibujuk untuk tetap di istana hingga keadaannya pulih, namun Kuon adalah Kuon. Ia orang yang paling keras kepala yang pernah ada, ia tetap ingin pergi ke Akademi Olympia apapun keadaannya.
Setelah berdebat, Kuon akhirnya diperbolehkan ke akademi dengan didampingi oleh salah satu pelayan pribadinya sejak kecil, Kabane de YΓosβpamannya sendiri.
"Paman Kabane, maaf merepotkan." ucap Kuon ketika mereka masih di Istana Artemis sebelum berangkat.
"Kau sama sekali tidak merepotkan, Kuon. Kau keponakanku, sama sekali tidak ada rasa keberatan ketika ibumu memintaku menjadi pelayan pribadimu. Justru aku senang jika aku dekat dengan keponakan kesayanganku." balas Kabane dengan senyuman tipis.
"Terima kasih Paman Kabane." senyuman Kuon perlahan mengembang dan Kabane hanya membalasnya dengan mengelus kepalanya.
"Paman senang kalau kau mau menunjukkan emosi. Demeter pasti senang jika putra semata wayangnya bisa leluasa dengan emosinya." Kuon hanya menganggukan kepalanya sembari menatap kotak pemberian sang ibu yang kini ada di tangannya.
"Nanti saja mengurus Kristal Sihirnya, sekarang fokus dulu dengan kesehatan dan juga pendidikanmu." balas Kabane menenangkan Kuon.
"Baik, Paman." singkat cerita Kuon dan Kabane pun berangkat ke akademi bersama dengan Kaisar Neil dan Permaisuri Briona yang mengantarkannya.
β€β€β€
Minggu, 10 Maret 2024
Notes from Amy:
Hai kesayangan Amy... Gimana kabarnya, baiklah ya...
Kangen ga sih kalian sama book ini?? Maaf ya lama update karena sibuk uprak sama sebentar lagi US jadi yah... Begitulah...
Bentar lagi puasa kan nih... Yang beragama muslim semangat yah puasanya nanti, kalau bisa jangan sampai ada yang kosong(kecuali kalau kalian lagi sakit atau haid).
Maaf yah kalau Amy masih suka nggantungin kalian. Ehe...
Jaa ne minna(Β΄β©Οβ©ο½)
BαΊ‘n Δang Δα»c truyα»n trΓͺn: AzTruyen.Top