🍀XII🍀

Pagi hari yang cerah dengan sinar matahari yang lembut mulai menyelimuti Bumi. Burung-burung mulai mengeluarkan kicauan indah mereka, semilir angin lembut pagi juga perlahan membuka tirai agar para manusia membuka mata mereka karena sambutan lembut Sang pagi yang begitu hangat dan nyaman untuk memulai hari—tapi itu hanya di dalam angan-angan Tenn saja.

"Siput saja masih lebih cepat daripada kau, Tenn! Lari lagi 5 putaran atau kau tidak akan mendapatkan sarapan pagimu!"

"Ha'i!"

Tenn akhirnya memulai latihannya di mansion Riku yang akan dilakukan setiap pagi dan malam, bahkan sebelum matahari menampakkan dirinya. Setiap hari, dia akan melatih kekuatan fisik dan jiwanya dengan 6 guru yang berbeda.

Awal hari sekali sekitar pukul 3 pagi, Tenn akan dilatih fisik dasarnya oleh Shizuki dengan metode yang sedikit mirip dengan latihan Riku sehari-hari, namun tetap menyesuaikan dengan keadaan fisik Tenn sendiri.

Kemudian setelah jam sarapan, ia akan dilatih oleh Ichi, Seth, dan Nagi untuk melatih gaya bertarungnya.

Lalu saat malam, Tsuki dan Sakura akan mencoba melatih kekuatan yang kemungkinan masih tertinggal di tubuh Tenn—sisa dari kekuatan sihir kuno milik Sardinia.

"Kau itu lari atau merangkak! Bahkan bayi saja bisa merangkak dengan cepat daripada dirimu!" ya, makian demi makian sudah diterima Tenn sejak ia datang ke halaman belakang untuk latihan.

Pertama hanya karena ia datang lebih lama 30 detik daripada Shizuki dan membuatnya harus dihukum lari 3 kali putaran.

Tapi karena Tenn menyelesaikannya dalam waktu yang lama—menurut Shizuki, hukuman Tenn bertambah menjadi 5 putaran.

Tapi lagi-lagi Shizuki menambah hukumannya menjadi 10 putaran dengan alasan yang sama seperti sebelumnya.

"Tenn-nii bersemangat sekali, padahal baru pemanasan awal." Shizuki menoleh ke asal suara dan melihat Riku berjalan ke arahnya bersama dengan Ryo. Senyuman hangat Riku sudah seperti matahari pagi yang hangat dan menenangkan, masih sama seperti yang dulu.

"Nanase-sama, ohayou gozaimasu." sapa Shizuki menunduk hormat.

"Jika hanya kita berdua aku mohon jangan formal, Rinne-san. Kau juga seorang tamu di rumah ini dan kita adalah teman dekat, jangan bersikap formal di hadapanku, oke?" kata Riku menepuk pundak Shizuki pelan.

"Wakarimashita, Nanase-kun. Oi! Kau kira bisa istirahat begitu saja? Lari bolak-balik 10 kali! Lalu lakukan push up, sit up, back up, dan pull up masing-masing 20 kali! Jangan ada jeda istirahat!" Shizuki langsung menjadi serius ketika melihat Tenn mendekatinya tapi begitu Tenn kembali berlatih, Shizuki langsung kembali ramah ke Riku.

"Ada perlu apa kemari?" tanya Shizuki merubah suaranya menjadi lebih lembut daripada dengan Tenn.

'Dia sepertinya sudah punya saklar otomatis tentang emosi dan raut wajah. Cepat sekali perubahannya.' batin Riku sweatdrop ketika melihat perubahan cepat emosi Shizuki.

"Hanya ingin melihat latihan Tenn-nii, dan mungkin sedikit meregangkan tubuhku. Sudah berminggu-minggu aku tidak melatih fisikku karena pekerjaanku yang menumpuk dan demam selama berminggu-minggu." balas Riku sembari melakukan peregangan tipis-tipis pada tubuhnya.

"Ide bagus, Nanase-kun. Itu mungkin bisa menjadi inspirasi dan semangat bagi Tenn agar dia bisa lebih semangat." Riku meminta sepatu ganti yang dibawakan oleh Ryo dan menyerahkan mantel dan sandal yang ia gunakan kepada Ryo.

Riku pun mulai melakukan pemanasan ringan sebelum ia berlari mengelilingi halaman belakang 50 kali putaran. Lalu ia lanjut lari bolak-balik 50 kali, kemudian ia melakukan push up, sit up, back up, pull up masing-masing 50 kali.

Setelah di rasa cukup, dan ia beristirahat selama 5 menit untuk menghidrasi tubuhnya, Riku mulai mengambil pedang kayu yang di bawakan oleh Ryo dan mulai mengayunkan pedang kayu itu sebanyak 2000 kali.

Tenn yang melihat Riku berlatih dengan sangat giat dan semangat—dengan proporsi latihan yang berkali-kali lipat lebih berat darinya, tentu saja terkejut bukan main.

"Lihatlah adik kembarmu, Tenn. Kau pasti bertanya-tanya kenapa dia bisa sekuat itu baik mental maupun fisiknya. Jawaban atas kekuatan fisiknya adalah ia berlatih seperti ini setiap hari tanpa melewatkannya sedikit pun, tanpa menguranginya juga. Dia akan menambah beban latihannya ketika dirasa hal itu sudah ringan untuk tubuhnya."

"Awal dia latihan dulu, dia hanya mampu bertahan 5 kali masing-masing latihan yang ia lakukan saat ini. Bahkan ia hanya bisa mengayunkan pedang kayu itu 10 kali saja."

"Tapi seiring bertambahnya usia dan ketahanan tubuhnya, Nanase-kun bisa mencapai tingkatannya yang sekarang." jelas Shizuki tersenyum bangga kepada Riku yang masih mengayun pedang kayu.

Shizuki memang baru mengenalnya baru-baru ini, tetapi dia tahu bagaimana sebagian kisah perjuangan Riku dari awal sekali hingga dia sampai ke tahap yang sekarang. Perjuangan yang tidak mudah, dan selalu mempertaruhkan nyawa disetiap langkahnya.

'Tidak ada yang berani mengambil resiko seperti anak itu lakukan. Bertaruh dengan nyawa di setiap langkahnya, dia orang yang hebat.' pikir Shizuki dengan pandangan bangga.

"Jika kau mengira jika selama ini Nanase-kun hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun, kau salah besar, Tenn. Kehidupannya setelah kau mengikuti vampir sialan itu tidaklah mudah, jangan kau mengira dia bernafas saja langsung dapat kekuatan besar."

"Dia berjuang mati-matian—bahkan berkali-kali nyaris kehilangan nyawanya—demi bisa mencapai posisinya yang sekarang. Kekuatan besar itu adalah bukti dari seluruh latihannya selama bertahun-tahun." Tenn memang sudah mendengar sebagian kisah hidup kembarannya dari sudut pandang kakek dan neneknya yang memang sering menemani juga mengawasi Riku.

Tapi ia sadar jika masih banyak kisah hidup Riku yang tidak ia ketahui dan salah satunya tentang jalanan terjal yang ada di kehidupan Riku—perjuangannya yang beberapa kali membahayakan nyawa.

"Dia kuat. Padahal dulu dia adalah anak yang lemah, baik fisik maupun mentalnya karena asma yang ia derita dulu. Tapi sekarang, aku yang terlihat lemah dibandingkan dia." kata Tenn tersenyum sendu sembari menatap tangannya sendiri.

"Kukira aku yang selama ini melindunginya, tapi ternyata sebaliknya. Dia melindungi kami, dengan kekuatannya sendiri." sorot mata Tenn mengisyaratkan jika dia ingin menjadi kuat, setidaknya ia bisa melindungi orang tua dan adik perempuannya jika ia tidak bisa melindungi kembarannya.

"Kalau begitu... KENAPA DIAM SAJA! LANJUTKAN LATIHANNYA!" Tenn langsung sigap mengambil pedang kayu dan mulai mengayunkannya.

Riku mendengar dan melihat semua yang Shizuki dan Tenn lakukan, ia tersenyum tipis melihat semangat Tenn yang membara.

'Ganbatte na, Tenn-nii. Setidaknya aku bisa menyerahkan perlindungan keluarga kita kepadamu karena aku tidak yakin bisa melindungi mereka lagi setelah ini.' pikir Riku dengan sorot mata yang sendu, lebih sendu daripada yang biasanya.

"Riku, salah satu pendeta kuil agung datang ke mansion dan ingin menemuimu." Aka yang entah datang darimana tiba-tiba saja sudah bertengger di pundak Riku. Dari nada suara Aka, dia sepertinya sedang panik namun tidak ingin terlihat.

"Pendeta kuil agung? Kenapa dia ke Dunia Manusia? Aku sendiri tidak menerima surat kedatangan dari mana pun." protes Riku kebingungan. Ia tahu jika Aka sedang panik, maka dari itu dia kebingungan.

"Aku juga tidak tahu, tapi keadaannya kacau. Dia penuh luka dan darah, aku sampai tidak bisa membedakan mana darahnya sendiri dan mana darah orang lain." pernyataan Aka membuat Riku langsung melemparkan pedang kayunya begitu saja ke arah Ryo dan mengambil mantelnya sebelum ia pergi dari halaman belakang.

"Nanase-kun mau kemana, Ryo-san?" tanya Shizuki kebingungan dengan tingkah mendadak Riku.

"Saya juga kurang tahu, Rinne-sama. Saya akan menyusul Yang Mulia dahulu, saya permisi." Ryo pun mengikuti langkah Riku yang sudah jauh di depannya.

'Nanase-kun, kenapa kau bertingkah aneh? Dan wajah itu, hanya akan keluar jika ada masalah yang harus ditangani dengan cepat. Sebenarnya apa yang terjadi?' pikir Shizuki, namun ia dengan cepat menyingkirkan pikiran negatif itu demi bisa melatih Tenn.

'Aku harus melindungi Tenn seperti yang dikatakan Nanase-kun. Jangan sampai terpengaruh dengan hal-hal yang kira-kira membahayakan Tenn. Fokus Shizuki, fokus!' Shizuki kembali fokus melatih Tenn tanpa menaruh perhatian akan keributan yang ada di dalam mansion.

"Bawakan alat-alat medis itu kemari!"

"Siapkan ramuan penyembuh yang ada di lemari penyimpanan!"

"Bawakan handuk dan air!"

"Yang Mulia tiba!"

"Jangan ada yang mendekat sebelum selesai."

Para pelayan langsung menjauh dari lokasi pendeta. Tanpa merapalkan mantra, dari tangan Riku mengeluarkan cahaya dan selama beberapa saat cahaya itu menyelimuti orang yang terbaring di hadapan Riku.

'Lukanya benar-benar parah, bahkan organ dalamnya terluka parah dan nyaris hancur. Dia seperti baru saja bertarung dengan seorang pembunuh yang benar-benar ahli.' pikir Riku ketika sedang menyembuhkan orang yang diketahui adalah salah satu pendeta dari kuil agung Kerajaan Sunshine.

"Riku...sama,...saya mohon untuk...kembali ke kerajaan...keadaannya...darurat..." Riku terkejut dan sontak memegang tangan Sang pendeta yang terulur.

"Tolong jangan banyak berbicara dahulu, Tuan. Luka Anda belum membaik." kata Riku lembut namun masih tersirat nada kekhawatiran.

"Tidak..., Anda harus..., kembali ke..., kerajaan segera..., Yang Mulia..." Riku menghiraukannya dan lebih menfokuskan dirinya agar tidak ada bagian luka yang terlewatkan olehnya.

"Riku-sama! Keadaan darurat!" Rei yang menggunakan teleportasi tiba-tiba muncul dari belakang Riku dengan wajah yang panik.

"Doushita, Rei? Lalu, tolong jangan berteriak pagi-pagi." ucap Riku tenang setelah ia selesai mengobati pendeta itu.

"Bencana sudah mulai menyerang secara terang-terangan dan sudah memakan korban jiwa, Riku-sama." kata Rei berusaha untuk mengatur nafasnya.

"Apa katamu? Bagaimana keadaan kerajaan?" sorot mata Riku tampak panik walau wajahnya masih datar dan tenang seperti biasa.

"Saat ini keadaan kerajaan sedang darurat siaga 1 dan jika ini terus berlanjut, maka kita tidak bisa bertahan dan Bencana akan menghancurkan seluruh Dunia Immortal sebelum menghancurkan Dunia Manusia." jelas Rei menunjukkan laporan dari para prajurit kepadanya.

Keadaan sekeliling mereka seperti terhenti sejenak ketika Rei mengatakan keadaan kerajaan terkini. Keadaan itu bukanlah hal yang bisa membuat Riku membuat keputusan dengan mudah, dia harus mempertimbangkan banyak aspek agar tidak salah langkah.

'Keadaannya sampai darurat siaga 1. Bencana itu sudah sampai sejauh ini...' Riku berdiri dari posisinya dan berjalan ke arah kantornya.

"Ke kantorku, Rei. Kita bicarakan lebih lanjut di sana, lalu tolong bawa pendeta ini ke ruang istirahat dan jika dia sudah sadar tolong suruh dia menemuiku di kantorku. Aku akan berada di kantorku satu hari ini." Riku berjalan ke ruang kerjanya diikuti Rei, sedangkan yang lainnya membawa pendeta yang sudah disembuhkan ke salah satu kamar yang ada di mansion.

Sesampainya di ruang kerja, Riku langsung mendudukkan dirinya di kursinya dan Rei berada di belakangnya dengan sebuah tumpukan dokumen di tangannya.

"Ri-kun! Apa yang terjadi!?" Yuuki tiba-tiba saja masuk ke dalam ruang kerja Riku beberapa saat setelah pemilik ruangannya duduk dan di belakang Yuuki juga terlihat wajah khawatir Tsuki, Sakura, dan Seth.

Yuuki baru saja bangun dan akan menikmati sarapan bersama Tsuki, Sakura, Seth, dan Nagi. Tapi keadaan ribut yang terjadi membuat mereka menundanya, ditambah Ryo memberitahukan bahwa Rei datang membawa kabar buruk dari kerajaan.

"Masuk dan duduklah kalian, aku juga baru akan mendengarkan penjelasannya dari Rei. Kuharap kalian tetap tenang atau kita tidak bisa memutuskan langkah yang harus kita ambil selanjutnya." ucap Riku dengan mimik serius, bahkan sampai nada bicaranya ikut datar.

Mereka duduk di tempat masing-masing, Riku berada di kursi kerjanya, Rei di sebelah Riku, dan sisanya duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

"Jadi, pertama aku akan bertanya bagaimana bisa aku baru menerima laporan tentang penyerangan ini? Dan kapan semuanya mulai terjadi?" pertanyaan pertama pematik isu akhirnya keluar dari Riku.

"Saya sebenarnya sudah mengirimkan Anda laporan, Riku-sama. Secara teratur selama beberapa hari ini, tapi maaf, saya baru menerima kabar kalau pengirim laporan itu di serang dan kini sedang menerima perawatan dari dokter istana."

"Lalu, persitiwa ini baru terjadi tepat setelah kabar bahwa Anda di serang oleh sebuah bom dalam kue." jelas Rei memberikan sebuah tumpukan laporan kepada Riku.

"Di serang oleh siapa?" tanya Yuuki dengan wajah khawatir yang tidak luntur sejak dirinya datang ke ruang kerja suaminya. Sebagai seorang ratu, ia tidak bisa menyerahkan seluruh masalah kepada suaminya dan dia harus ikut ambil peran dalam masalah kerajaan.

"Kami masih menyelidikinya, Yuuki-sama. Belum ada data pasti terkait penyerangan tersebut, dan saya bersyukur jika laporan tersebut masih utuh dan tidak ada yang rusak sedikitpun." Rei

"Tapi menyerang pengirim pesan itu adalah tindakan kriminal berat. Pelakunya harus ditangkap secepatnya dan diselidiki sebelum dihukum. Lalu pertanyaan ku selanjutnya, kapan semuanya mulai terjadi?" Riku

"Sudah 3 bulan yang lalu, saya sudah menuliskan laporannya tetapi Anda saat itu sedang dilanda masalah tentang sisa-sisa merpati merah dan beberapa saat kemudian Anda jatuh sakit." Rei

"Baik, ini kesalahanku karena terlalu fokus akan hal-hal yang tidak terlalu penting dan karena tidak menjaga kesehatanku juga. Apakah kau sudah memberikan solusi sementara?" Riku

"Sudah, Yang Mulia. Hal itu bisa menghentikan penyebarannya untuk beberapa minggu, tetapi semakin lama saya tahan maka semakin cepat pula penyebarannya." Rei

"Riku, Jii-san sudah dengar soal misimu. Kurasa kau bisa melakukan misimu secara bersamaan dengan kasus Bencana, inti misinya sama bukan dengan apa yang terjadi? Jadi Jii-san rasa kau tidak perlu fokus di satu dunia saja." Tsuki

"Kelihatannya memang sama, tetapi setelah aku memikirkannya lagi..., ditambah aku membaca dokumen yang pemimpin berikan.... Aku rasa ini masalah yang berbeda." Riku

"Tapi bukankah sama-sama menyelidiki soal Bencana?" Seth

"Misi ku mengharuskan membantai siapapun yang sudah dipengaruhi oleh Bencana, apalagi jika mereka dari ras Vampir dan ras Bestia. Sedangkan di kerajaan, bukan hanya Vampir dan Bestia saja yang terpengaruh." Riku

"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang? Kau tidak mungkin menggunakan sihir membelah diri selama berhari-hari." Sakura

"Itu bisa aku lakukan, rekor terakhirku adalah 6 bulan tanpa henti." Riku

"Sejak kapan?" Tsuki

"Baru satu tahun yang lalu, tanya saja kepada Yuu-chan kalau masih tidak percaya." Riku

"Hontou da, dia berhasil mempertahankannya selama 6 bulan sembari bekerja dan melakukan hal-hal lainnya. Lalu, kau akan melakukannya? Aku tahu kau bisa, tapi masalah yang kita hadapi tidaklah mudah." Yuuki

"Selama aku yang asli menyelidiki soal Bencana itu di Dunia Manusia, diriku yang lain akan coba menghalang Bencana untuk bertindak lebih jauh di Dunia Immortal." Riku

"Kami akan ikut, Riku. Tenang saja jika menyangkut dengan latihan Tenn, kami tidak akan melupakannya." Tsuki

"Kami akan membantumu di Dunia Manusia." Seth

"Arigatou, tatsukatta. Lalu bagaimana kalau kita sarapan dulu? Kudengar dari Ryo, koki mansion sedang memasak makanan timur tengah." Riku mendekati Yuuki dan mereka pun satu persatu keluar dari ruang kerja Riku, menyisakan Riku dan Yuuki berdua.

"Ri-kun, kau yakin? Menghalangi Bencana itu tidaklah mudah seperti yang terlihat. Erin-sama sendiri sampai kehilangan salah satu tangan dan mata kirinya." Yuuki terlihat khawatir dengan Riku.

"Aku akan pastikan dia tidak akan mengambil apapun, dia akan menghilang kali ini dan kita bisa membuat masa depan yang jauh lebih baik. Percayalah padaku, oke? Aku punya dua senjata yang ada disekitarku agar aku bisa terus maju." kata Riku menenangkan istrinya dengan menyatukan kening keduanya.

"Dua senjata?" heran Yuuki.

"Kepercayaan rekan-rekanku, dan keluargaku. Kalian senjataku untuk menghadapi semua hal yang terjadi, kalian senjata dan permataku. Terutama kau, Yuu-chan." balas Riku dengan nada yang tenang dan lembut.

"Kau juga berharga untukku, Ri-kun. Lebih berharga dari permata apapun, lebih berharga dari apa pun yang ada di dunia ini." keduanya berjalan menuju ke ruang makan bersama.

Tanpa tahu, jika Bencana sudah semakin dekat secara perlahan. "Hihi... Darah campuran yang manis... Hihihi..."

✤✤✤
𝙽𝚎𝚡𝚝...
Sabtu, 25 November 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top