🍀IV🍀
"Omatase, Yuu-chan. Di mana belanjaanmu?" kata Riku ketika ia sudah berada di depan gedung, tempat ia memarkirkan mobilnya.
Yuuki yang sedang santai dengan duduk di kap mobil pun langsung menghampiri Riku yang baru saja keluar dari gedung.
"Sudah di dalam mobil, lalu kenapa kau lama sekali tadi di dalam? Aku sampai bolak-balik ke van jus itu berkali-kali." balas Yuuki menunjuk ke arah van minuman yang tak jauh dari mereka.
"Hanya penjelasan singkat. Kaette ikimashou ka, Yuu-chan? Maaf sudah membuatmu menunggu lama." Riku mengulurkan tangannya dan Yuuki menerimanya, kemudian mereka pulang ke mansion. Bersiap untuk hari esok.
Di sebuah apartemen, nampak Ichi sedang berada di balkon sembari melihat langit malam Tokyo yang penuh gemerlap.
"Suzuka-san, apa yang kau maksud dengan Perang Perubahan? Lalu kenapa hal itu begitu berkaitan dengan Riku?" Ichi menoleh ke asal suara dan tersenyum tipis kepada Tenn yang berada dibelakangnya, bersama dengan keluarga Nanase lainnya.
"Seperti namanya, Tenn-sama. Perang Perubahan merupakan salah satu perang yang mengubah diri Riku-sama menjadi seperti sekarang. Awalnya perang ini meletus karena ulah kerajaan tetangga yang tidak terima jika seperempat wilayah yang ada di perbatasan hutan diambil alih oleh Kerajaan Sunshine, memang sudah diadakan negosiasi tetapi mereka tetap tidak terima dan mendeklarasikan perang."
"Dalam perang itu, Riku-sama memang tidak turun ke medan pertempuran karena ia melakukan negosiasi bersama dengan Rei-san. Posisi tersebut digantikan oleh Yuuki-sama sendiri dan mereka mendapatkan kemenangan mutlak, baik dalam perang dan negosiasi."
"Lalu ketika mereka mendapatkan kemenangan, apa yang membuat Riku berubah?" Tenn semakin mendesak Ichi untuk langsung membicarakan inti dari pembicaraan itu.
"Dalam perang, mereka tidak menemukan masalah apapun. Bahkan berkat komando dari Yuuki-sama, mereka bisa pulang dengan membawa kemenangan. Itulah yang aku dengar dari salah satu bawahan Riku-sama yang mengikuti perang."
"Tapi berbeda dengan negosiasi yang dilakukan Riku-sama dan Rei-san. Awalnya mereka berbincang normal layaknya negosiasi, tapi setelah mendengar jika pemenang dari perang itu adalah pihak Riku-sama, keadaan menjadi berubah drastis dalam negosiasi dan menyebabkan hancurnya kerajaan tersebut bersama dengan penguasanya."
"Kenapa bisa seperti itu? Pasti kalian bertanya-tanya, aku mendengar hal ini dari Rei-san sendiri yang menyaksikan dan mengalaminya sendiri. Setelah mendengar kabar kekalahannya, keduanya langsung ditahan oleh para penjaga yang memang sudah disiapkan untuk menangkap keduanya."
4 tahun yang lalu... Kerajaan Moonlight... Ruang perkumpulan...
"Tidak bisa begitu, Erin-sama. Saya tahu jika Anda memiliki wewenang tertinggi dalam wilayah timur, tapi saya tidak bisa setuju jika Anda seenaknya sendiri mengambil wilayah kami." dia adalah raja kerajaan Moonlight, Raja Moona ke-20.
"Maaf Moona-sama, tapi kami hanya mengambil apa yang menjadi milik kami. Leluhur Moona-sama lah yang mengambil apa yang seharusnya menjadi milik kami, kami di sini hanya ingin mengambilnya kembali." balas Riku dengan tegas.
"Tapi apakah pantas seorang raja terhormat seperti Anda langsung mengambil wilayah tersebut tanpa negosiasi dari kami? Apa jadinya jika tiba-tiba muncul rumor jika Raja Erin Yang Terhormat, ternyata orang yang suka memaksa." Rei nyaris mengeluarkan pedangnya jika Riku tidak menahannya.
'Ou-sama kenapa bisa sesabar itu dengan sifat Moona-sama yang keterlaluan ini?' pikir Rei menatap tidak percaya Riku.
"Moona-sama, saya sudah memberikan undangan untuk membahas masalah ini jauh-jauh hari sebelum Anda pergi ke kerajaan kami untuk negosiasi. Anda juga saat itu setuju jika kami bisa mengambil seperempat dari wilayah itu, surat resmi sudah berada ditangan kami tapi kalian justru melancarkan serangan."
"Kami berdua kemari untuk meluruskan hal ini dan kami mohon untuk menghentikan perang ini. Sudah cukup kita kehilangan banyak korban karena masalah vampir 3 tahun yang lalu, jangan menambah penyiksaan warga sipil." seorang masuk ke dalam ruangan secara tiba-tiba dan langsung memberitahukan berita bahwa kemenangan perang ada di pihak Riku.
"Semoga Yuu-chan baik-baik saja." gumam Riku tersenyum lega. Namun sayangnya, tiba-tiba ia dan Rei diringkus oleh penjaga tanpa bisa melakukan perlawanan sama sekali.
"Moona! Apa yang kau lakukan!" Moona justru tertawa ketika Riku sudah bereaksi dengan penangkapannya.
"Erin-sama, sudah lama sekali kami ingin menangkap Anda. Jujur, menangkap Anda seperti ini sangatlah sulit karena istana Anda yang tidak bisa ditembus bahkan oleh semut sekalipun. Penjagaan Anda ketika berada di luar pun sangatlah ketat, saya harus memberikan sesuatu agar Anda bisa keluar sendiri tanpa pengawalan." Rei mulai memberontak bahkan ia menyebarkan niat membunuh yang bisa membuat seseorang pingsan.
"Rei tenanglah!" Riku berusaha untuk membuat Rei tenang, tapi sayang ia tidak bisa bergerak bebas sekarang karena ada sebuah pisau yang ada di dekat lehernya.
"Benar Tuan Pengawal, sebaiknya kau tenang atau tuanmu ini akan berada dalam bahaya. Asal kau tahu, pisau ini sudah ku lumuri dengan racun yang paling mematikan. Satu tetes saja bisa langsung membuatmu sekarat hanya dalam 10 menit." Rei mulai meredakan niat membunuhnya, tapi dia masih menggeram marah.
"Lepaskan tangan kotormu dari Ou-sama." Moona benar-benar menjauhkan diri dari Riku, tapi seorang penjaga langsung menyerang Riku dengan sebuah tinju.
"Ou-sama!" Riku berusaha bangkit namun sebuah tinju langsung mengarah ke perutnya dan membuatnya terbentur tembok.
"Beraninya kau melukai beliau! Kau tidak akan bisa lolos begitu bantuan dari Kerajaan Sunshine tiba!" Moona justru tertawa lebih keras dan menyuruh penjaganya untuk mengurung Riku dan Rei di penjara bawah tanah.
Riku yang pingsan diseret begitu saja, sedangkan Rei mengikuti dari belakang. 'Dasar..., aku sudah menduga jika meninggalkan pasukan di gerbang depan adalah ide buruk. Kenapa Riku-sama tetap menurut dengan Moona itu padahal..., dia sudah tahu resikonya.' pikir Rei selama ia berjalan.
Keduanya diletakkan di sel yang bersebelahan dan setelah 2 jam, Riku akhirnya terbangun. "Rei berapa lama aku pingsan?" itulah pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Riku setelah 2 jam pingsan.
"Sekitar 2 jam, Riku-sama." balas Rei yang duduk dipojokkan selnya.
"Sokka..., kurasa mereka mulai khawatir karena kita belum kembali ya. Gomen..., gomen Rei..., aku terlalu percaya jika hal ini akan berjalan mulus seperti biasanya. Tapi ternyata..." Riku tidak melanjutkan kalimatnya, justru ia menunduk dan menyembunyikan wajahnya di antara lututnya.
"Tidak apa, ini salah saya yang kurang waspada. Maaf membuat Anda harus mendekam seperti ini, saya belum cukup kuat untuk bisa menjadi penjaga dan tangan kanan Anda—"
"Tidak Rei, ini aku yang terlalu naif. Kurasa banyak dari mentri dan tetua yang berpikir kalau aku terlalu naif dan polos untuk menjadi seorang raja. Buktinya, kita bahkan tidak tahu apa yang terjadi sekarang karena kita mendekam di sini." Riku justru membantah dengan cepat, membuat Rei tidak bisa memikirkan kata menangkan lainnya.
"Rei, mungkin aku belum dewasa ya. Aku hanya berpura-pura dewasa saja, padahal aku masih seperti anak kecil. Aku..., tidak pantas untuk memimpin kerajaan..., kalau itu Tenn-nii mungkin saja dia tidak akan membiarkan—" Rei memukul tembok yang ada di sebelahnya hingga retak dan dia perlahan berdiri.
"Jika Tenn-nii..., jika Tenn-nii..., jika Tenn-nii.... Tidakkah Anda sadar jika Anda itu hanya berprinsip seperti apa yang Tenn-sama lakukan! 'Jika aku melakuan ini, apakah Tenn-nii akan melakukan hal yang sama?', itulah yang selalu Anda pikirkan setiap kali menemui kesulitan dalam mengambil keputusan!"
"Saya tidak pernah melihat Anda berpikir dengan keinginan sendiri! Anda selalu saja berpikir apa yang akan Tenn-sama lakukan jika dia berada di posisi Anda! Apakah Anda sadar akan hal itu!" Riku semakin menunduk ketika menyadari apa yang dikatakan Rei adalah kebenarannya.
"Anda memang tidak akan menjadi seperti Tenn-sama, tapi Tenn-sama tidak akan pernah menjadi Anda. Saya tahu jika kalian itu kembar, tapi kalian tetap kehidupan yang berbeda. Tenn-sama ditakdirkan tetap menjadi manusia biasa, karena Tuhan tahu jika Tenn-sama tidak akan bisa memikul beban yang Anda pikul."
"Anda memiliki hal-hal istimewa yang hanya Anda sendiri yang memilikinya. Tidak semua orang, bahkan saya, bisa memiliki hal yang Anda miliki. Saya mohon untuk berhenti merendahkan diri sendiri, saya merasa sakit saat melihat Anda seperti orang yang putus asa setiap menemui jalan bercabang atau jalan buntu."
Gema suara Rei mereda dan terdengar isakan dari sel Riku. "Gomen, gomen Rei. Aku selalu saja berpikir kalau lebih baik Tenn-nii saja yang mengisi posisiku sekarang. Aku selalu merendahkan diri sendiri karena aku sadar jika aku masih lemah, aku terlalu naif, aku...—" suara dentuman disertai getarnya seluruh penjara.
"Apa ini!" gemetaran dan suara dentuman semakin keras, bahkan mereka bisa mendengar teriakan orang-orang di atas sana.
"Rei! Kau kau bisa mematahkan segel di pintu sel?" tanya Riku yang langsung bangkit, melupakan keterpurukan yang sesaat menghampirinya tadi.
"Maaf Erin-sama, segel ini diluar kemampuan saya." Riku langsung beranjak ke letak segel dan mulai melontarkan beberapa kode mantra untuk memecahkan segel.
*klang
Segel hancur dan Riku dapat keluar dari selnya dan langsung menuju ke sel Rei. Riku melakukan hal yang sama seperti saat ia menghancurkan segel sel miliknya dan tak butuh waktu lama mereka akhirnya bisa keluar.
'Segel yang hanya bisa dipatahkan jika kau ada di tingkat teratas. Seberapa kuat Anda sekarang, Yang Mulia?' batin Rei ketika segel yang menguncinya terpatahkan dalam hitungan kurang dari 2 menit.
"Rei, terima kasih telah membantuku menyadarkan diriku. Kau tahu? Sejak lama aku selalu berpikir, Siapa aku? Apakah aku Erin? Apakah aku hanyalah fotokopi cacat dari Tenn-nii? Atau hanyalah seorang peniru yang memiliki inspirasi yang hebat?, itulah pertanyaan yang selalu ada di kepalaku."
"Aku tidak mungkin bisa seperti Erin-sama, yang bisa membawa kerajaan ini ke masa emasnya dalam waktu 5 tahun kepemimpinan. Aku bukanlah Tenn-nii yang bisa membuat keputusan bijak dalam waktu hitungan menit. Aku bukanlah peniru handal yang sukses menipu orang-orang."
"Tapi kini, aku memiliki sebuah keyakinan besar. Aku adalah Nanase Riku, raja dari Kerajaan Sunshine, pahlawan dari kasus vampir, seorang idol terkenal, aku adalah Nanase itu sendiri." Riku mengatakan hal itu ketika mereka sedang berlari di tangga menuju ke permukaan.
Rei yang mendengar hal itu merasa bangga, Riku akhirnya mengetahui dirinya yang sebenarnya. Rei sedikit mendorong Riku dengan maksud, "Majulah Nanase, bawa kejayaan ke seluruh kerajaan.".
"Ikou Rei! Kita harus memberikan Moona itu sebuah pelajaran berharga ketika berani dengan kerajaan kita." keduanya akhirnya sampai di pintu keluar dan terhenti ketika melihat pemandangan yang tidak terduga di hadapan mereka.
"Apa-apaan ini..." gumam Riku menatap tidak percaya lautan manusia dan darah di hadapannya. Rei merasa janggal dengan lautan manusia dan darah itu langsung mencari sesuatu di salah satu jasad yang ada di dekatnya.
"Yang Mulia, ini adalah ulah dari pasukan merpati merah." Riku tentu saja terkejut dengan apa yang dituturkan oleh tangan kanan kepercayaannya itu.
"Bohong, merpati merah sudah dibasmi 1 tahun yang lalu. Aku sendiri yang memimpin gerakan itu." Rei tidak menjawabnya dengan perkataan melainkan dengan mengambil salah satu kain yang melekat di salah satu jasad.
Kain berwarna merah itu memiliki gambar merpati dengan tali merah di leher, juga ada dua pedang bersilang di belakangnya.
Riku meremas kain yang kini di tangannya, dan dia dengan langkah tegap melangkahi lautan manusia dan darah itu. Tidak ada keraguan dan ketakutan dalam sorot matanya, ia lebih yakin dengan dirinya sendiri setelah menerima nasihat dari Rei.
"Ou-sama! Syukurlah Anda baik-baik saja, kami cemas karena Anda tidak kunjung keluar ketika para pemberontak tiba-tiba saja dikabarkan masuk ke dalam istana." kata salah satu prajurit dari Kerajaan Sunshine ketika melihat Riku dan Rei berjalan dari arah ruang singgasana.
"Ada sedikit masalah. Di mana Raja Moona dan penghuni istananya?" jawab Riku menepuk pundak dari prajuritnya.
"Mereka melarikan diri dengan mengorbankan sebagian besar dari pasukannya dan tidak sedikit dari kami tewas saat mencoba mencari Anda." balas prajurit tersebut sembari melirik ke arah belakangnya di mana ada beberapa tubuh yang tertutup kain putih dengan lambang Kerajaan Sunshine.
Riku berjalan ke arah jasad pasukannya dan mendoakan mereka sebelum ia meminta salah satu pedang prajuritnya.
"Saya akan pergi menyusul Raja Moona bersama Rei. Kalian kembali ke istana dan kuburkan rekan kalian yang gugur, lalu jika calon ratu kalian bertanya kemana saya..." Riku menjeda kalimatnya untuk mengambil topeng yang selalu ia bawa dan memakainya.
"Katakan jika saya akan pulang nanti. Jangan menunggu dan bersikaplah normal, jangan khawatirkan saya." Riku dan Rei berlari meninggalkan pasukannya, menyusul ke pelarian Moona.
Sementara itu di sisi Moona, ia bersama dengan keluarganya ternyata bersembunyi di sebuah villa yang ada di pinggiran kerajaannya.
"Lepaskan aku! Kalau Yang Mulia Erin sampai tahu, aku akan pastikan kau menerima hukuman yang setimpal!" Moona yang diteriaki oleh seorang wanita muda itu hanya diam dan tersenyum licik.
"Kalian jangan harap akan selamat ketika Yang Mulia Erin marah! Demi Dewa Matahari dan Kristal Kehidupan, aku akan membuat kalian menderita!"
*plak!
Tamparan keras itu dilontarkan oleh Moona kepada wanita muda yang diikat di kursi dengan penjaga di belakangnya. Ujung bibir wanita itu robek sampai mengeluarkan darah, dan pipinya memerah.
"Jangan membuatku geram, Mizuni-san. Kau hanyalah calon, belum menjadi ratu. Raja yang selalu kau banggakan itu bisa mencampakkanmu jika dia menemukan wanita yang lebih cantik darimu." ucap Moona mencengkram kedua pipi wanita muda yang ia tampar.
"Dia tidak akan pernah berbuat seperti itu. Erin..., dia adalah pria yang setia kepada satu wanita. Dia tidak akan pernah mencampakkanku dengan alasan apapun." geram wanita itu kemudian meludahi Moona agar menjauh.
"Wanita yang tangguh ternyata, Mizuni Yuuki ini. Tidak heran bagaimana Erin tergila-gila denganmu dan mungkin kau jadi salah satu kelemahannya." kata Moona menghapus jejak ludah dan tersenyum licik ke arah wanita muda yang ternyata adalah Yuuki.
"Kau tidak akan pernah tahu apa kelemahan sebenarnya dari Erin. Tidak akan pernah!"
✤✤✤
𝙽𝚎𝚡𝚝...
Rabu, 11 Oktober 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top