Demon In The Angel Form (3)

Gayamu memang sederhana.
Namun, wajahmu memberikan makna.
Terkadang kududuk terpana.
Melihatmu bercanda dan membuat laluna.

Kau bagaikan pangeran istana.
Kuharap suatu hari perasaan ini tidak lagi fana.
Karena, kau bagiku adalah sempurna.
Liam Kim, kau lah sang luna.

~~~

Hampir aku tak berkedip membaca puisi luar biasa buatanku ini. Maksudnya dalam artian yang buruk.

Seharusnya aku menaruh akhiran kata -im di setiap kalimat, tetapi aku bingung menentukan diksi yang tepat.

Ugh! Aku tidak akan pernah berhasil. Ini sangat bodoh dan terlalu berlebihan. Ternyata menyatakan perasaan pada orang yang kita sukai memang tidaklah mudah.

Aku selalu ingat pertemuan pertama dengannya. Saat itu kegiatan penerimaan murid baru. Semua terjadi secara kebetulan, tetapi penuh makna.

Dia duduk tepat di sampingku, memakai hoodie merah, tetapi tidak memasang penutup kepalanya. Wajahnya terlihat sangat tenang dengan sebuah senyum manis tanda menikmati gerakan lincah dari cheerleader yang mengisi acara.

Saat pertama kulihatnya, aku langsung tahu kalau dia adalah keturunan Asia. Namun, penampilannya lebih melebur dengan murid-murid sekitar lainnya daripada aku.

Melihat mungkin saatnya aku harus membuat teman baru. Langsung kuputuskan untuk mengajaknya bicara.

"Hei ...."
"Hei ... kau murid baru?" sahutnya.

"Ya. Han Mulan."
"Liam Kim. Aku juga murid baru."

Perlahan kami benar-benar bisa berteman baik. Kim orang yang ramah, dia juga suka bercanda, dan kurasa sangat baik. Lalu kemudian datang laki-laki paling cantik di sekolah, dan tanpa alasan pasti Kim berteman dengannya, Richard Denial. Dengan begitu aku juga perlahan-lahan harus menjadi temannya.

Hanya saja, seperti kata mereka. Saat seorang laki-laki dan perempuan saling berteman baik, mustahil jika salah satunya tidak menaruh rasa.

Ya, aku menaruh rasa pada Kim.

Dia selalu menganggap dirinya biasa saja. Tidak populer, tidak pintar, dan seakan dia adalah titik netral dari dua sisi manusia di sekolah ini. Namun, bagiku ada sesuatu yang spesial, yang tidak bisa aku jelaskan, sesuatu yang menjadi alasan kenapa aku menyukainya.

Masalahnya, aku pikir Kim tidak menganggap persahabatan kami lebih dari itu. Setiap kali kucoba menarik perhatiannya, dia nampak biasa saja. Terkadang aku memuji kehebatannya dalam berenang, atau nilainya di pelajaran Fisika. Dia tetap seperti itu, menganggap kalimat sanjungan yang kuberikan sebagai tanda lebih dari persahabatan kami.

Bahkan saat akhirnya kucoba mengajak dia untuk membeli pakaian di mall, menunjukkannya pakaian terbaik yang bisa aku beli. Mencoba membuatnya terkesan, tetapi dia masih biasa saja.

Yang ada dia malah membeli bros untuk gadis terburuk dalam sejarah, Tasya. Setiap kali dia membahasnya, aku merasakan kecemburuan tersulut di hatiku. Setiap kali dia berusaha membuat baik nama Tasya, aku merasa marah. Setiap kali dia melarangku membuat urusan dengan Tasya, Kim hanya membuatku kecewa.

Aku tidak mengerti, kenapa Kim harus menyukainya? Aku merasa diriku lebih baik daripada Tasya, dalam segala segi apapun. Yang Tasya lakukan di sekolah ini hanya memanfaatkan kekuasaan ayahnya yang adalah walikota Radcliff. Dia menindas, merampas, memaksa, dan mengancam setiap orang yang berurusan dengannya.

Bagaimanapun, Kim benar-benar jatuh hati padanya. Membuatku berpikir kalau cinta memang sebuta itu.

Namun, aku harus mencoba sekali lagi. Karena itu aku membuat puisi ini untuknya. Sebagai pelengkap, bahkan kutaruh namanya di akhir. Besok sore setelah kelas, akan kunyatakan perasaanku padanya.

~~~

Cahaya hangat menghiasi jalanan padat kota. Sore itu, nampak Kim tengah berjalan santai sembari mengatur nafas setelah berlari cukup jauh dari sekolah menuju sebuah mall tempat pujaan hatinya menunggu.

Tekad Kim tidak mampu menghentikannya, dia benar-benar ingin mengungkapkan perasaannya pada Tasya, dan sangat berekspektasi kalau dia akan diterima.

Kim membayangkan, langkahnya seakan diiringi oleh dua malaikat bersayap yang adalah anak buah Afrodit. Menjatuhkan bunga-bunga dari taman indah para dewa yang dirawat sepenuh hati oleh petani-petani pilihan seperti anak sendiri. Dipetik dengan tangan-tangan lembut oleh para terlatih, khusus dilakukan hanya untuk memberkati urusan Kim. Wajahnya sekarang sangat terang, seakan harapannya memang akan dikabulkan.

Suara kicauan burung yang sebenarnya hanya fantasi Kim masuk ke telinganya, bernyanyi-nyanyi dengan lembut seperti menyemangati Kim. Semerbak wangi dari jajanan roti menjadi parfum tambahan bagi tubuhnya.

Dengan segenggam kotak bros merah cantik di tangannya, hingga dia akhirnya sampai. Melihat malaikat cantiknya duduk terdiam di sebuah halte dekat gym kota. Sedang menelpon dengan suara merdu bak Celine Dion saat terdengar oleh Kim.

"Aku sudah menunggu di halte ini selama tujuh menit! Jika sudah lewat sepuluh, kau akan dipecat, mengerti!"

"Dia benar-benar anggun," gumam Kim, dan lanjut berjalan ke arahnya. Langkahnya tidak gentar, posisinya tidak goyah. Dia benar-benar sudah siap.

Namun, baru setengah jalan dia melambat. Sampai benar-benar berhenti saat melihat seorang pria keluar dari mobil dan mendekati Tasya. Kim menghela nafas karena berpikir itu adalah penjemputnya.

"Urghhh, apa-apaan. Kenapa penjemputnya harus datang secepat ini."

Sementara Tasya.

"Akhirnya! Aku akan melaporkan--tunggu, siapa kau?"

Awalnya tidak ada yang aneh. Namun, pria yang menggunakan sebuah topi koboi coklat dan jaket kulit tebal itu hanya terdiam, berdiri seperti patung. Tasya sendiri ikut kebigungan, karena dia tidak mengenal pria itu.

Sampai tangan Tasya dicengkram kuat, dan dia ditarik masuk ke dalam mobil dengan paksa.

"Akan kuantar kau pulang, Nyonya."
"Hei! Lepaskan aku!"

Kim sepenuhnya sadar kalau memang ada yang salah. Tanpa menunggu lama lagi dia langsung berlari dan memukul wajah pria itu sampai dia melepaskan Tasya dan mundur beberapa langkah.

"Apa yang kau lakukan pada pac--maksudku Tasya?!" ketusnya dan memasang kuda-kuda langsung. "Tasya, pergi dari si--" Kim menyuruhnya berlari. Namun, saat berbalik Tasya malah sudah sangat jauh darinya. Berlari terbirit-birit karena ketakutan.

"Ayah! Ada pria aneh yang mencoba mencelakaiku!"

"Wah ... berani sekali kau menggangu urusanku, pria kecil." Pria itu mengubah fokus Kim. Dia mengangkat kepala dan memberikan ekspresi tersenyum sangat lebar, tetapi bagi Kim sangat menjijikkan.

"Berani sekali kau menganggu Tasya!" balas Kim tak takut.

"Jadi siapa kau? Pacarnya?" Pertanyaan itu membuat Kim mengubah posisi sedikit, menggetarkan pelan tubuhnya. Namun, tanpa alasan jelas baginya pria itu malah tertawa.

"Y--Ya! Memangnya kenapa?"

"Sangat romantis. Biar kutebak, ini hari ulang tahun jadian kalian, dan kau membelikan sesuatu yang sangat mahal di sana?" Kim langsung menyembunyikan cepat brosnya. Membuat pria aneh itu sekali lagi tertawa pelan.

"M--Memangnya kenapa?"
"Dasar bocah kasmaran. Ngomong-ngomong, apa kau tau siapa aku?"

"Tidak. Yang jelas, kau pastinya orang jahat yang ingin menyakiti Tasya," jawab Kim. Kembali memasang kuda-kuda.

"Well, you just met the wrong person, kiddo."

Kim mengedipkan mata beberapa kali. Dia sampai memiringkan kepala melihat pria itu dan memasang ekspresi yang sulit dijelaskan.

"Kenapa kalimat itu tidak asing bagiku?"

"Diam dan nikmati hari terakhirmu di dunia ini!" Lalu semuanya berubah. Kim langsung membulatkan mata dan menahan nafas, begitu dia didorong masuk ke dalam sebuah gang sempit dan dibuat terjatuh. Tak lama, pria itu mengeluarkan sebuah pisau panjang dan mengarahkannya pada Kim.

"Aku sebenarnya ingin membuatmu belajar, tapi kurasa aku punya rencana yang lebih bagus," ucapnya lagi, dan kembali memasang senyuman menjijikkan yang sama.

Di saat bersamaan, Kim tahu kalau dia ada dalam masalah besar.

~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top