Satu

Anjir, gue beneran masuk dunia komik.

-Lusi

Saat merasakan suasana hangat di sekitar, rasanya Lusi ingin segera membuka mata. Namun, dia takut jika matanya terbuka dan mengetahui dirinya ada di neraka. Dia kan sudah meninggal.

"Dia sudah mandi?" ucap seorang pria.

"Sudah, Tuan. Nona Lauren sudah bersih dan segar," jawab orang lain lagi, sepertinya perempuan.

"Tapi dia masih belum sadar. Sudah satu bulan ..."

"HAH? Sebulan?!" Spontan Lusi bangun dengan tatapan segar bugar. Pria yang duduk di sisinya tampak sudah cukup tua untuk menjadi ayahnya. Ada lima perempuan dengan pakaian yang sama berdiri tak jauh dari mereka. Tak lupa dua pria bertubuh tegap dan kekar di dekat pintu ruangan.

"LALA? Kamu sudah sadar?!"

"Lala?" Lusi bingung, siapakah yang dimaksud pria tua ini?

"Iya, Lala. Ayah cemas sekali. Ayah kira, ayah nggak akan bisa ketemu kamu lagi. Ayah baru saja berencana membawa kamu ke Singapura untuk pengobatan. Ayah takut, Lala. Cuma kamu yang ayah punya." Pria itu mencium tangan Lusi. Dia terlihat benar-benar cemas, bahkan sudah menangis ketika mengetahui anaknya sadar dari koma selama satu bulan.

"Ayah?"

"Iya, Nak."

Sejak kapan gue punya ayah? Bokap gue kan udah meninggal, pikir Lusi yang sudah menjadi yatim piatu sejak kecil.

"Jadi ... Anda ayah saya?" tanya Lusi untuk memastikan.

"Kamu tidak ingat ayah, Nak? Astaga ... apa yang terjadi hari itu, Sayang? Apa kamu kehilangan ingatanmu?"

Lusi menatap kedua tangannya.  Tangan yang begitu cantik dan halus ini seolah sangat terawat dan tak pernah bekerja berat. Bahkan kamarnya begitu besar dan mewah. Apa dia bereinkarnasi di tubuh perempuan kaya?

"Ayah ... boleh aku minta cermin?" ucap Lusi. Dari suaranya, dia lagi-lagi menyadari kalau suara tegas ini bukanlah suara aslinya.

"Tentu saja." Pria yang dia panggil ayah itu menatap salah satu pelayan yang dengan cekatan langsung memberikan apa yang Lusi minta. "Ini, Nak."

Lusi menerimanya. Setelah menarik napas dalam-dalam, dia pun menatap pantulan wajahnya dari sana.

Aneh,

Ini bukanlah wajahnya. Lalu, wajah siapa? Tubuh siapa ini yang sudah dia masuki? Bagaimana dia bisa sampai di sini?

"Tapi ... dia cantik," gumamnya. Walaupun merasa tidak familiar dengan penampilan ini, tapi wajah perempuan yang dia masuki ini sangat cantik. Jauh lebih cantik darinya. Perempuan ini sangat cantik dan masih muda.

"Tentu saja, anak ayah adalah perempuan tercantik di dunia ini. Apa yang Lala mau akan ayah berikan. Jadi, Lala jangan tinggalkan ayah lagi, ya? Ayah mohon."

Sebenarnya apa yang terjadi sampai ayahnya secemas ini? Aku kasihan melihatnya. Aku bahkan tidak ingat bagaimana rupa ayahku karena sudah lama, batin Lusi.

Dia menggenggam kedua tangan pria di depannya. "Lala janji, Lala nggak akan ke mana-mana. Karena rumah Lala ada di sini dan Lala punya ayah yang hebat."

Pria itu tampak tertegun dalam beberapa menit. Dia tidak percaya kata-kata seindah itu akhirnya keluar dari anaknya yang selalu gengsi mengungkapkan sayang padanya. "Lala benar-benar sayang ayah, kan?"

"Tentu saja. Ayah adalah cinta pertama Lala!"

Apa segini cukup? Apa pria ini sudah senang? Semoga hatinya tenang mendengar ucapanku, aku tak tega melihatnya menangis. Mungkin hubungan ayah dan anak ini bisa membaik setelah ini, pikir Lusi.

"Ayah kira cinta pertama kamu Aydan. Ternyata ayah, ya? Hahahah, akhirnya ayah bisa mengalahkan laki-laki itu," ucapnya.

T--tunggu! Aydan? Aku seperti pernah mendengarnya, pikir Lusi.

"Untuk merayakan kamu yang siuman, ayah ingin menyelenggarakan pesta. Tentu saja ayah akan mengundang tunangan kamu Aydan."

Tunangan? Astaga, siapa sebenarnya perempuan ini?! Repot sekali padahal aku baru masuk tubuhnya, batin Lusi.

"Kok diam saja? Biasanya kamu akan heboh kalau sudah dengar namanya. Dia yang sudah membuat kamu tergila-gila. Kamu pasti sangat merindukannya, kan?"

Lusi diam, dia berusaha mengingat-ingat nama itu. Apa Aydan yang dimaksud adalah Aydan di komik Natasya's Love? Itu tidak mungkin, kan?

"Bukan Aydan Rooney Yogio, kan?" Tentu saja bukan. Dia kan tokoh utama komik Natasya's Love. Lusi bertanya karena familiar dengan namanya.

"Benar. Dia Aydan Rooney Yogio kesukaan kamu."

Sebelum ayahnya pergi, Lusi menahan dengan pertanyaan lagi. "Tunggu, tapi bukannya dia menyukai Natasya? Ah, gadis itu tidak ada, kan? Karena ini bukan komik Natasya's Love. Itu tidak mungkin."

"Ah, iya. Kamu pernah menceritakan soal gadis jelata itu. Maaf karena ayah lupa. Apa ayah buat dia dikeluarkan  dari sekolah dan tidak ada sekolah mana pun yang mau menerimanya?" ucap ayah dengan mudah.

"A--apa? Kenapa melakukan perbuatan jahat itu?" tanya Lusi yang terkejut dengan tatapan jahat sang ayah.

"Bukannya kamu membencinya? Ayah kira, itu yang kamu mau."

Jadi benar, sepertinya aku memasuki tubuh Lauren Zawendra, tokoh antagonis sekaligus figuran cerita iniDia cemburu dengan Natasya sejak lama, tapi perbuatan jahatnya malah membuat Natasya dan Aydan semakin dekat hingga menyadari perasaan satu sama lain. Kalau benar seperti itu ... berarti sekarang dia kaya raya? Di komik diceritakan bahwa Lauren merupakan anak tunggal, satu-satunya pewaris seluruh kekayaan perusahaan Zawendra yang uangnya tidak habis sampai 7 kali kehidupan, pikir Lusi.

"Permisi, Pak. Ada panggilan dari kantor pusat," ucap seorang pria berkaca mata dengan tubuh tegap yang mengetuk pintu kamar Lauren beberapa kali. 

Itu kan sekretaris ayahnya yang datang ke sekolah saat Lauren buat ulah. Wah, ternyata pria berusia 28 tahun itu lebih tampan dari yang digambarkan. Keren banget penulisnya! batin Lauren.

"Baiklah." Ayah menoleh pada Lusi. "Lala, ayah tinggal dulu, ya? Kalau ada apa-apa kamu bisa segera menghubungi ayah."

Lusi menunjukkan senyum terbaiknya kepada sang ayah. "Semangat kerjanya ayah! Lala sayang ayah!"

Ngomong-ngomong soal masuk ke tubuh Lauren Zawendra ... jadi aku beneran masuk ke dunia komik? Serius?!

Lusi bangkit dari kasurnya kemudian menatap kaca besar yang ada di meja rias. Dilihat dari ujung kepala sampai kaki, Lauren itu sangat cantik. Bahkan lebih cantik daripada Natasya yang merupakan tokoh utama. Hanya sifatnya saja yang memang menyebalkan.

"Kakak!" panggil Lusi kepada lima pelayan yang berdiri di belakangnya. Karena tak ada respon, Lusi pun berbalik. "Kenapa kalian diam aja?"

"Nona memanggil kami? Tapi Nona biasa menyebut kami pelayan, bukan kakak," ucap salah satu pelayan. Bisa dibilang, dia yang tertua.

"Lauren memang benar-benar antagonis," gumam Lusi. Sepertinya, sebagai pemilik tubuh untuk saat ini, Lusi harus memperbaiki beberapa hal yang dikacaukan Lauren, seperti hubungan kemanusiaan dengan sesama. "Mulai sekarang ... aku mau memanggil kalian kakak dan berlakulah seperti kakak untukku. Karena kalian memang lebih tua, kan?"

Kelima pelayan itu saling pandang. Mereka kebingungan karena takut dengan Lauren.

"Kakak," panggil Lauren sembari mendekat. Dia memegang tangan kelima pelayannya satu per satu. "Selama ini, aku jahat dan bersikap nggak sopan sama kalian. Aku minta maaf."

"Nona Lauren! Bagaimana mungkin kami menerima permintaan maaf dari Nona? Kami nggak pantas!" ucap pelayan termuda yang tampak menyesali ucapannya karena sudah berteriak pada Lauren.

"Jadi ... kalian tidak mau memaafkanku?" tanya Lusi.

Kelima pelayan itu segera menggeleng serempak. "Bukan begitu, Nona!"

"Baiklah, kami memaafkan Nona, tapi sepertinya akan sulit untuk memperlakukan Nona seperti adik kami. Kami merasa tidak enak. Tapi jika Nona hendak memperlakukan kami seperti kakak Nona, tentu saja kami bersedia. Apa pun yang Nona mau, adalah perintah untuk kami," ucap pelayan tertua.

Lusi tersenyum lega melihatnya. "Aku ingin tau nama kalian."

"Saya Devi, 28 tahun."

Dia seumuran dengan sekretaris ayah, pikir Lusi.

"Saya Priyanka, 25 tahun."

"Saya Julie, 25 tahun."

Wah, mereka berdua seumuran denganku! pikir Lusi.

"Saya Ota, 26 tahun."

"Saya Vivi, 22 tahun."

Lusi tersenyum setelah mendengar nama-nama mereka. "Salam kenal, Kakak-Kakak! Saya Lauren Zawendra, 17 tahun."

Setelah itu Lusi membuka tangannya lebar. "Mari berpelukan persahabatan!"

"Ta--tapi, Nona ... kami tidak pan--"

"Katanya kemauanku adalah perintah, jadi kalian bohong?" Mendengar itu, satu per satu dari mereka pun mendekat dan memeluk Lauren.

Oke, masalah satu selesai.



-----

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top