Dua Puluh Satu
Ajari gue cara mencintai sebanyak lo.
-Bizar
"Lauren! Bizar!" Natasya berlari mendekat kala menyadari kehadiran Lauren yang memapah Bizar. Zero dan Aydan yang sedang mencoba menghubungi polisi juga segera mendekat. Mereka mengambil alih Bizar dari Lusi.
"Lo baik-baik aja, Ren?" tanya Natasya sambil mengusap wajah Lusi yang sedikit kotor.
Lusi mengangguk dengan pandangan yang tak lepas sedikit pun dari Bizar. Pria itu juga sama, dia melirik Lusi sebelum mengikuti langkah Zero dan Aydan. Natasya yang menyadari itu langsung mendekap lengan Lusi.
"Udah terjadi sesuatu, ya?" tanyanya dengan senyuman lebar.
Lusi membulatkan matanya. "Ha? Enggak, kok!"
Natasya menarik Lusi agar segera berjalan ke kamar mereka. "Kalian beda, loh. Dari tatapan ... kelihatan lebih intim dari sebelumnya. Apa gue ketinggalan cerita?"
Lusi terkekeh mendengarnya. Apa ia memang terlalu ketara?
***
"Oke, sekarang ceritain apa yang sebenarnya terjadi!" ucap Aydan yang menatap Lusi dan Bizar bergantian. Mereka semua tengah berkumpul di meja makan, tentu dengan Bizar yang sudah diobati dan masih menggendong tangan kirinya.
"Kayaknya mulai dari Bizar. Lo dari mana aja kemarin?" tanya Zero, tentu dia akan menyalahkan adiknya yang pertama. Sebab gara-gara Bizar, mereka jadi panik karena Lauren menghilang dari villa.
"Iya, Zar. Lo bilang sama gue kalau mau nyari lahan kecil. Tapi kenapa nggak balik-balik selama berjam-jam?" Aydan juga sangat penasaran sebab dirinya adalah orang yang terakhir diajak Bizar bicara sebelum menghilang.
"Kemarin gue emang nemu lahan dan buang air di sana. Tapi tiba-tiba gue denger suara orang manggil gue. Jadi gue cari suara itu yang entah kenapa semuanya gelap," ungkap Bizar, membuat semua orang yang ada di meja makan terdiam.
Apa itu penulis? pikir Lusi yang kemarin sempat bertemu dengan makhluk berjubah hitam.
"Dan lo nemu siapa yang manggil itu?" tanya Aydan.
Bizar diam sebentar, dia berusaha mengingat-ingat kejadian kemarin. "Gue ...."
Kalau Lusi perhatikan, wajah Bizar tampak bingung. Dia jadi semakin penasaran mengenai apa yang menimpa Bizar sebelum bertemu dengannya.
"Lo ketemu serigala?" tanya Lusi yang berusaha membantu ingatan Bizar.
Bizar menggeleng. "Dia bukan serigala."
Dia?
"Dia lebih ke ...." Bizar bingung bagaimana menjelaskannya. "Sebuah layar lebar. Gue menonton kisah seorang laki-laki bernama Axel. Gue juga bingung kenapa gue ada di sana."
Nonton?
"Jadi, lo ngilang berjam-jam karena nonton? Iya?" Zero mengulurkan tangannya untuk memberikan pelajaran pada adiknya.
"Aww! Apaan sih lo!" bentak Bizar yang tak terima kepalanya dijitak keras.
"Ya lo bikin khawatir semua orang, Bodoh!"
Dari reaksi semua orang yang marah dan khawatir pada Bizar, hanya Lusi yang diam tanpa ekspresi. Kini kepalanya dipenuhi kata-kata Bizar. Apa yang dimaksud Bizar dengan menonton, ya? Bukankah isi dari hutan hanya pepohonan? Lalu Bizar menonton di mana?
"Tapi akhirnya Bizar ketemu sama Lauren, kan? Semalem kalian tidur di mana?" tanya Aydan yang makin kepo. Bukannya tidak peka, tapi Aydan hanya tak ingin membahasnya karena mencemaskan Bizar tadi pagi. Namun Aydan tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya kala melihat binar bahagia di mata Lusi dan Bizar.
Lantas Bizar melirik Lusi yang fokus pada makanannya. Kalau begini, keduanya jadi ingat situasi di gubuk semalam. Jelas-jelas mereka berdua berciuman! Tapi, bagaimana hal itu bisa terjadi? Bizar tak mengerti sampai sekarang.
"Ada sebuah gubuk di hutan ... terus kita ngungsi ke sana karena udah malem," ucap Lusi menjelaskan.
"Berdua?" tanya Natasya yang sudah senyum-senyum sendiri.
"Serius berdua?!" kata Aydan yang baru sadar.
"Sama lo! Kan ketiganya setan!" sentak Bizar, membuat semua orang tertawa.
"Tapi, dari tadi gue belum lihat Leoner. Apa dia masih di hutan nyari Lauren?" tanya Zero setelah memandang satu per satu adik-adiknya.
Setelah makan siang selesai, Lusi duduk sendirian di depan villa. Dia memperhatikan air mancur yang sudah mati itu dengan pandangan kosong. Pikirannya melayang ke mana-mana. Cerita Bizar yang menonton sesuatu benar-benar mengganggunya.
Apa itu penulis? Apa itu cara penulis memancing Bizar?
"Lo masih suka gue?"
"DEMI ANAK KUDANIL!" Lusi kaget mendengar suara Bizar yang tiba-tiba di belakangnya. Tentu saja kaget, gadis itu bahkan tidak mendengar langkah kaki Bizar sama sekali.
"Wah, anak kudanil, ya."
Lusi menghela napas berat, lalu kembali menghadap depan. Bizar mendudukkan diri di sebelah Lusi lalu mengulurkan sebuah roti berisi krim coklat.
"Oh, enggak. Makasih," kata Lusi.
Bizar mengangkat kedua alisnya. "Ini buat gue."
"Terus kok dikasihin gue?" tanya Lusi yang bingung.
"Suapin. Tangan gue kan patah."
Astaga, ada-ada saja kelakuan laki-laki ini. Padahal dengan jelas Lusi tau kalau Bizar tidak kidal dan tangan yang patah kan tangan kirinya.
"Pengin banget lo caper ke gue." Lusi mulai membuka bungkus roti itu, sedangkan Bizar hanya tersenyum karena yang dikatakan Lusi benar.
"Nih," ucap Lusi sambil menyuapi Bizar roti itu.
Bizar menerimanya dengan senang lalu mengunyahnya baik-baik. Dia lihat Lusi tampak begitu banyak pikiran. Apa gadis itu masih mencemaskannya karena kejadian kemarin?
"Maaf karena kemarin gue udah bikin repot banyak orang. Kegiatan yang lo siapin jadi nggak bisa kita jalanin," ucap Bizar tiba-tiba, Lusi jadi terkejut lagi.
"Nggak pa-pa. Toh, itu di luar kendali lo." Lusi menarik napasnya dalam-dalam. "Hidup emang nggak ada yang sempurna, ada aja hambatannya. Lagipula kejadian kemarin nggak sepenuhnya menyebalkan, kan?"
Lusi tersenyum penuh arti pada Bizar, membuat laki-laki itu spontan berdeham dan membuang muka. Melihat itu Lusi tertawa, tapi tawanya mereda kala melihat Bizar yang kembali menatapnya dengan tatapan serius.
"Jika ... jika di dunia ini tidak ada yang sempurna, lalu dari mana asalmu, Nona?" ucap Bizar lalu mencium punggung tangan Lusi.
Demi apa pun, Lusi langsung menegakkan tubuhnya. Dia mondar-mandir di tempat dan meninju-ninju angin.
"Aaaah, salting banget, woi!!!"
Bizar tertawa renyah melihat reaksi Lusi pada kata-kata indahnya barusan.
"Lo belajar dari mana, anjir? Perasaan gue belum ajarin lo cara ngegombal! Apaan sih, lo curang! Yaampun, jantung gue aman, kan?" kata Lusi yang kelabakan sendiri oleh kemajuan Bizar. Kemudian Lusi menangkup kedua pipi Bizar yang memerah karena ulahnya. "Gue pinter banget ya sampai bikin Bizar yang kasar banget dan tukang marah-marah jadi bucin begini?!"
Bizar mengerutkan keningnya. Dia tak mengerti apa maksud Lusi. "Bucin?"
Lusi mengangguk semangat. "Iya, masa di mana kita tergila-gila banget sama orang sampai mau melakukan segalanya demi dia."
"Bukannya itu lo, ya?" kata Bizar.
Lusi pun duduk kembali di sampingnya. "Betul, itu gue."
"Tapi, gue masih bingung kenapa lo kayak gitu ke gue. Lo seolah sanggup ngasih dunia ke gue, padahal gue nggak punya apa-apa. Memangnya, apa yang lo dapet dengan ngasih segalanya? Ini seolah nggak setimpal," ucap Bizar dengan tatapan lurus ke arah Lusi.
"Lo." Lusi tersenyum lebar. "Gue akan dapet lo. Lo lebih dari cukup. Karena lo adalah ketidakmungkinan gue yang menjadi nyata."
"Ketidakmungkinan?"
Lo itu fiksi! Bagaimana gue nggak senang? Gue adalah satu dari ribuan orang yang beruntung dalam jatuh cinta kepada fiksi, batin Lusi.
"Gue rasa lo berlebihan. Sekarang kalau lo lihat baik-baik, ada banyak laki-laki yang lebih baik dari gue. Coba deh lo lihat lagi, sebelum lo nyesel karena terjebak di sisi gue," lanjut Bizar yang berusaha meyakinkan Lusi lagi.
Lusi tersenyum lagi mendengarnya. "Males ngomongin isu terkini, tapi ada isu yang lebih gue suka."
"Apa?"
"Is u!"
Lagi-lagi Bizar tertawa.
"Ah, gue belum selesai!" seru Lusi. Bizar pun mulai meredakan tawanya untuk mendengar kata-kata gadis itu.
"Apa lagi?"
"Lo tau, Zar? Melihat senyum lo, gue jadi sadar kalau rezeki Tuhan nggak selamanya berbentuk uang."
Keduanya pun tertawa bersama setelah mendengar gombalan Lusi barusan. Memang ya, Lusi itu pangerannya Bizar. Dikasih satu, balasnya beribu. Bizar jadi lelah tertawa mendengar gombalan-gombalan Lusi yang ditujukan untuknya.
Tenang aja, Zar, gue akan kasih cerita kita akhir yang baik. Setelah hari itu terjadi, gue tinggal kembali ke dunia gue. Lo nggak akan terlalu sedih kok, karena setelahnya lo juga akan lupa kalau gue pernah ada ....
-----
Maaf teman-teman, malming begini kita ngebucin dulu yaa :3
/monangis nggak ada doi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top