Bagian 1

Pertama kali bertemu dengannya, aku tidak pernah mengira bahwa dia bukanlah manusia.

Kami bertemu ketika aku mengunjungi perpustakaan tua di kota. Aku mendapatinya tengah bersandar di dekat jendela dengan tatapan lurus ke angkasa. Kukira dia sedang syuting atau cosplay dengan pakaian yang dia kenakan itu, namun ternyata aku salah. Orang-orang yang mengabaikan keberadaannya tentu saja membuatku bingung karena bisa dibilang dia sangat mencolok disana. Seolah itu bukanlah tempat dimana seharusnya dia berada.

Mungkin karena aku terlalu lama menatapnya hingga dia pun menoleh dan akhirnya mata kami saling berpandangan. Aku ingat sebelah alisnya terangkat saat itu, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri seolah memastikan sesuatu sebelum kembali menatapku dengan seringai yang kini muncul di wajahnya.

"Kau bisa melihatku rupanya," katanya saat itu.

Aku jelas bingung dengan kalimat yang keluar dari mulutnya. Apa maksudnya dengan bisa melihatnya? Tentu saja bisa karena-...

Oh, sial. Apakah tidak seharusnya aku bisa melihatnya? Itukah alasan orang-orang mengabaikan keberadaannya? Karena dia tidak bisa dilihat oleh mereka?

Jadi apa sebenarnya dia? Hantu?

Aku bukan seorang indigo, jadi bagaimana bisa aku melihat dia yang notabene bukan manusia?

Dia memperkenalkan dirinya sebagai Iaros. Hanya Iaros, tidak ada marga atau sejenisnya. Namanya terdengar asing di telingaku, begitu pula pakaian yang dia kenakan. Apakah itu terlihat seperti pakaian kerajaan? Aku tidak begitu yakin, tapi sepertinya memang begitu. Jika aku harus menyebutkan bagaimana ciri-cirinya, maka aku akan menyebutkan bahwa Iaros memiliki wajah yang tampan meski agak sedikit menyeramkan.

Tidak, wajah Iaros tidak hancur dan berdarah-darah seperti wujud hantu yang sering aku lihat di film horror. Dia hanya pucat, dan yang ku maksud menyeramkan adalah tatapan di iris platinanya. Itu kosong, hampa, dan mati.

Dilihat dari nama dan pakaiannya, mungkinkah Iaros adalah anggota kerajaan atau bangsawan? Tapi di negara yang aku tinggali saat ini tidak ada kerajaan. Jadi bagaimana bisa Iaros berada disini?

"Kurasa mereka berhenti mengganggumu. Apakah aku benar?"

Suara itu membuatku tersadar dari lamunan. Kulihat Iaros duduk di kursi belajarku. Surai gelapnya berayun ketika dia memiringkan kepalanya.

Ekspresinya sungguh menyebalkan. Tanganku rasanya gatal ingin melemparkan sesuatu ke wajah sombong itu.

Sejak pertemuan kami hari itu, entah kenapa Iaros selalu berada di sekitarku. Apakah dia mengikutiku karena aku bisa melihatnya?

"Tidakkah kau ingin berterima kasih padaku karena telah membantumu membereskan mereka? Tapi sayang sekali mereka tidak mati." Iaros berkata lagi. Kali ini diselingi helaan napas dramatis di akhir kalimatnya.

Mari kita lupakan tentang identitas Iaros yang kemungkinan adalah anggota kerajaan ataupun bangsawan, karena sepertinya Iaros adalah seorang Tiran jika dilihat dari cara bicara dan juga tindakannya.

Kata-kata yang dia ucapkan membuatku kembali mengingat kejadian 1 bulan yang lalu. Iaros hampir membuatku menjadi seorang kriminal karena menganiaya seseorang. Aku tidak pernah menyangka bahwa Iaros bisa merasuki tubuh seseorang dan mengendalikan tubuh itu sesuka hatinya.

Iaros bilang itu pertama kalinya dia bisa merasuki tubuh orang, tapi tentu saja aku tidak percaya.

Oh iya, mereka yang Iaros maksud adalah perundungku di sekolah. Aku sendiri tidak tahu kenapa mereka melakukan itu padaku. Apakah aku adalah hiburan bagi mereka? Aku bukannya diam saja diperlakukan seperti itu. Aku pernah mencoba melawan, namun aku berakhir babak belur karena jumlah mereka yang beberapa kali lipat lebih banyak dariku. Melapor ke guru atau kepala sekolah pun tidak ditanggapi. Aku tahu itu terjadi karena status orangtua para perundungku sangat tinggi, jadi mudah bagi mereka untuk lepas dari tuduhan. Sejak saat itu, aku tidak memberitahu siapapun tentang apa yang mereka lakukan. Lagipula untuk apa? Itu hal yang sia-sia. Jadi sebisa mungkin aku menghindari interaksi dengan mereka. Aku tahu bahwa aku pecundang yang hanya bisa bersembunyi tanpa bisa melawan. Tapi memangnya aku bisa apa? Aku hanyalah seseorang yang dibesarkan di panti asuhan. Aku tidak punya status ataupun kekuasaan. Entah orangtuaku mati atau mereka sengaja membuangku hingga aku berakhir di tempat ini.

Iaros bilang dia benci orang sepertiku. Menyedihkan, lemah dan tidak berdaya. Jangankan dia, aku saja benci pada diriku sendiri.

"Aku tidak akan memaafkanmu jika kau merasuki tubuhku tanpa ijin lagi."

Entah apa yang lucu dari kalimatku hingga Iaros tertawa mendengarnya.

"Asal kau tahu saja, aku tidak butuh maaf dari siapapun. Apalagi darimu," balasnya santai.

Cih, angkuh sekali.

Aku jadi curiga, jangan-jangan dia gentayangan karena tidak diterima oleh Dewa akibat perbuatan dan kata-kata buruk yang keluar dari mulutnya itu.

.
.
.

Minggu, 4 Februari 2024
Words : 703

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top