Chapter 4 : The Promise

JANGAN LUPA VOTE SEBELUM BACA!

MAAF KARENA LAMA UP! AUTHOR INI MOODYAN GUYS~

.

.

.

.

.

ENJOY~

#Sore Harinya

"BANGUN CEPAT! DASAR TUKANG TIDUR!" Teriak Raihan yang tak lain adalah Ayah Taufan sambil menendang Taufan sampai terbentur ke dinding

"MKKHH!!! Hh... "Taufan membuka matanya perlahan, darah mengalir dari mulutnya karena benturan yang sangat keras

Tubuhnya masih lemah karena ia dikurung hampir seharian di dalam ruangan yang gelap ini, jangan lupa ia itu kan Phobia gelap.

"Y-ya.. Pa--M mm... Tuan besar..." Taufan berdiri perlahan, menahan rasa sakit yang sangat kuat di bagian perutnya karena tendangan sang ayah.

Taufan tak bisa melawan, jika ia melawan maka habislah riwayatnya, papanya itu terkenal sangat sadis pada siapapun, terkecuali keluarganya.

Ya begitulah kata orang-orang, siapa sih orang tua yang mau menyakiti anaknya sendiri? Itu jarang terjadi

Seperti yang Taufan alami sekarang, ia merasa sangat kosong, dengan ayahnya yang membencinya dan saudaranya yang harus menjauhinya karena perintah ayahnya yang sangat kejam.

'Walaupun papa begini.. Taufan yakin... Suatu saat nanti papa akan memeluk Taufan dengan kasih sayang kan.. Papa... ' Batin Taufan

"Sekarang cepat keluar!! Dan bereskan semua wilayah rumah ini!" Sarkas Raihan lalu pergi

"hiks... H hiks... Papa berubah.. Mama juga.. Berubah hiks... Semuanya.. Hiks.. Berubah.. H hiks.. Uhuhu.. Hiks.. " Taufan menangis terisak sambil mengambil sapu dan mulai membersihkan rumah

'Ingin sekali aku pergi... Siapapun... Bunuh aku.. Aku sudah tak tahan...' Batin Taufan

Semua ini membuat Taufan stress bahkan trauma, melihat ayahnya yang menatap tajam padanya saja itu sudah membuat Taufan sangat ketakutan.

"Kepalaku pusing sekali.. " Gumam Taufan, ia masih lemas karena dikurung di kegelapan, itu sangat menakutkan, melebihi apapun

"Hehe, syukurlah, kalian memang anak mama yang bisa di andalkan." Ucap Alexa yang tak lain adalah ibu dari ketujuh saudara itu sambil tersenyum tipis

"Uhm... Ehehe iya ma! Apapun demi mama sama papa!" Teriak Blaze dengan sangat semangatnya

Taufan terdiam, ia hanya bisa melihat keenam saudaranya itu dimanjakan oleh kedua orang tuanya.

'Aku juga ingin.... ' Batin Taufan, matanya mulai memanas menandakan ia bisa saja menangis kapan saja

'Fan juga ingin... Di anggap... Anak sama mama papa.... Kenapa..' Batin Taufan

Dan akhirnya..

Clak.. Clak..

Air mata mengalir deras, Taufan tak bisa menahan semua ini lagi, jika ia tak dianggap anak oleh kedua orang tuanya untuk apa ia disini, ingin sekali ia pergi.. Bahkan jika ia ditakdirkan untuk pergi selamanya.. Ia akan senang.

'Kapan aku mati.. Cepatlah.. '

"Taufan?," Tak sadar ternyata Hali ada di hadapan Taufan, dan terkejut melihat Taufan yang menangis dalam diam

"?!!! A... Ah.. Ha.. " Taufan menunduk, tak berani untuk menatap sang kakak, walaupun sebenarnya ia sangat ingin diperhatikan oleh kakak sulungnya itu, tapi ia tahu itu pasti mustahil

Taufan menatap ayahnya yang menatap Taufan dengan tatapan tajam, dan akhirnya Taufan berjalan melewati Hali tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"A.. A-ku.. Ung.... " Taufan tak berani mengatakan apapun lagi, ia takut akan dikurung lagi di gudang yang sangat gelap itu


Taufan menatap Hali sekilas, dan terlihat tatapannya yang sendu membuat hati Hali tersayat, entah kenapa tatapan adiknya itu seolah olah mengatakan "Siapapun.. Tolong aku..."

Hali menatap tangan Taufan yang bergetar hebat, sepertinya adiknya ini sangat ketakutan, ia bisa merasakan itu, ingin sekali ia memeluk adiknya yang ketakutan ini, tapi.. Hali tak bisa.. Ia takut ayahnya akan menghukum Taufan lagi karena ulahnya.

"H.. Ha.. Ah.. B bukan.. Apa apa.. I ini.. Aku.. A aku...hanya... Kelilipan (?) s-saja.. A ahaha.." Taufan berlari pergi menuju kamarnya, ia tak tahan lagi dengan semua ini

'Taufan... Maaf... ' Batin Hali

BRAK!!

Taufan membanting pintu kamarnya lalu menguncinya, ia ingin sendirian untuk saat ini, ia terlalu stress dengan apa yang ia alami saat ini.

"Mama... Papa.. Kak... Semuanya... Kalian... Hiks.. Hiks.. Kalian... Hiks... Aku ingin kita.. Seperti dulu.. Hiks.. Uhuhu.. H hiks.. " Taufan pun duduk sembari memeluk lututnya dan menenggelamkan kepalanya dan mulai menangis

"Mana janji kalian.. Hiks.. Janji.. Uhuhu... H hiks.. Hiks..."

#Flashback On

"Mama! Papa! Taufan sayaang kaliaan! Ehehe~Mama dan Papa adalah pahlawan Taufan!!" Ucap Taufan sambil mengangkat kedua tangannya senang

"Heh.. Hihi iya sayang~Kami juga sayang kamu~" Ucap Alexa dengan sangat lembut layaknya suara malaikat sambil mengelus kepala Taufan lembut

"Mmhh~Thehee~"

"Jadilah anak yang bisa membahagiakan orang tua ya Tauf.. "Ucap Raihan dengan senyuman khasnya

"Um!! Pasti!!" Taufan pun memeluk kedua orang tuanya itu dengan sangat erat

Akan tetapi....

"Iya tuan, nyonya otak anak anda mengalami kerusakan fatal, yang membuat anak anda tak akan bisa mengingat apapun dengan baik." jelas seorang dokter

"Apa... Ck.. "

Dan disaat itulah, semuanya berubah sangat drastis.

"Kau bukan anakku!! Jangan panggil aku mama! Aku tak punya anak yang bermasalah sepertimu!"

"Minggir kau, kau bukan anakku, pergi sana"

#Flashback Off

"Apa karena aku... Hiks.. Tak bisa pintar seperti orang lain.. Hiks aku harus diperlakukan seperti ini? H hiks.. Uhuhu.. Hiks.... " Gumam Taufan

"Tak ada yang menginginkanku disini.. Tak ada yang menganggapku ada disini...semuanya... " Taufan mengambil sebuah foto, dan di foto tersebut terlihat semua keluarganya yang sedang piknik, tentu saja dengan dia

Itulah memori indah yang terakhir yang Taufan alami, ingin sekali ia kembali ke masa itu, masa dimana semua ini belum seburuk saat ini.

"Hiks... Thorn.. Blaze... Kakak kangen main sama kalian lho.. H hiks... Kalian kangen gak... " Isak Taufan sambil mengusap fotonya

"Aku rindu jahil pada kalian... Aku rindu kita bercanda bersama.. Aku rindu... Hiks.. Hiks.." Taufan pun memeluk fotonya erat

Berharap, ini semua hanya mimpi. "Siapapun.. Katakan ini hanya mimpi kan.." Lirih Taufan

"Siapapun..."

"Aku butuh pelukan... Hangat sekali... "

"Usapan tangan seorang ibu... Aku ingin merasakannya, itu pasti enak kan?"

"Aku.. Iri... "

"Bukan ini keluarga yang kumau... Hiks.. Aku ingin kita bersatu..."

"Hey kak... Taufan rindu tidur sama Kakak.. Sama Gem.. Dipeluk sama kalian... Taufan.. Kangen.. "

"Ice... Solar.. Eheh.. Aku rindu kalian.. Rindu usapan.. H hiks.. Usapan.. Kalian... "  Tangisan Taufan semakin menjadi

Memori demi memori terputar di otaknya, memori dimana saat ia bermain dengan keenam saudaranya.

Disaat ia masih sangat bahagia, melebihi apapun.

"Aku.. Akan membahagiakan kalian.. Sampai nanti.. Kalau kematianku... Menjemputku... Setidaknya aku ingin... Hiks.. Hiks.. Membuat Ayah sama Ibu tersenyum.. Karena.. Ku.. H hiks.. Aku ingin mereka menganggapku ada... Hiks.. Uhuhu.. H hiks.. " Taufan meremas kepalanya kuat, entah kenapa kepalanya terasa sangat pusing, mungkin ini efek karena ka terlalu memaksakan pikirannya sampai sejauh ini.

"Aku juga.. Akan membuat kalian... Bahagia..."

"Walaupun... Taruhannya adalah... Nyawaku..."


Taufan tak sadar, ada beberapa orang yang ada diluar kamarnya yang sedari tadi mendengarkan semua apa yang Taufan rasakan selama ini.

.

.

.

.

.

"Taufan/Kak Taufan.... "

================================

Syalan bantalku basah, awokwkwkwk maaf kalau misalnya cerita ini pendek ya ges.

Lanjut part selanjutnya sama Author putripjp32

Makasih dah baca ni cerita! See you next part you guys~ Jangan Lupa Vote dan komentar yah!!

Muaah sayang kalian yang vote sama Komentar :^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top