Chapter 1 : Where Is My Fault?

Kita percaya semua manusia pasti memiliki kelebihan, dan kekurangan dalam diri mereka masing masing, berbuat salah? Wajar saja namanya juga manusia mereka tidak sempurna, mereka dapat berbuat salah.

Tapi lihatlah keluarga bermarga Boboiboy itu sangat menakjubkan bukan, kepala keluarga mereka seorang direktur terkenal di perusahaan yang sudah mendunia, jangan lupakan ibu mereka seorang artis papan atas yang setiap hari tidak luput dari dunia wartawan.

Yah jangan lupakan 6 anak kembar mereka yang sangat sempurna dimata masyarakat, Sang Sulung Halilintar, kembar ke3 Gempa, dan sang bungsu Solar...jangan tanya apa kelebihan mereka, karena mereka sudah sangat sempurna menguasai berbagai mata pelajaran bahkan mereka berhasil meraih peringkat pertama lomba cerdas cermat internasional.

Kembar ke 4 Blaze menguasai berbagai bidang olahraga baik sepak bola, basket, maupun softball. Kembar ke 5 Ice mungkin dia agak pemalas, tapi jangan remehkan dia, dia sangat ahli dalam hal berdebat dengan teman, guru gurunya, bahkan dia pernah berdebat dengan kepala sekolah, dan dia yang menang. Tapi hanya saat penting saja. Dia tidak suka berdebat jika hal itu tidak penting.

Jangan lupakan kembar ke 6 yang sangat imut ini Thorn, dia sangat hebat dalam bidang perkebunan, berbagai tanaman tumbuh dengan subur, dan mekar olehnya.

Ah iya bukan kembar 6 tapi 7, kita hampir melupakan satu orang lagi, kembar ke 2 setelah Halilintar namanya Taufan. Kelebihannya...entahlah mungkin tidak ada, bahkan dia lebih memiliki banyak kekurangan, apa benar dia tidak mempunyai kelebihan?

Dia aib...menurut mereka dia hanyalah aib bagi keluarga bermarga Boboiboy, satu satunya orang yang berpotensi besar merusak nama keluarganya.

PRANGG!!

"Apa yang kau lakukan!" gertak sang kepala keluarga.

"M-maaf...a-aku hanya bermaksud membawa piring ini ke dapur, a-aku tidak bermaksud merusaknya," cicit Taufan.

"Bukankah aku sudah mengatakan untuk tidak menyentuh apapun, sekarang lihat apapun yang kau lakukan hanya merusaknya, cepat bersihkan!" gertak sang Ibu.

"I-iya maaf mama-!!"

"JANGAN MEMANGGILKU DENGAN SEBUTAN ITU!!" marah sang Ibu. Taufan terdiam sembari menunduk.

"M-maaf akan aku bersihkan...nyonya besar." suara lirih akhirnya terdengar.

Bahkan dia telah kehilangan haknya untuk memanggil orang tuanya dengan sebutan papa dan mama.

Pasangan suami istri itu pergi, para pembantu hanya mampu berdoa demi kebahagian putra ke 2 tuan mereka yang tidak dianggap itu.

Sementara para saudara kembar Taufan hanya mampu terdiam, dan pura pura tidak peduli....ups maksudnya tidak peduli sama sekali.

Taufan perlahan mengambil serpihan kaca itu, 2 piring pecah menjadi beberapa bagian.

"Aww!!" serpihan kaca itu entah sengaja atau tidak melukai tangan Taufan.

Taufan hanya mampu melihat darah yang mulai mengalir dari tangan menuju pergelangan, hingga ke lantai.

Tidak akan ada ibu yang mengobati, atau saudaranya yang menghibur, semua hanya sebuah ekspektasi belakang.

Taufan melanjutkan membersihkan pecahan piring itu, tidak ada gunanya membersihkan luka yang akan tumbuh kembali.

===

Kamar bernuansa blue sky itu menjadi zona nyaman milik Taufan, pintu ditutup, dan dikunci dengan rapat.

Tubuh itu ambruk ke ranjang ukuran single size itu, Taufan menghela nafas lelah...

Kenapa?

Orang orang membencinya, kenapa yang dia lakukan selalu salah.

Apa ini yang disebut adil, tuhan menciptakannya berbeda, dia cacat, tidak berguna, payah, bodoh. Kalau begitu kenapa dia tidak mati saja.

Taufan tidak pernah meminta apa apa, dia hanya ingin kasih sayang seperti saudara saudaranya, hanya itu.

"Meoww." suara kucing tiba tiba menyapa indra pendengaran Taufan.

Taufan bangkit, dan mencari asal suara itu, suara itu terdengar dari arah jendela, Taufan membuka jendela itu dan nampak kucing ras munchkin berwarna dominan abu putih mengeong, di bawah jendela.

Untungnya di bawah jendela ada jalan kecil bagi kucing itu, entah memang sengaja atau bagaimana.

"Kau datang untuk menemuiku? Mari sini aku bantu." Taufan tersenyum sembari berusaha mengambil kucing itu karena ukuran kaki yang pendek, kucing munchkin tidak bisa melompat tinggi.

"Meow." kucing itu kembali bersuara ketika diturunkan ke lantai.

Taufan hanya tersenyum menutup jendela, dan duduk di sisi ranjang memperhatikan kucing itu bermain main dengan mainannya, yang tidak sengaja Taufan buat.

"Jadi kau datang kemari hanya untuk bermain dengan alat tidak berguna itu," keluh Taufan, matanya memandang alat yang awalnya untuk ujian prakarya malah gagal, dan menjadi sampah.

Kucing itu mendekat, naik ke ranjang dan mengelilingi Taufan.

"Meoww." tangan mungil itu menyentuh punggung tangan yang berdarah kering itu.

"Ahh ini hanya luka kecil, nanti aku bersihkan." entah sadar atau tidak Taufan seakan bisa mengetahui apa yang kucing ini ucapkan.

Kucing itu sekarang berada di pangkuan Taufan, badannya terus disandarkan pada Taufan.

"Kau mau dimanja ya, dasar." Taufan mulai mengelus bulu kucing itu dengan lembut.

Kucing munchkin ini merupakan kucing milik keluarganya, sengaja ayahnya belikan untuk menemani saudara saudaranya, namun entah kenapa kucing ini malah dekat dengannya.

"Aku iri denganmu...saudara saudaraku menyayangimu, mama dan papa bahkan memperhatikanmu, sedangkan aku..."

"Aku kalah darimu dalam mendapatkan perhatian...kenapa? Kenapa aku begitu susah mendapatkan kasih sayang itu! Kenapa...isk...apa aku seburuk itu..isk..sampai kalah seperti ini..isk!!"

Sudah lama bahkan berkali kali Taufan berusaha menahan semua kesedihan yang dipendam.

Terkadang rasa sedih, sakit hati, kecewa, bingung menumpuk menjadi satu kadang Taufan sering berpikir satu satunya cara untuk terbebas dari semua itu adalah....bunuh diri.

Namun satu hal menjadi pertahananya selama ini adalah setidaknya orang tuanya masih mau mengurusnya, setidaknya saudara saudaranya tidak membencinya walau tidak menganggapnya ada....kan?

"Meow." Kucing itu mengeluskan badannya ke baju Taufan.

Taufan menghapus air matanya, dan memeluk kucing itu dengan pelan.

"Setidaknya ada kau yang mau denganku kan, terima kasih mau menghiburku," lirih Taufan.

Segera Taufan menurunkan kucing itu, dan berdiri.

"Baiklah aku akan membersihkan luka ini, dan mengerjakan tugas sekolah, setidaknya besok aku tidak ingin ada masalah lagi," semangat Taufan sembari tersenyum lebar berusaha menyemangati dirinya.

Taufan sempat melirik ke arah sebuah figura foto, foto itu diambil saat dia berusia 8 tahun, difoto itu terlihat ayah, ibu, dirinya, dan saudara saudaranya berfoto disalah satu taman yang berlatar belakang danau kecil yang indah.

"Aku percaya suatu hari nanti kalian akan menerimaku, kalian akan memberikan kasih sayang padaku, kalian akan menerimaku."

"Jika tidak aku hanya berharap suatu hari nanti aku menemukan alasan mengapa aku dibenci oleh kalian, dan berusaha mendapatkan kasih sayang itu...pasti," semangat Taufan.

Terobsesi untuk mendapatkan kasih sayang, tolong jangan menyalahkannya dia hanya seorang anak yang ingin dipeluk, dan disayang orang tuanya.

Haus akan kasih sayang, jangan salahkan dia, setiap hari, setiap detik, dibalik pintu dia hanya bisa melihat ibu dan ayahnya memeluk, mencintai saudara saudaranya seperti umumnya, yang menurut Taufan sangat istimewa.

Walau obsesi terkadang dapat membunuhmu, Taufan bisa menerima itu,dia lebih baik mati dengan kasih sayang, daripada hidup dengan kehampaan. Hanya 2 hal dalam hidup yang dia keluhkan.

'Kenapa mereka membenciku? Apa salahku?'

Mungkin untuk saat ini hanya tuhan yang mengetahui hal ini.

_____________________________________

Selamat membaca para readersku tercinta!!

Ini chapter 1 dibuat oleh Authot satunya~yaitu putripjp32

JANGAN JADI SILENT READERS LHO! KU TUMBUK KALEAN KALAU GAK VOTE!! Pakai komentar lebih bagus :3

Bay bay~Chap 2 akan dibuat oleh Author Fan yg kece ini Bv

Tunggu yah!! See ya~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top