9
Pagi itu Lyo ikut melihat dari jauh saat Daud memilih memandikan gajah. Berkali-kali sang adik mengajaknya. Sayang gadis itu menolak.
"Kamu nggak ikut Ly?"
"Nggak ah, mi. Geli."
Tak lama Nico yang sejakntadi tengah berbicara dengan temannya menghampiri mereka.
"Airnya jernih banget ya om."
"Ya, kan memang dari sumbernya. Tidak ada penebangan hutan dan penggalian pasir."
"Memangnya pengaruh banget ya om?"
"Pasti, semoga semakin banyak yang sadar. Dan akhirnya sungai kita, kualitasnya bisa seperti yang di Eropa."
"Itu gajah tiap hari mandi, om?"
"Ya, dua kali sehari."
"Bersih amat!"
"Ya, supaya kalau ada kutu atau hewan kecil lain menempel dibadan mereka. Bisa hilang. Makanya kalau kamu deketin, tuh mereka disikat. Gajah kan cukup sensitive dengan hewan kecil."
"Mereka kotor banget ya,"
"Iya, sih. Kan kadang mereka main lumpur di dalam hutan. Setelah ini Daud mau ikut touring lagi ke hutan. Lyo mau ikut?"
"Jalan kaki?"
"Bisa juga naik gajah."
"Nggak mau ah, om. Daud aja."
"Kamu ikut Nic?" Tanya Vera.
"Ada pemandu mereka. Aku sudah seharian menemaninya kemarin. Biar dia lebih bebas mengeksplor sendiri."
"Itu nggak bakalan nyasar om?" Tanya Lyo.
"Nggak, kan ada pemandu. Lagian nggak akan jauh kok. Cuma disekitar sini aja."
"Dihutan ada apa om?"
"Banyak burung, dan monyet ekor panjang. Kamu juga bisa lihat langsung bagaimana kehidupan Gajah ditengah habitatnya. Tertarik?"
Lyona kembali menggeleng sambil tersenyum.
"Atau mau mengarungi sungai pakai ban?"
"Boleh mi?"
"Boleh,"
"Mami ikut?"
"Ayo Ver, masak kamu kemari cuma buat tidur." Goda Nico.
"Kamu?"
"Aku ikut, ayo. Main air pagi-pagi."
Akhirnya perempuan itu mengangguk.
***
Sore menjelang pulang. Daud menyempatkan diri mandi disungai dan berfoto bersama teman-teman barunya. Para Mahout gajah dan juga teman Nico yang berasal dari manca Negara.
Tak lupa ia juga meminta berfoto berempat dengan Nico, Vera dan Lyo. Ada banyak adegan yang terekam. Terutama kebersamaan mereka.
Dalam perjalanan pulang, Nicolah yang menyetir. Karena pria itu yang masih terlihat bugar. Sementara ketiga lainnya sudah terlalu letih. Daud sudah tidur di belakang, Lyo ditengah. Hanya ia dan Vera yang terjaga.
"Terima kasih, sudah mengajak Daud. Sudah lama ia tidak selepas ini."
"Dia anak yang baik, ibaratnya masih lurus. Dia melampiaskan kekecewaan dan kemarahannya dengan cara yang positif. Tugas kamu untuk menjaga langkahnya."
Vera menarik nafas dalam.
"Kadang aku sulit berkomunikasi dengannya."
"Posisikan diri kamu sebagai temannya. Jangan Judge dia. Tapi aku rasa kamu sudah melakukan tugasmu dengan baik."
"Aku, nggak tahu." Jawab Vera sambil menatap sisi jalan yang mulai menggelap.
"Menjadi orangtua memang berat Ver, apalagi seperti kamu. Tapi yakinlah, dalam pengawasan kamu. Daud akan baik-baik saja."
Vera hanya mengangguk.
"Setelah ini kamu kemana?"
"Taman Nasional Kerinci. Tugasku sekarang. Ada tugasku disana."
"Ngurusin harimau?"
"Ya,"
Vera tertawa kecil.
"Berapa lama Nic?"
"Tergantung kamu, kapan nyuruh aku pulang." Balas Nico sambil tertawa.
Vera kembali tertawa, namun sedikit menahan suaranya.
"Aku berasa lagi main film romantis jaman dulu."
Pria itu hanya menatapnya sekilas dan tersenyum lebar."
***
Daud tengah memilih beberapa foto terbaik melalui macbooknya. Memotong beberapa yang kurang sempurna. Berikut Video selama liburannya.
Anak laki-laki berusia dua belas tahun itu tersenyum. Nico banyak mengajarinya tentang editing foto, bahkan Video. Sehingga perjalanannya kali ini terekam sempurna.
Sampai kemudian jari-jarinya terhenti saat melihat beberapa foto maminya dan Nico yang tertawa lepas dengan cangkir di tangan masing-masing. Mata Daud berkaca-kaca. Ia benar-benar berharap, kalau pria yang ada dihadapan maminya itu adalah papinya, seperti dulu. Tak tahan melihat itu. Daud segera berpindah pada foto lain.
Akhirnya ia, memilih Foto mereka berempat sebelum pulang saat mandi disungai. Lyo yang tertawa lebar sampai matanya hanya terlihat segaris. Demikian juga maminya dan om Nico. Sementara ia sendiri terlihat menyiramkan air pada Lyo yang berdiri tepat disebelah pria itu.
Foto itu tampak hidup dan sangat natural. Diambil oleh salah seorang teman Om Nico, yang merupakan fotografer profesional. Ada satu foto lagi yang ditatapnya. Foto mereka berempat didepan mobil. Bahunya dirangkul oleh Nico. Sementara maminya memeluk pinggang Lyo. Mereka bagai sebuah keluarga. Sesuatu yang tak pernah didapatkannya lagi.
Daud menyimpan seluruh fotonya dengan penuh kesedihan. Kemudian mengupload kisah perjalanannya ke Chanel youtube pribadinya. Namun foto saat mereka bermain air, dijadikannya foto sampul akun WAnya.
***
Karel dan Diana baru saja memasuki hotel. Ini adalah perjalanan terakhir mereka. Udara diluar sangat dingin. Pria itu segera menghidupkan penghangat ruangan. Sementara Diana buru-buru melepas coatnya.
Senyum sumringah terlihat dibibir perempuan itu. Ia sudah berbelanja banyak. Bahkan pakaian bayi di beberapa butik ekslusif. Yang kelak akan ia pamerkan melalui akun instagramnya.
Sementara sang suami memilih langsung tiduran sambil membuka ponselnya. Ia ingin menghubungi Daud dan Lyo. Sudah berapa hari ini mereka sulit dihubungi. Saat akan menghubungi Daud, Karel seakan tak percaya.
Ada foto seorang pria diantara mereka bertiga. Wajah pria itu tidak terlalu jelas. Karena tertutup sebagian oleh air yang disiramkan Daud. Lagi pula tubuh pria itu terlihat sedikit menyamping.
"Kenapa pa?" tanya Diana.
"Mereka berlibur dengan seseorang."
"Siapa?"
"Anak-anak."
"Coba mama lihat?"
Karel menyerahkan ponselnya. Diana menatap foto tersebut dengan teliti. Pandangannya terpaku pada bahu dan lengan pria itu.
"Kayaknya ini pria yang sama, waktu ikut kefoto di ulang tahun Daud."
"Maksud kamu?" Tanya Karel tak percaya.
"Iya, aku lihat di Instagram Lyo. Dia upload."
"Kamu berteman dengan Lyo?"
"Temanku. Papa mau lihat fotonya?"
"Nggak." Jawab Karel tegas.
Pria itu meraih ponsel yang ada dalam digenggaman istrinya. Meletakkan dinakas. Kemudian menarik selimut serta memunggungi Diana.
Perempuan itu hanya bisa diam. Ia tahu, kalau suaminya terluka.
***
Karel meneguk kopinya disudut kota Paris. Foto itu sanggup memporakporandakan liburannya kali ini. Anak-anaknya sudah menemukan sosok lain.
Kalau diperhatikan, pria itu masih cukup muda. Namun Karel menebak, usianya sekitar 35 tahun. Ia tidak tahu apa yang terjadi disana. Namun sebelah hatinya tidak bisa menerima.
Dulu ia tidak pernah berpikir kalau Vera akan menemukan pria lain selain dirinya. Ia tahu, kalau perempuan itu sangat mencintainya. Bahkan tak akan pernah berpaling. Saat tahu kalau ia berseligkuh, Vera tidak membalas perbuatannya. Ia bisa melenggang sendiri sebagai pemenang.
Dimana mereka bertemu? Sudah berapa lama? Apa kata Diana? Pria itu bahkan ikut merayakan ulang tahun Daud? Saat ia sebagai ayah sedang marah pada putranya? Dengan apa pria itu mendekati anak-anaknya?
Lyo dan Daud adalah anak yang welcome terhadap orang baru. Tapi bukan berarti mudah didekati. Sudah berapa lama hubungan mereka? Sampai-sampai seperti sebuah keluarga? Ia saja sangat sulit meminta mereka foto berempat saat bersama Diana.
Ia merasa kecurian. Selama ini merasa semua aman-aman saja.Tapi ternyata Vera sudah menemukan penggantinya. Karel tidak punya pilihan lain. Keputusan sudah diambilnya. Rasa kopi didepannya terasa lebih pahit.
Diraihnya kembali ponselnya. Sedang apa Daud dan Lyo? Resah dengan pikirannya. Akhirnya ia memutuskan menghubungi mereka. Seperti biasa Lyo tidak mengangkat. Tapi Daud langsung mengangkat.
"Ya, pi?"
"Kamu dimana?"
"Di rumah, kenapa pi?"
"Kamu sehat?"
"Sehat, pi."
"Kapan pulang dari Medan?"
"Tadi pagi."
"Sama siapa?"
"Sama mami dan kak Lyo."
Karel terdiam.
"Ngapain aja disana?"
"Ketempat opung sama ke Tangkahan. Kalau kak Lyo dan mami sempat menginap di Berastagi dan Parapat." Kalau papi mau lihat, ada di chanel youtubeku. Tapi cuma yang di Tangkahan doang."
"Nanti papi lihat. Kamu mau oleh-oleh apa?"
"Nggak usah pi, Kan papi kemarin udah bayarin liburan aku."
Karel menarik nafas. Terasa sangat berat. Selalu penolakan.
"Kalau butuh sesuatu. Hubungi papi."
"Iya."
"Kalau papi sampai nanti. Kita makan siang bareng ya?"
"Aku mau, tapi tolong nggak ada tante Diana. Kalau dia ikut aku nggak mau."
"Papi janji Cuma kita." Kali ini Karel mengalah.
"Ok, nanti aku kasih tahu kak Lyo."
"Kamu mau oleh-oleh apa?"
"Kan aku tadi udah bilang, nggak usah pi."
***
Diana menatap video yang telah dikirimkan Daud. Memang hanya video sekitar tempatnya berlibur. Tapi kemudian ia menghentikan video tersebut saat melihat seorang laki-laki yang setahunya sama dengan yang ada di Wallpaper putra Karel tersebut.
Tampan dan masih Muda! Itu penilaian pertamanya. Tatapan pria itu terlihat tajam. Bercanda dengan beberapa orang asing dengan akrab. Apalagi saat shirtless di dekat Daud. Tubuhnya bukan menandakan pria yang suka ke Gym. Namun pasti suka berolahraga..
Seketika Diana merasa kesal. Kenapa laki-laki seperti itu harus dekat dengan Vera? Sementara mantan saingannya itu sudah tua. Ia melanjutkan menonton Video. Terlihat laki-laki itu berenang menyeberangi sungai. Memperlihatkan kemampuannya dialam bebas.
Teman-teman Diana tengah ikut menonton di video masing-masing. Sampai kemudian seseorang menyeletuk.
"Tapi ada sesuatu yang bikin gue merinding lihat nih cowok."
"Apa?" Tanya Diana.
"Lo lihat area V_linenya nggak? Gue yakin, gede banget barangnya."
Buru-buru para perempuan tersebut melihat diponselnya masing-masing.
"Gila, lagi tidur aja asetnya gede gitu. Konon lagi bangun? Dimana sih, Vera bisa nemuin laki-laki kayak gini?"
"Mana gue tahu." Balas Diana sewot.
Pertemuan ini benar-benar mengecewakannya. Apalagi pagi tadi Karel pamit akan makan siang bersama Lyo dan Daud. Entah dimana mereka menghabiskan waktu. Karena ia dilarang ikut.
Rasa kesal dan marah itu terus menghinggapi pikiran Diana. Apalagi teman-temannya tampak tertarik pada pria milik Vera tersebut. Hilang sudah surga yang ia mimpikan saat pulang ke Indonesia.
***
Happy reading
Maaf untuk typo
12520
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top