1

Story baru... slow update....

Jangan hubungkan dengan Andhara. Karena ini kisah yang berbeda. Apalagi kisah hidup seseorang. 😀😀😀😀

Saya suka pada karakter perempuan yang tegar dan kuat.

Saya juga masih fokus pada PETARUNG TANGGUH. Ibaratnya ini hanya selingan. Tapi tetap serius sih mengerjakannya.

Terima kasih...

Yang pasti cast prianya, Nicholas Saputra. Dan yang perempuan belum nemu. 🙏🙏🙏🙏


***

Daud memasuki ruang makan yang sepi. Benar benar sepi. Hanya ada mbak Lastri di dapur.

"Mami dimana mbak?"

"Tadi siang katanya sedang ke pengadilan."

"Sidang keputusan ya."

"Iya, dek."

Anak laki-laki berusia sebelas tahun itu hanya terdiam sambil menatap seisi ruang makan.

"Mbak Lastri masak apa?"

"Ada cumi oseng, sayur bening bayam, bakwan jagung sama tumis brokoli dek."

"Ya udah, aku makan aja deh."

"Mami ada pesan sesuatu, mbak?"

"Nggak ada, Cuma katanya akan pulang malam."

"Kak Lyo?"

"Ada di kamar."

"Rumah sepi ya mbak."

"Iya dek."

"Kadang aku malas pulang. Tapi kasihan mami."

"Ya jangan buat mami tambah sedih."

"Kapan ya mbak bisa lihat mami ketawa lagi?"

Lastri hanya diam. Sejak tuan rumahnya diketahui punya simpanan dan menikah lagi. Rumah ini tak lagi sama. Meski Bu Vera tetap tinggal disini.

Akhirnya Daud menyelesaikan makannya.

"Aku ke kamar dulu mbak." Pamitnya.

"Iya,"

***

Vera meletakkan tasnya di sofa. Kemudian bergelung disana. Hari sudah sangat larut. Sengaja sebenarnya ia memundurkan jam pulang. Takut kalau anak-anaknya akan bertanya. Tapi sampai kapan ia harus menghindar? Toh, anak-anak sudah tahu.

Yang ditakutkannya akhirnya muncul di depan mata.

"Mami jadi ke sidang perceraian tadi?" Tanya putri sulungnya Lyo.

"Ya."

"Ketemu papi?"

Vera mengangguk.

"Tante Diana?"

Vera menggeleng.

"Apa papi sehat?" Tanya Lyona.

Kembali maminya mengangguk. Lyo selama ini sangat dekat dengan Karel. Tapi semenjak perselingkuhan suaminya, hubungan mereka menjadi berjarak.

"Ngapain sih nanyain tuh orang. Kurang kerjaan banget lo kak." Protes Daud.

"Daud, dia tetap papi kamu." Vera mengingatkan putranya.

"Sejak hari ini bukan!" Bantah Daud.

Putra bungsunya itu memang orang yang paling tidak bisa menerima perceraian mereka. Mungkin karena masih kanak-kanak. Sehingga tidak paham meski sudah dijelaskan.

Vera mendekati keduanya. Kemudian memeluk dengan erat. Tinggi mereka sudah hampir sama sekarang.

"Mami sedih?" Tanya Daud lagi

"Pasti."

"Aku juga, tapi mami harus move on." Bisik Lyo.

Vera berusaha tertawa. Namun sayang malah airmatanya yang mengalir deras.

"Mami minta maaf, tidak bisa memberikan keluarga yang utuh buat kalian."

"Nggak apa-apa. Ini lebih baik, daripada papi nggak pulang-pulang. Dan kita kesal terus menerus."

Vera kembali mengangguk dan membuang nafasnya pelan.

"Bagaimana disekolah kakak?"

"Biasa aja, kan nggak Cuma mami yang bercerai. Banyak kok teman yang membela mami dan menghujat Tante Diana."

"Jangan ikut-ikutan kak. Mami nggak pernah mengajarkan kamu begitu."

"Enggak kok mi. Cuma kadang sedih aja. Biasanya kita sering sama-sama kalau weekend. Tapi kalau dipikir, udah lama juga kan enggak. Semenjak papi pacaran lagi. Jadi ya sama aja."

"Hush... nggak boleh ngomong gitu. Semua sudah berlalu. Hadapi kenyataan yang sekarang aja. Jadilah perempuan yang kuat."

"Mami mau bicara serius dengan kalian berdua, apa kira-kira mami mengganggu istirahat kalian?"

Keduanya menggeleng.

"Tadi sidang keputusan cerai papi dan mami sudah selesai. Hak asuh kalian ada ditangan mami. Tapi papi juga akan tetap menyediakan waktunya. Paling tidak seminggu sekali kalian akan bertemu. Terutama diakhir pekan."

"Bisa nggak kalau dua bulan sekali aja." Potong Daud.

"Daud, lo kebiasaan deh. Mami belum selesai bicara!" balas Lyo.

"Nggak apa-apa kak. Itu teknisnya aja. Selanjutnya terserah kalian berdua. Mami tidak bisa ikut campur. Papi akan langsung menghubungi kalian.

Papi kalian juga tetap akan memberikan tunjangan buat kalian. Baik itu uang jajan dan biaya hidup. Jadi jangan takut untuk tidak sekolah.

Mami cuma minta, kalian jangan terpancing pada isu diluar sana. Bersikaplah bijak, sebagaimana selalu mami ajarkan. Jangan mudah emosi. Jadilah diri kalian sendiri. Jangan membuat malu, dengan tingkah kalian menanggapi omongan orang."

"Apa papi nggak akan kemari lagi?" tanya Lyo.

Vera menggeleng. "Papi kalian sudah punya kehidupan sendiri. Demikian juga mami."

"Semoga mami ketemu jodoh, orang yang baik hati dan nggak kayak papi." Cetus Daud.

"Daud!" kedua perempuan didepannya segera berteriak.

"Aku nggak apa-apa. Asal mami bahagia. Supaya papi tahu kalau banyak yang sayang sama mami!"

Vera memeluk si bungsu. Waktu kemudian menentukan, kalau ia adalah musuh nomor satu mantan suaminya itu.

***

Karel membuka jasnya, Diana segera menyambut benda tersebut.

"Mas capek?"

"Ya,"

"Bagaimana sidangnya?"

"Sudah selesai."

"Apa Bu Vera minta tambahan harta gono-gini?"

"Enggak, nggak ada yang dia minta. Bisakah kita tidak membicarakan dia lagi? Saya capek."

Diana memutar bola matanya. Meski hari ini adalah hari kemenangannya. Ia tetap tak suka mendengar nama Vera disebut.

***

Vera memasuki tokonya. Seluruh mata karyawan menatap penuh kasihan. Siapa yang tidak tahu kisah hidupnya? Suaminya berselingkuh kemudian menikah lagi dengan perempuan yang masih sangat muda.

Hampir setiap saat ada wajah Karel di media. Juga Diana sang istri yang tiba-tiba menjadi wanita berkelas. Meski banyak yang menuding. Rasanya mereka tak punya malu. Namun pasangan itu mengabaikan.

"Kita ke ruang rapat dulu ya." Perintah Vera pada seluruh timnya.

Beruntung ia masih memiliki butik ini. Dulu sejak kelahiran Daud, Vera memilih untuk tidak bekerja. Karena ia tidak percaya pada pengasuh bayi. Seiring berjalannya waktu, ia mulai bosan.

Awalnya saat ada seorang teman yang sangat menginginkan sebuah tas, dengan budget terbatas. Vera tahu kalau barang yang diincar temannya itu cukup mahal. Kebetulan, salah seorang kerabatnya sedang butuh uang, menawarkan tas yang sama. Jadilah  Tas tersebut laku. Dan Vera mendapatkan fee.

Dari sanalah awal bisnis ini. Sekarang ia menjadi salah seorang penjual barang-barang branded yang sangat terkenal. Baik baru maupun preloved. Bisnis ini cukup menguntungkan. Berbekal jaringan luas, ia bisa mempertemukan pembeli dan penjual. Menjaga rahasia agar tidak ada yang tahu, siapa pemilik awal dan siapa pembeli.

Ruko ini adalah bukti dari kesuksesannya. Tidak semua barang-barang tersebut dititip disini. Banyak juga yang masih disimpan pemiliknya, dan akan diserahkan saat transaksi sudah berlangsung. Untuk hal seperti ini, biasanya Vera hanya mengambil foto. Ia bisa mengerti, karena harga benda-benda mewah itu sangat mahal. Bisa mencapai angka ratusan juta atau bahkan milyaran rupiah. Apalagi dengan iming-iming limited edition.

Seluruh staf telah berkumpul. Vera memimpin rapat. Menghimpun semua keluhan pelanggan yang masuk melalui WA grup. Juga bertanya tentang barang-barang yang sudah layak untuk di sale. Atau malah, pemilik pertama yang sudah menurunkan harga.

Sejenak ia melupakan seluruh masalah yang menerpa. Atau gosip miring tentang dirinya yang menjanda. Orang tidak akan benar-benar tahu apa yang tengah terjadi. Hanya ia dan anak-anak.

***

Masih duduk di meja kerjanya, saat Dian, salah satu pegawai seniornya mengetuk pintu.

"Ada apa yan?"

"Ini bu, ada yang ngamuk-ngamuk di grup. Katanya tas nggak sesuai dengan yang difoto. Dia juga ragu dengan keaslian tasnya bu."

"Siapa?"

"Pembeli baru, namanya bu Natasya."

"Kasih nomornya ke saya. Akan saya hubungi."

Dian mengangguk. Ini bukan kali pertama ia menerima komplain. Meski selama ini  cukup teliti dalam menjual. Memeriksa dengan seksama apakah ada defect atau tidak.

Jemarinya jelas mengetahui keaslian kulit pada tas dan sepatunya. Namun banyak pembeli baru, yang selama ini mungkin belum pernah bersentuhan langsung dengan barang-barang asli. Dengan mudah menyampaikan komplain. Seolah-olah mengerti keaslian benda tersebut.

Selesai menghubungi Costumer bernama Natasya, Vera tersenyum sendiri. Sesuatu yang tak pernah diceritakannya pada orang lain.

Banyak selebriti baru yang mengandalkan pembelian benda-benda preloved sebagai penunjang penampilan mereka. Selain harga lebih ramah dikantong. Juga kadang karena pemilik asal adalah orang yang pembosan. Maka dengan mudah mereka mendapatkan model baru.

Namun ada beberapa, yang belum tahu banyak. Tetapi sudah bersikap sombong. Seakan tahu persis perbedaan karakter sebuah benda. Bukan menunggu penjelasan Vera. Malah sibuk menjelaskan sesuatu yang dangkal.

Untuk hal ini, Vera hanya akan diam. Namun diujung pembicaraan ia menawarkan agar barang tersebut dikembalikan saja. Kalau benar-benar mengecewakan. Dan seperti biasa, orang tersebut menolak. Dengan alasan tidak apa-apa.

Ia hanya mengingatkan, agar tidak melakukan hal itu lagi. Karena memang tidak segan-segan mengeluarkan dari grup. Saat ini Vera sudah punya nama baik. Karena itu ia tahu bagaimana cara menjaganya.

Pukul tujuh malam, mereka menutup ruko. Ia siap kembali ke kehidupan nyata. Menjadi ibu bagi Lyo dan Daud.


***




Happy reading

Selamat berpuasa

Maaf untuk typo

010520




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top