PROLOG
Tidak ada yang mengerti dengan hubungan yang keduanya lakukan. Apa nama hubungan itu? Apa yang dijalani keduanya? Apa yang menjadi tujuan mereka? Ke mana semua perjalanan itu berakhir? Semuanya, tak memiliki jawaban pasti. Sudah jelas tidak ada masa depan diantara semua pertanyaan itu. Masa depan mereka hanyalah berpisah.
"Apa masih mau diterusin, Ju?" tanya Ameya.
Juita menatap layar komputer mahalnya dengan hampa. Tugasnya mencari celah dari naskah yang dikirimkan padanya jadi tertunda karena pertanyaan Ameya.
"Terusin apanya?" balas Juita tidak ingin menanggapi serius pertanyaan Ameya.
"Hubungan nggak jelas kalian berdua. Antara lo dan Gerka." Ameya mulai kesal. "Lo tahu, nggak? Gerka udah dijodohin sama orangtuanya! Mendingan lo mundur, daripada nantinya ada drama."
Dijodohin? Kenapa Gerka nggak bilang?
*
Gerka menatap keberadaan Juita di depan pintu apartemennya dengan bingung. Mereka tidak menyatakan untuk bertemu setelah pertengkaran mereka yang pertama kali terjadi. Niat pria itu, ia akan menghubungi Juita nanti, ketika mereka sudah tenang. Gerka tak ingin saling menyakiti dengan ucapan yang keluar dari bibirnya nanti.
"Masuk," ucap Gerka menyilakan Juita masuk ke apartemen yang sudah biasa dijadikan tempat berbagi peluh bagi keduanya.
"Mau minum apa? Aku nggak punya-"
"Kenapa nggak bilang kalo kamu udah tunangan?!" Juita menyela Gerka dengan pertanyaan.
Gerka tidak ingin terpancing dengan pertanyaan itu. Sebab memang Gerka tak ingin ada kata berhenti-berpisah-diantara mereka.
"Aku ambil bir," balas Gerka mengabaikan pertanyaan Juita.
Perempuan itu mengikuti Gerka, menarik bahu si pria dan menuntut jawaban.
"Mari kita selesaikan semuanya di sini. Sekarang! Aku nggak mau jadi pihak ketiga dalam hubungan kamu dan siapa pun itu."
Gerka menatap Juita lama. Agaknya membuat Juita menjadi salah tingkah, ketimbang menunjukkan amarah di dada.
"Erka, kalo kamu tetap diam ... aku akan-"
Pria itu menutup kesempatan bagi Juita untuk bicara. Menghentikan segala gerakan bibir Juita dengan ciumannya yang agak keras dan buru-buru tak seperti biasa.
Mereka lebih suka melakukan segala kegiatan intim yang dasar. Basic is the best. Tidak banyak bermain-main dengan posisi yang terkesan aneh. Mereka suka percintaan yang melemahkan dengan ritme santai nan mendebarkan.
Juita mendorong keras bahu Gerka. Menahan sekaligus menghentikan ciuman rakus pria itu.
"Aku nggak suka ini, Ka. Berhenti sekarang!"
Gerka tidak mendengarkannya. Ia memilih menghabisi keberanian Juita untuk berpisah darinya dengan menarik gairah perempuannya menggunakan falsafah cinta. Cinta yang menggebu dari lubuk hati mereka terdalam.
Desah nafas tak tertahankan muncul dari bibir Juita. Dia kesulitan mengendalikan diri ketika dunianya berpusat pada Gerka yang selalu memanjakannya dengan segala kemampuan. Bibir pria itu turun dari bibir Juita. Leher dan tengkuk Juita menjadi sasarannya.
Ahhh.
"I love it. I love you, when you're doing that."
Gerka semakin tak akan berhenti. Ini satu-satunya kesempatan agar tidak kehilangan Juita. Make her feel in the cloud nine, lalu memastikan Juita melupakan pil nya. Gerka akan menjadi licik untuk mempertahankan segalanya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top