MSB // 6

From : Alan

San, kamu dimana?

From : Alan

San, lagi ngapain?

From : Alan

Lagi kuliah ya?

From : Alan

Nanti temani Kakak makan ya.

Alan menatap kosong layar ponselnya. Jangankan membalas pesannya, di read saja tidak oleh Sandra.

Alan mendengus kesal kemudian meraih berkas di ataa mejanya dan mulai mempelajari beberapa offering letter dari beberapa perusahaan yang mengajukan kerjasama dengan Hadinata Company.

Pikiran Alan kembali pada kejadian tadi malam. Saat ia sedang bersama Kirani di club. Tidak bisa di pungkiri perasaan bahagianya saat bertemu dengan gadis kesayangannya itu.

Dulu mereka sangat dekat, dengan Sandra juga yang tidak pernah membiarkan dirinya berdua bersama Kirani.

Mereka sama-sama gadis chubby yang selalu bersamanya. Kirani sebaya dengannya, Kirani yang cantik selalu membuat matanya hanya menatap pada sosoknya.

Kirani selalu memberikannya sebatang coklat kesukaannya. Ya, Alan sangat menyukai coklat, ia tidak keberatan jika dulu teman-temannya mengejeknya karena hal itu.

Alan bahkan merasa kehilangan saat keluarga mereka harus pindah ke Jakarta. Alan bahkan menunggu Kirani pulang dari les pianonya hanya untuk berpamitan padanya.

Dan sekarang, ia semakin mengagumi Kirani yang tumbuh menjadi wanita dewasa yang sangat cantik. Ia tidak bisa melewatkan kesempatan saat Kirani mengajaknya ke club.

Mengingat Kirani yang membalas ciumannya dengan sangat panas dan liar membuatnya mengerang seorang diri.

"Sial" umpatnya menyingkirkan berkas-berkas itu dari tangannya dan meraih kejantanannya yang mengeras.

Alan melangkah menuju toilet untuk membersihkan pikirannya sekaligus menidurkan kembali kejantanannya bagaimanapun caranya.

"Alan,"

Adrian masuk ke dalam ruangan Alan dan memanggilnya ketika mendapati ruangan itu kosong. Adrian berhenti berteriak saat samar-samar mendengar suara air mengalir sari dalam toilet.

Adrian memutuskan untuk menunggu, dan meraih salah satu berkas yang ada di atas meja Alan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Semalam lo kemana?" tanya James saat menemukan Sandra di kantin.

"Sory gue pulang duluan, di antar Alit" ucap Sandra.

"Anak itu nggak bilang sama gue kalau dia yang antar lo pulang" ucap James. James kemudian memesan kopi, ia masih mengantuk karena ia pulang pukul tiga pagi.

"Gue kira lo bakal ketemu sama cowok yang menarik hati lo" ucap James sambil meletakkan ranselnya di atas meja.

Iya, gue sudah ketemu tapi sayang dia bersama mak lampir ucap Sandra dalam hati.

"Taruh di kursi aja" ucap Sandra mendorong ransel James.

"Iya. Pelit" ucap James.

Suara ponsel James berdering, James mengangkat telponnya.

"Halo sayang"

[...........]

"Nasi goreng ayam dengan banyak sayur" ucap James.

[..........]

"Terima kasih sayang. Sebentar lagi saya pulang."

"Sabrina?" ucap Sandra.

James menyengir kemudian mengangguk. "Sabrina sedang membuatkan nasi goreng di apartemenku" ucap James.

"Jadi semalam kalian," Sandra tidak menyesaikan ucapannya dan mendengus membuat tawa James menggema di kantin itu.

"Makanya lo cari cowok sana biar nggak sewot terus" ejek James.

Sandra memutar bola matanya malas dan menyedot minumannya sampai habis.

"Semalam kalian kemana?" Anthony datang membawa tiga buah buku tebal yang diletakkannya diatas meja.

"Lo darimana?" tanya James heran menatap tiga buah buku tebal yang di bawa Anthony.

"Dari perpustakaan" ucap Anthony mengambil tempat duduk di smaping Sandra.

"Bik, es jeruk satu ya" teriak Anthony.

"Gue lagi ngerjain tugasnya Cathrine" ucap Anthony menepuk buku di sebelahnya yang menjadi perhatian Sandra dan James.

"Ciyeee yang jadi pacar siaga" ejek Sandra.

"Kayak James dong, punya pacar sekalian jadi bibik yang masakin nasi goreng" ucap Sandra tertawa.

"Lihat saja besok kalau lo sudah punya pacar" ucap James.

"Memangnya kenapa kalau gue punya pacar?" ucap Sandra.

"Lo bakal ngelakuin apa yang Sabrina lakuin buat gue" ucap James.

Sandra memberengut kemudian mengambil ponselnya dari dalam tas.

"Kalian kemana semalam? Chatrine nyari lo sama Sabrina" ucap Anthony.

"Gue pulang duluan bareng Alit" ucap Sandra sambil sibuk mencari ponselnya.

"Lo nyari apa sih?" ucap James.

"Nggak tahu ne? Ponsel gue kok nggak ada?" ucap Sandra.

"Lupa bawa mungkin" ucap Anthony.

"Kayaknya sih" ucap Sandra. Ia mencoba mengingat-ingat kembali. Semalam setelah pulang dari club Sandra meletakkan ponselnya di atas meja di samping tempat tidurnya sebelum membersihkan diri.

Setelah itu ia tertidur sampai pagi. Dan ia sama sekali belum menyentuhnya ponselnya.

"Ponsel gue pasti di atas meja. Semalam gue langsung tidur dan pagi langsung ke kampus" ucap Sandra.

"Ya sudah, bentar lagi juga pulang" ucap James menyesap kopinya.

"Segar" ucap Anthony setelah meminum es jeruknya.

"Ya sudah kalau begitu gue pulang dulu. Sudah nggak ada jam lagi kan?" ucap Sandra memastikan.

"Nggak ada" jawab Anthony.

"Salam buat Cathrine. Kapan-kapan kita keluar bareng" ucap Sandra.

"Hati-hati" seru James dan Sandra melambaikan tangannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ngapain lo lama sekali di dalam kamar mandi" ucap Adrian begitu Alan keluar dari dalam kamar mandi.

"Sakit perut gue" ucap Alan duduk di kursinya.

"Lo sudah baca offering letter dari  JJ Company?" ucap Alan.

"Sudah. Penawarannya cukup menarik. Kapan kita bisa bertemu dengan mereka?" ucap Adrian.

"Nanti gue bilang Santi buat bikin janji" ucap Alan.

Tok tok tok

Klek

Pintu ruangan terbuka, Santi masuk dengan membawa sebuah map merah di tangannya.

"Ada apa Santi?" ucap Adrian.

"Maaf Pak.  Ada kabar dari  Aero Grup. Mereka membatalkan kerjasamanya sepihak" ucap Santi menyerahkan berkas di tangannya.

"Alasannya?" ucap Adrian.

"Kita belum menerima surat pembatalan resminya. Itu surat konfirmasi melalui email yang sudah saya cetak" ucap Santi.

"Buatkan janji kami untuk bertu sebelum surat resminya datang" ucap Adrian.

"Baik Pak" ucap Santi. Setelah itu ia keluar dari ruangan Alan.

"Kemana lo semalam?" ucap Adrian.

"Biasalah" ucap Alan.

"Dasar" ucap Adrian menggelengkan kepalanya.

"Tunggu sebentar" ucap Alan menerima panggilan dari ponselnya.

"Hallo"

[..........]

"Kita bertemu disana setengah jam lagi" ucap Alan.

[..........]

"Sampai jumpa" ucap Alan.

"Siapa?" ucap Adrian.

"Kirani" jawab Alan singkat sambil merapikan berkas-berkas diatas mejanya.

"Kirani?" Adrian mengerutkan dahinya.

"Tetangga gue waktu di Jogya" jawab Alan.

"Cewek yang lo lihat di club waktu itu?" tanya Adrian.

"Iya."

"Cinta lama bersemi kembali" seru Adrian.

"Shut up A, dia sudah punya kekasih" ucap Alan.

"Oh ya. Dia punya kekasih tapi mengajakmu bertemu" ucap Adrian.

"Diamlah" ucap Alan lagi membuat Adrian tertawa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kau sudah lama menunggu?" ucap Alan pada Kirani yang terlihat sudah duduk di Green cafe.

"Belum terlalu lama" ucap Kirani.

"Kau mau makan apa?" tanya Kirani yang sedang memegang menu makanan di tangannya.

"Mie goreng spesial, kentang goreng dan orange jus" ucap Alan.

Kirani mengangguk lalu memanggil seorang pelayan dan memesan makanannya.

"Maafkan aku, semalam," ucapan Alan terpotong saat Kirani mendahuluinya berbicara.

"Tidak apa-apa. Jangan di bahas lagi. Oh ya, dulu kenapa tiba-tiba pindahan?" tanya Kirani.

"Kami harus mengikuti Papa, karena Mama tidak bisa jauh dari Papa. Papa sedang melakukan riset penting bersama dosen lainnya, jadi ya begitulah" ucap Alan.

"Aku tidak percaya kau menungguku pulang les hanya untuk berpamitan?" ucap Kirani.

"Aku hanya tidak mau kau sakit karena merindukanku" ucap Alan sambil tertawa. Sebenarnya saat itu dirinyalah yang takut sakit kalau ia merindukan Kirani.

Kirani ikut tertawa mendengar jawaban Alan. "Bukan aku yang sakit" ucap Kirani. " Tapi Sandra" ucap Kirani selanjutnya membuat tawa Alan terhenti.

"Kenapa Sandra?" ucapnya dengan hati yang entah kenapa berdebar.

"Iya. Dia yang sakit selama sebulan karena mencarimu kemana-mana. Dia tidak mau makan, pipi chubynya yang dulu mengalahkan pipiku mendadak kempis" ucap Kirani sambil tertawa.

Alan terdiam mendengar cerita Kirani yang tidak pernah ia pikirkan akan terjadi sebelumnya.

"Setelah kau pergi aku tidak pernah mendapatkan coklat lagi" ucap Kirani yang sudah berhenti tertawa.

"Dulu Sandra selalu memberiku dua buah coklat. Satu untukku dan satunya lagi untukmu." ucap Kirani membuat Alan semakin tidak bisa berpikir.

                           🐄🐄🐄

Yeayy sapa yang nunggu bang Alan sama Neng Sandra....

😘😘😘





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top