MSB // 36

Hujan semakin deras di luar sana menambah suasana hati Sandra menjadi melow. Alan membawa Sandra duduk di sofa. Perlahan Sandra menghapus air matanya menggunakan tisu yang di sodorkan Alan.

"Ada apa?" tanya Alan lembut sembari mengusap rambut Sandra membuat hati Sandra semakin kacau.

Sandra menggeleng di tengah isakannya yang semakin mengecil.

"Ayo cerita." tuntut Alan. Namun lagi-lagi Sandra menggeleng. Alan menarik Sandra dalam pelukannya. Tangan Alan melingkar sempurna di perut ramping Sandra sedang kepalanya ia topangkan di atas bahu Sandra.

Deg.

Sandra semakin tidak bisa bicara.

"Ka...kak sama kak Melany...masih...berhubungan?" tanya Sandra di antara tangisnya.

"Sudah nggak lagi." jawab Alan. Hidungnya menghirup leher Sandra dalam, aroma raspbery yang sangat di sukainya.

"Apa...kak Melany marah?" tanya Sandra lirih.

"Kamu nangis karena hal itu?" tanya Alan.

Sandra mengangguk, Alan melepas pelukannya, membalik tubuh Sandra agar berhadapan dengannya.

Di tatapnya wajah Sandra yang memerah dan mata sembab khas orang yang baru selesai menangis.

"Tadi...aku lihat kakak sama kak Melany. Kalian seperti....bukan orang yang sudah putus." ucap Sandra menundukkan wajahnya.

Alan menyentuh dagu Sandra, mengangkat wajahnya sehingga mata mereka saling menatap.

"Maaf, kamu melihat kami jalan tadi siang. Walaupun sebelumnya Melany menolak keinginanku, tapi pada akhirnya dia mau menerimanya.

Kami hanya berteman sekarang, tadi makan siang terakhir kami sebagai pasangan." ucap Alan dengan senyum manis di wajahnya.

Senyum yang tidak bertahan lama, senyum itu memudar karena Sandra tidak menunjukkan rasa senangnya.

"Kamu tidak senang?" tanya Alan.

"Maaf kak. Gara-gara Sandra kak Alan dan kak Melany jadi putus. Sandra jahat kak." ucap Sandra kembali tenggelam dalam tangisannya.

"Hei..hei, sudah. Kamu nggak jahat. Memang harus seperti ini." ucap Alan menenangkan Sandra.

"Sandra egois kak." isak Sandra.

"Kamu nggak egois, kamu nggak jahat, kamu cuma cinta sama aku dan itu hukumnya wajib." kata Alan dengan nada sedikit memaksa.

"Aku aja donk yang cinta sama kakak." ucap Sandra dengan wajah di tekuk.

Alan terkekeh pelan. "Kamu aja yang cinta sama aku, aku cukup cinta mati sama kamu."

"Secepat itu...kakak cinta mati sama Sandra?" tanya Sandra tak percaya sedang hatinya berdetak tidak karuan.

"Mungkin sulit di percaya, tapi yang aku rasain ke kamu itu beda." kata Alan.

"Alasan kakak ke kak Melany apa?" tanya Sandra.

"Kamu nggak usah pikirin Melany lagi. Kami sudah mengakhiri semuanya baik-baik." kata Alan.

"Kakak cerita tentang kita?" tanya Sandra.

"Aku bilang, kalau aku mencintai seseorang dan akan mengejar cintanya." kata Alan.

Sandra tersenyum kemudian mengangguk pelan. Tangisnya mereda namun hujan di luar sana masih saja deras.

"Jangan sedih lagi." ucap Alan.

"Iya." ucap Sandra.

Meski ada rasa bersalah, Sandra tetap saja senang, akhirnya cintanya berbalas.

"Jadi, seharian ini kamu kemana? Kenapa panggilanku tidak di angkat?" tanya Alan.

"Eh...itu,"

"Kamu cemburu ya, terus marah, terus ngambek?" goda Alan.

"Eng.. gak," ucap Sandra gelagapan.

"Ke PI sama siapa?" tanya Alan sembari merapikan helaian rambut di wajah Sandra.

"Temen kak." ucap Sandra.

Alan tidak lagi bertanya lebih jauh. Ia merasa lelah sekali hari ini. "Di luar hujan masih deras, kakak ngantuk sekali, boleh tidur di sini?" tanya Alan.

"Kakak mau tidur di kamar?" tanya Sandra.

"Di sini saja. Kamu jangan kemana-mana ya." katanya pada Sandra.

"Iya." ucap Sandra. Setelah itu Alan pindah ke sofa lain yang berukuran besar milik Sandra. Sofa tempat Sandra tidur jika malas ke kamar.

Sandra masuk ke dalam kamar dan mengambil selimut. Di selimutinya tubuh Alan yang sudah memejamkan matanya.

Sandra menatap wajah tidur Alan dengan tatapan penuh cinta. Maafkan aku egois untuk meraih cintaku batin Sandra.

***

Sebagai pasangan baru, Alan mengajak Sandra makan malam di sebuah restoran.

Alan tidak henti-henti menatap Sandra. Entah bagaimana ia begitu terpesona pada semua yang ada pada diri adik kecilnya itu.

Adik kecil.

Alan tertawa dalam hati. Adik kecil yang sangat mempesona dan membuat hatinya kini berdebar. Adik kecil yang selalu di rindukannya. Adik kecil yang akan membuat adik kecil bersamanya nanti.

Oh shit! Dasar mesum maki Alan pada dirinya.

Apalagi penampilan Sandra malam ini sangat membuatnya tak bisa berpaling.

Sandra juga sama, sesekali ia melirik Alan, terpesona seperti biasanya, Sandra bahkan belum percaya ia sudah memiliki Alan, hati dan juga tubuhnya, nyatanya mereka sepasang kekasih seperti yang ia mimpikan selama ini.

Apalagi Sandra tidak pernah berdoa setiap kali ia melihat bintang jatuh. Jika setiap orang akan berdoa begitu melihat bintang jatuh, maka ia akan menengadahkan tangannya ke atas seperti sedang menangkap sesuatu, seolah ia menangkap bintang itu kemudian mendekapnya erat.

"Silahkan duduk princes." Alan menarik kursi buat Sandra.

"Thank you." ucap Sandra.

"Selamat malam mas...mbk, mau pesan sesuatu?" tanya pelayan itu ramah.

"Mau makan apa?" tanya Alan.

"Samain sama kakak saja." ucap Sandra.

Alan mengangguk lalu memesan menu spesial dari restoran itu.

"Kenapa masih manggil kakak?" tanya Alan.

"Suka aja." jawab Sandra.

"Mmm kenapa nggak manggil abang sayang atau abang ganteng." kata Alan.

"Abang?" tanya Sandra.

"Iya."

"Nanti kalau aku di kira manggil abang bakso atau abang gojek gimana?" kata Sandra.

Alan memberengut kesal, "Masa iya ganteng-ganteng gini di bilang abang bakso sama abang gojek sih." gerutunya membuat Sandra tertawa ringan.

"Memangnya kalau aku jadi abang bakso atau abang gojek kamu nggak mau sama aku?" tanya Alan tanya Alan pura-pura merajuk.

"Enggaklah." kata Sandra dengan wajah serius tapi tentu saja ia bohong.

Rajukan Alan pasti berlanjut kalau saja pelayan-pelayan itu tidak datang membawa makanan mereka.

Alan kembali memandangi wajah bahagia Sandra. Senyumnya membuat wajahnya makin berseri. Alan ikut tersenyum sebelum ikut menyantap makan malam mereka.

Alan benar-benar menikmati kebersamaannya malam ini dengan Sandra, adik kecilnya. Celotehnya, senyumnya, cara bagaimana ia menyantap makanannya, meraih gelas minumannya menjadi perhatian Alan.

Jika sudah waktunya cinta itu pasti datang dengan cara yang tidak pernah kau bayangkan.

"Kakak kenapa liatin aku kayak gitu?" tanya Sandra salah tingkah.

"Kamu cantik." puji Alan membuat pipi Sandra merona.

Setelah selesai makan Alan dan Sandra keluar dari restoran. Hati keduanya di liputi rasa bahagia yang tidak bisa di sembunyikan dari wajah keduanya.

"Eh, maaf." ucap Sandra ketika tidak sengaja ia menabrak seseorang di pintu masuk.

"Sandra...Alan." seru Melany terkejut.

Iya, orang yang di tabrak Sandra adalah Melany. Wajah Sandra menegang, Alan bisa merasakan pegangan tangan Sandra semakin kuat di tangannya.

"Hai, kamu sama siapa?" tanya Alan pada Melany. Tidak ada nada terkejut dalam suara Alan.

"Aku janjian sama teman di dalam. Kalian....?" mata Melany tertuju pada kedua tangan yang saling mengerat. Dadanya bergemuruh menebak apa yang terjadi di antara mereka.

"Kami sudah makan malam." kata Alan memberitahu Melany tanpa melepas pegangan tangannya meski Sandra mulai melonggarkan pegangannya. Alan tahu perasaan Sandra saat ini seperti ini. Tapi Melany juga harus tahu siapa Sandra sekarang baginya.

"Oh...tentu saja, ini kan...restoran. Kalian ke sini pasti untuk makan malam." ucap Melany tanpa bisa menutup rasa herannya yang menjurus ke sebuah pemikiran yang tidak akan pernah ia terima.

"Maksudku...bagaimana kalian bisa makan malam berdua?" tanya Melany.

"Kami..."

"Sandra pacarku sekarang." jawab Alan.

"Owh...jadi, wanita yang kamu ceritakan kemarin itu Sandra?" tanya Melany melihat ke arah Sandra.

Mendapat tatapan dari Melany membuat Sandra menunduk.

"Syukurlah." ucap Melany membuat Sandra mendongak terkejut dengan ucapan Melany.

"Aku senang kalau itu kamu. Kamu gadis yang baik, kamu pasti bisa mencintai Alan kan." ucap Melany pada Sandra.

"Tentu saja." kata Alan.

Melany tertawa, "Aku kan tanya Sandra, kamu gimana sih." kata Melany berusaha terlihat santai.

Alan mengedikkan bahunya acuh.

"Ya sudah aku ke dalam dulu. San, titip Alan ya." ucap Melany dan Sandra hanya bisa mengangguk.

"Kami pergi dulu. Sampai jumpa." pamit Alan pada Melany.

"Sampai jumpa kak." akhirnya hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Sandra.

Melany menatap kepergian Alan dan Sandra dengan tatapan tajam. Kedua tangannya menggenggam erat tas tangannya. Dadanya naik turun, menandakan amarah yang sedang bergejolak di hatinya.

"Bitch." Geram Melany.

🐄🐄🐄

Bang Alan n Sandra come back yah..

Kayaknya partnya gaje banget 🙄

Luph U Phul 😘























Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top