MSB // 19
"Kenapa keluar?" tanya Ario ketika berpapasan dengan Sandra di pintu masuk.
"Aku bosan aja di dalam." ucap Sandra.
"Bukannya ada Alan dan Melany?"
"Mereka sedang berdansa. Aku nggak mau jadi obat nyamuk." kata Sandra. Ario tersenyum lalu menarik tangan Sandra.
"Kita jalan-jalan saja kalau begitu." Sandra tersenyum dan mengikuti Ario.
Mereka jalan di sepanjang jalan pantai kuta. Lampu kerlap kerlip membuat malam menjadi sangat indah.
"Kau sering kemari?" tanya Sandra pada Ario.
"Lumayan sering. Kebanyakan untuk urusan bisnis. Kau?"
"Hanya beberapa kali, sekedar liburan." jawab Sandra.
"Sepertinya di sana ada live music. Kita ke sana yuk." ajak Ario.
"Wah, keren." Wajah Sandra berbinar. Ia merasa terhibur dengan musik di depannya. Wajah Sandra berubah murung, ia ingat waktu nonton bareng Alan di Jakarta festival waktu itu.
"Kau tidak suka musiknya?" tanya Ario dengan suara sedikit keras.
"Suka." kata Sandra.
"So," Ario menengadahkan tangannya pada Sandra.
"What?" kata Sandra tertawa pelan.
"Kita olahraga sebentar." kata Ario.
"Nggak Kee." kata Sandra mendorong tangan Ario.
"C'mon girl?"
Sandra tertawa pelan. "Baiklah kalau kau memaksa." ucap Sandra.
"Good girl."
Sandra bergerak malu-malu di depan Ario. Bahkan Sandra lebih sering tertawa melihat tingkah Ario dengan gaya anehnya.
Sandra mulai mengikuti gerakan asal ala Ario. Di sekitarnya banyak sekali turis asing yang ikut menari.
"Menyenangkan bukan?" tanya Ario setelah mereka keluar dari kerumunan tempat mereka menari.
"Iya." ucap Sandra dengan napasnya yang masih belum teratur.
"Tadi bener-bener gila." ucap Sandra.
"Kau harus sering-sering seperti ini." ucap Ario.
"Ide yang bagus." jawab Sandra.
"Tapi jangan sendiri."
"Kenapa?"
"Nanti di kira orang gila."
Hahahaha.
"Yang bener saja. Aku joget sendirianlah di kamar." jawab Sandra.
Suara deburan ombak menjadi latar mereka berjalan di pinggir pantai. Angin bertiup kencang, Sandra sampai menggosok kedua telapak tangannya untuk mendapat kehangatan.
"Eh," ucap Sandra pelan saat tangannya di genggam oleh Ario.
"Dingin sekali ya. Maaf, aku lupa bawa jaket." ucap Ario tulus.
"Oh, nggak papa." ucap Sandra.
"Ceritakan tentang dirimu." ucap Ario.
"Apa yang ingin kau ketahui?" ucap Sandra.
"Apa saja." jawab Ario.
Sandra berdehem pelan kemudian mulai menceritakan dirinya. "Aku sedang kuliah di semester akhir. Aku berasa dari Jogya. Adikku perempuanku sangat dekat denganku." ucap Sandra.
"Apa aku boleh ngapel ke sana?"
Sandra tertawa. "Mana boleh. Adikku baru kelas sembilan." ucap Sandra.
"Kakaknya saja kalau begitu."
Hahahahaha Sandra kembali tertawa. "Modus. Basi tahu nggak."
"Mana bisa basi. Kan di formalin."
"Sudah ah, gombal mulu dari tadi."
"Kalau aku apelin Kakaknya ada yang marah nggak?" desak Ario.
"Apa sih?" kata Sandra malu.
Ia melepas tangannya dari genggaman Ario dan berjalan lebih cepat. Untung saja malam hari, Ario tidak bisa melihat pipinya yang memerah.
"Hei, kenapa meninggalkanku." kata Ario mengejar Sandra yang terus berjalan.
"Kau malu ya? Apa pipimu memerah? Wah, kalau siang hari aku kan bisa melihatnya?" Ario terus saja mengoceh di samping Sandra.
"Bisa diem nggak sih." kata Sandra jutek.
"Nggak. Kau kan belum menyelesaikan ceritamu." kata Ario.
"Aku nggak mau."
"Ayolah."
"Enggak."
"Dasar pelit."
"Biarin."
"Ngegemesin banget sih." Ario menarik kedua pipi Sandra.
"Ah, Keenan. Apa yang kau lakukan?" seru Sandra berlari mengejar Ario yang sudah berlari di depannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kalian nggak mau tinggal lebih lama lagi di sini?" ucap Sofia.
"Memangnya kami di sini lo bisa temenin?" kata Sandra sinis.
"Heeeeee." ucap Sofia menampakkan cengiran kudanya.
"Memangnya berapa lama lo di sini?" tanya Dion.
"Belum tahu." jawab Sofia.
"Kalian nggak bulan madu ke luar negeri?" kata Sandra yang tengah merapikan pakaiannya ke dalam koper. Mereka akan kembali ke Jakarta siang ini.
"Belum tahu. Liat nanti ajalah." kata Sofia.
"Gue seneng liat lo bahagia." ucap Dion tulus.
"Terima kasih." ucap Sofia senang.
"Beres." seru Sandra setelah mengemasi pakaiannya.
"Gue bakal kangen sama kalian." ucap Sofia memeluk Sandra.
"Iya gue tahu. Tapi kalo lo udah bedua sama suami lo yang sexy itu, lo pasti lupa." ejek Sandra.
"Kok lo tahu sih?" ucap Sofia.
"Tahulah." ucap Sandra sewot.
Sofia tertawa mendengarnya. "Sudahlah kalian ini bicara apa sih?" kata Dion.
"Jangan pura-pura bego lo." kata Sandra. Dion mengedikkan bahunya acuh.
"Gue balik dulu ya. Sampai jumpa di Jakarta." kata Sofia pamit pada kedua sahabatnya.
"Selamet bersenang-senang." teriak Sandra. Sofia mengacungkan jari jempolnya sebelum keluar dari kamar Sandra.
"Sudah mau jam sebelas. Kita ke restoran dulu yuk. Laper gue." kata Dion.
"Gue juga laper." kata Sandra.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Suasana restoran selalu ramai. Sandra dan Dion memilih menu makanan dan minumannya. Mereka duduk di luar ruang restoran, ada pintu di samping restoran yang tersambung ke luar, pemandangan laut langsung memanjakan mata mereka.
"Makanannya enak banget. Gue pasti kangen deh sama makananya." puji Sandra.
"Gue setuju. Mmm." ucap Dion mengunyah nasinya, lauknya bebek betutu dalam potongan kecil dan juga sambel matah, sudah ada beberapa menu berat lainnya yang tersedia karena jam makan siang sebentar lagi.
"Temennya Restu itu mana?" tanya Dion.
"Keenan. Dia sudah kembali ke Jakarta tadi pagi." ucap Sandra.
"Kayaknya kalian deket banget." kata Dion.
"Orangnya asik di ajak ngobrol. Suka becanda gitu." terang Sandra.
"Eh, tar dulu. Kemarin seharian lo ke mana aja?" tanya Sandra heran. Karena asik bersama Ario ia lupa dengan Dion. Bahkan mereka nggak ada komunikasi sama sekali.
"Ini Bali Sandra sayang. Heaven of world is here. Banyak bidadari surganya." ucap Dion.
"Dasar playboy cap kapak lo." Dion hanya tertawa mendengar sebutan dari Sandra.
"Sasan. Liat deh, kayaknya sahabat suaminya Fifi kemari." ucap Dion menunjuk menggunakan dagunya.
Sandra yang membelakangi pintu masuk restoran menoleh ke belakang.
Pasangan paling menyebalkan sepanjang sejarah dunia versi Sandra ada di sana. Tanpa sadar Sandra memutar bola matanya malas.
"Lo kenapa?" tanya Duon heran.
"Nggak ada. Heran aja, di mana-mana ketemu sama dua manusia hybrid itu."
"Dari suara lo kayaknya rada-rada nggak enak San, lo ada masalah sama mereka?" Dion menanyakan hal ini karena ia menangkap ada rasa tidak suka Sandra pada pasangan itu.
"Nggak ada." jawaban yang sama di ucapkan Sandra.
"Yakin?"
"Habisin makanan lo, nanti malah ketinggalan pesawat." omel Sandra.
"Kan bisa liburan lagi." ucap Dion santai.
"Liburan kunyuk. Gue kasi tahu Pak Winata nyahok lo." kata Sandra.
"Eits, jangan macem-macem lo ya." ancam Dion.
Sandra tertawa lepas. Kalau sudah menyangkut Ayah dan Ibunya Dion nggak akan bisa berkutik. Sandra sangat mengidolakan keluarga Dion, ia juga heran, Dion yang pecicilan dan sok player bisa jadi anak baik.
Mungkin ia dan Sofia akan mengejeknya takut nggak dapet warisan. Tapi mereka tahu kalau Dion memang selalu memprioritaskan keluarga.
Sandra menghela napas lega melihat dua pasangan absurd itu memilih tempat duduk yang berbeda dengannya, tidak seperti biasanya.
Sandra dan Dion memutuskan untuk kembali ke kamar hotel, mengambil barang-barang mereka dan berangkat ke bandara.
"Sandra," panggil Melany begitu Sandra melewati meja mereka.
"Ya Tuhan." geram Sandra dalam hati.
"Hai." jawab Sandra dengan senyum di wajahnya.
"Kalian sudah selesai makan?" ujar Melany.
.......Ya iyalah......
"Iya. Kami sudah selesai makan." jawab Sandra.
"Ario mana?" tanya Melany.
"Oh, Kee. Dia sudah balik tadi pagi." ucap Sandra.
"Kee?" ucap Alan mengernyit heran.
"Ario. Aku panggil dia Kee." kata Sandra pada Alan. Dan Alan menganggukkan kepalanya.
"Kalian kembali ke Jakarta kapan?" tanya Alan merubah topik pembicaraan.
.......Bukan urusan lo.......
"Siang ini. Kalo Kakak?" ucap Sandra masih tersenyum. Ia bertanya sebenarnya hanya untuk basi basi saja dan benar-benar tidak berniat peduli.
"Lusa. Kami belum sempat berkeliling Bali, ya kan Al?" ucap Melany menjawab pertanyaan Sandra pada Alan dengan suara manjanya pada Alan.
"Iya." jawab Alan mengiyakan ucapan Melany dan tersenyum pada Melany.
.......Wrong question Sandra......
"Wow, itu pasti menyenangkan. Kalian so sweet banget ya. Selamat menikmati liburan kalian. Sampai jumpa." Sandra langsung berbalik, menggandeng Dion keluar dari restoran.
"Lo suka ya sama pria itu?"
Jleb.
"Pertanyaan macam apa itu?" seru Sandra yang merasa tercyduk oleh Dion.
"Gue bener kan?"
"Diem nggak lo?" ancam Sandra dengan suara tajamnya.
"Gue yakin bener."
"Brengsek lo." Sandra memukul pelan kepala Dion.
🐄🐄🐄
Hi genks, yg kangen sama Sandra n Alan moga terobati yach n jadi semangat menghadapi hari Senin kyaaa kok bisa 😂😂😂
Maafkan typonya ato ada yg miss bisa confir ke aku
Luph u pull 😘😘😘
Jangan lupa vote n commentnya 😉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top