MSB // 13

Yeaaaaayyyyy....
Kambek egen dilapak babang tamvan yg kepekaannya setinggi pohon tomat 😏
.
.
.
Btw ada yang kangen nggak? Yuk dibaca lage jangan lupa vote n comentnya yah😘
.
.
.

Drrrrttttt drrrrrrrttt

Ponsel Alan bergetar di saku celananya. Ia merogoh sakunya kemudian tersenyum melihat nama Sandra di layar ponselnya.

"Halo" jawab Alan sambil tersenyum manis ke arah Adrian. Membuat Adrian jengah.

"Halo Kak," suara Sandra terdengar menangis.

"Sandra, kamu kenapa menangis?" tanya Alan panik mendengar suara Sandra yang menangis sesenggukan di seberang sana.

"Sofia kecelakaan Kak. Dia di rumah sakit. Kak tolong kesini secepatnya. Sandra takut Kak" kata Sandra sambil terus menangis.

"Apa? Sofia kecelakaan?" seru Alan tinggi.

"Iya kak cepatlah" jawab Sandra panik.

"Ok, kami segera kesana. Kamu harus tenang. Sebentar lagi kami sampai" kata Alan menenangkan Sandra.

"Apa yang terjadi?" tanya Adrian panik.

"Kita ke rumah sakit sekarang. Sofia kecelakaan." kata Alan cepat.

"Ya tuhan bagaimana ini bisa terjadi." seru Adrian panik. Dia segera meraih kunci mobil dan dompetnya dan berlari keluar bersama Alan.

Alan dan Adrian terlihat setengah berlari dilorong rumah sakit.

"Sandra."

"Kak," Sandra berlari ke pelukan Alan dan menangis di dada Alan.

Alan memeluk Sandra dan mengusap-usap punggungnya, berusaha untuk menenangkannya.

"Bagaimana keadaan Sofia? Dimana dia? Apa yang terjadi?" tanya Adrian dengan suara yang tinggi.

"A tenanglah." kata Alan tajam. Setelah itu Alan melihat Sandra kemudian bertanya. "Apa yang terjadi?"

"Aku tidak tahu. Seseorang menghubungiku dan mengabarkan Sofia kecelakaan. Dan aku langsung kemari." cerita Sandra sambil terus menangis.

"Dimana Sofia sekarang?" Adrian kembali bertanya. Dia harus segera melihat Sofia.

"Sofia sedang di tangani beberapa
Dokter di dalam. Kak," Sandra merapatkan tubuhnya ke pelukan Alan. Dia takut melihat Adrian yang sepertinya akan meledak sewaktu-waktu.

"A tenanglah. Bukan lo saja yang khawatir." kata Alan. Ia menyadari ketakutan Sandra di sampingnya.

"Ya Tuhan," ucap Adrian sambil berjalan mondar-mandir dan menarik rambutnya frustasi.

"Siapa yang menelponmu tadi dan di mana dia sekarang?" tanya Adrian.

"Dia sedang mengurus orang yang bersama Sofia di dalam mobil itu." ucap Sandra.

"Apa?" ucap Adrian.

Pertanyaan Adrian belum terjawab karena seorang perawat keluar dari ruangan Sofia.

"Bagaimana kedaannya Suster?" tanya Adrian.

"Pasien kehilangan banyak darah. Kami harus menyiapkannya beberapa kantong darah" terang si perawat kemudian berlalu.

Sandra mempererat pegangan tangannya di baju Alan. Ia juga melihat ketakutan di wajah Adrian.

"Betapa beruntungnya Sofia." batin Sandra.

Adrian terduduk lemas di lantai. Ketakutan semakin melanda dirinya. "Selamatkan dia Tuhan, aku mohon" doanya lirih.

"Bangunlah A, Sofia membutuhkan lo. Jangan cengeng seperti ini." bentak Alan.

"Bagaimana keadaan Sofia?" seorang laki-laki tiba-tiba datang menanyakan kabar Sofia.

Adrian mendongakkan kepalanya dan menggeram marah saat melihat siapa yang datang.

"Lo" geramnya marah. Adrian bangun dan langsung menghajar laki-laki itu.

Bug bug.

"Brengsek" maki Adrian sambil memukuli wajah Yasa.

"Adrian hentikan. Lo hanya mengganggu pengobatan Sofia di dalam." kata Alan menyadarkan Adrian dan akhirnya bisa menghentikan aksi brutal Adrian itu.

"Apa yang lo lakuin brengsek?" desis Adrian marah dan mendorong tubuh Yasa kebelakang.

Uhuk uhuk.

Yasa terbatuk-batuk akibat pukulan Adrian. Dia tidak membalas karena merasa ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi.

Sandra yang panik dan nampak ketakutan duduk beringsut di lantai.

"Hei, bangunlah" ucap Alan, namun Sandra menggeleng-gelengkan kepalanya. Wajahnya di sembunyikan diatas lututnya.

Alan ikut merasa sakit melihat Sandra yang nampak sangat terpukul. Alan duduk di samping Sandra, memeluk gadis itu.

Alan melihat miris pada dua laki-laki yang berada tidak jauh darinya. Penampilan mereka sangat kacau.

"Keluarga saudari Sofia?" tanya seorang dokter yang keluar dari ruang UGD.

"Saya Dokter." suara itu keluar dari mulut Adrian dan Yasa bersamaan membuat dokter itu kebingungan.

"Saya tunangannya." seru Adrian cepat. Membuat raut wajah Yasa semakin nampak kacau.

"Terjadi pendarahan pada pasien, kami membutuhkan persediaan darah sebagai cadangan. Kaki kirinya patah. Pasien akan segera kami pindahkan ke ruang perawatan" jelas Dokter itu.

"Baik dokter lakukan yang terbaik untuknya. Berapapun biayanya." ucap Adrian.

Dokter itu tersenyum, mengerti. "Kita sama-sama berdoa Pak." ucap Dokter itu tersenyum.

Sandra dan Alan mengikuti perawat-perawat yang sedang memindahkan Sofia ke ruang perawatannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sebenarnya apa yang terjadi Kak?" tanya Sandra pada Alan.

Sandra benar-benar tidak tahu kehidupan sahabatnya. Siapa laki-laki yang di pukuli Adrian tadi? Bukankah dia laki-laki yang menghubunginya?

Lalu darimana dia tahu nomor ponselku? batin Sandra.

"Kami ke kantin sebentar. Lo mau kopi?" tanya Alan yang dibalas anggukan oleh Adrian.

Alan mengajak Sandra ke kantin. Di sepanjang jalan ia terus menggenggam tangan mungil milik Sandra. Alan mendengar Sandra beberapa kali menghembuskan napasnya kasar.

"Mau minum apa?" ucap Alan ketika mereka sampai di kantin.

"Coklat panas Kak?" ucap Sandra.

Alan memesan segelas coklat dan dua gelas kopi. Sembari menunggu mereka duduk di kursi kantin yang agak sepi. Hanya beberapa orang yang sedang berbincang di ujung ruangan.

"Jangan khawatir. Dia akan baik-baik saja." ucap Alan menenangkan Sandra.

"Aku takut Kak." ucap Sandra dengan suara bergetar.

"Semua akan baik-baik saja. Sofia gadis yang kuat." ucap Alan. Ia kemudian meraih bahu Sandra dan membawanya ke dalam pelukannya.

Sandra memejamkan matanya. Tanpa di sadari Alan. Ia menghirup aroma tubuh Alan. Setelah sekian lama. Akhirnya ia bisa memeluk Alan sedekat ini. Merasakan kedua tangan itu memeluknya erat, menghantarkan rasa hangat hingga hatinya."

"Bisakah, aku memelukmu seperti ini terus, tanpa dia atau siapapun yang menghalangi." batin Sandra.

"Minumannya Pak." ucap pelayan kantin itu pada Alan.

Alan melepaskan pelukannya kemudian melangkah mengambil minumannya.

"Minum dulu." Sandra meraih coklat panas yang di sodorkan oleh Alan. Perlahan ia meniupnya kemudian meminumnya sedikit demi sedikit.

"Kita balik Kak." ucap Sandra.

"Iya. Adrian juga butuh kopi secepatnya. Dia bisa gila memikirkan Sofia." ucap Alan.

"Benarkah?" ucap Sandra.

Alan tertawa pelan. "Tidak benar-benar gila. Mungkin sedikit eror." ucap Alan.

"Sofia beruntung ya Kak. Ada Adrian yang sangat mencintainya."

"Iya. Mereka saling mencintai. Tapi, masih saja saling menyakiti." ucap Alan.

Sandra tersenyum. Tidak ada yang berbicara. Keheningan yang tercipta menambah pilu di hati Sandra.

"Kenapa diam?" ucap Alan merasa canggung dengan keheningan yang ada.

"Tidak ada."

"Apa yang kau pikirkan?" ucap Alan.

"Mungkin sedang memikirkan orang yang akan mencintaiku suatu saat nanti." ucap Sandra.

[..............]

"Menurut Kakak, apa aku bisa mendapatkan pria yang mencintaiku?" ucap Sandra.

"Pria yang mencintaimu? Kenapa bukan pria yang kau cintai?."

"Karena pria yang kucintai tidak mencintaiku." ucap Sandra.

Perasaan aneh memenuhi dada Alan. Sebuah perasaan yang sangat tidak enak. Mungkin ia merasa simpati mendengar ucapan Sandra.

"Jangan khawatir, kau itu cantik, pintar dan menggemaskan. Pasti banyak pria yang menginginkanmu. Kau hanya perlu membuka diri sedikit." ucap Alan memberi semangat.

"Dan aku hanya menginginkanmu." batin Sandra.

"Kakak benar. Semoga aku beruntung seperti Sofia ya, mendapatkan pria yang sangat mencintaiku." ucap Sandra.

Dan kenapa sekarang justru Alan yang tidak bersemangat mendengar ucapan Sandra.

                          🐄🐄🐄

👉  NEXT











Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top