Chapter 3 - END


Keesokan harinya bongkahan es yang membekukan Spike mencair dengan sendirinya, Jave yang akhirnya meminta izin pada Rudy untuk membawa Spike pulang ke Frozen Land disetujui oleh semua anggota Seven Knight yang tersisa. Perjalanan membutuhkan waktu beberapa hari dan mungkin lebih dari seminggu untuk kembali ke Frozen Land. Spike pun tidak pernah berbicara selama dalam perjalanan hingga membuat Jave tidak memiliki pilihan lain selain diam.

Jave hanya mengantar Spike ke pintu gerbang istana, ia tidak berniat bertemu dengan sang Ratu yang terlihat di jendela besar istana menatap tajam ke pulangan Spike yang seperti kehilangan nyawa.

Lania kembali ke singgasananya menunggu kedatangan sang putera untuk menghadapnya. Tidak lama menunggu Spike kini sudah berada di hadapan Lania, berdiri bak boneka dan ekspresi wajah yang datar.

‘Mungkin ini adalah saatnya.’ Kata Lania dalam hati, ia mengetahui kekalahan Spike melawan Lu Bu dan mantan anggota Four Lord.

“Menyedihkan,” Ucap Lania pada anak semata wayangnya.

“Kau adalah seorang Pangeran dari Frozen Land dan kau kalah dalam pertarungan melawan mantan Four Lord?! Sangat menyedihkan,” Lanjutnya, Spike masih terdiam.

“Sebenarnya apa yang kau latih selama ini?” Tanya Lania dan Spike masih tetap diam tidak menjawab.

“Aku tahu manusia memang lemah, tetapi mengapa kau bahkan lebih lemah daripada manusia?” Kini Spike mengangkat wajahnya dan menatap tajam Lania.

“Bagaimana bisa kau menjadi seorang Raja jika kau selemah ini? Kau benar-benar menyedihkan.”

“Diamlah!!! Kau tidak akan mengerti!” Bentak Spike.

“Aku memang tidak ingin mengerti dirimu, Pangeran. Aku tidak membutuhkan orang lemah sepertimu untuk menggantikanku di kerajaan ini. Frozen Land tidak membutuhkan seseorang yang lemah seperti dirimu.” Jawab Lania.

“Aku pasti bisa menggantikanmu dan menjadi Raja di kerajaan ini, Lania.” Spike sudah mengeluarkan aura dingin di tubuhnya.

Lania tersenyum sinis, ”kalau begitu serang aku dengan seluruh kekuatanmu, kita lihat apakah kau memang pantas untuk menjadi Raja jika kau masih saja kalah melawanku.” Spike menatap Lania penuh amarah.

“Jika kau masih saja kalah melawanku, aku akan membuangmu kembali. Kau tidak pantas menjadi Pangeran dan menjadi anakku.” Lanjut Lania.

Hatinya begitu terasa sakit saat mengatakan semua itu, ingin rasanya menangis tetapi inilah satu-satunya cara untuk melihat apakah anak tercintanya dapat menggantikannya. Kali ini Spike terbakar amarah dan langsung menerjang Lania.

"Tutup mulutmu!!!" Api seolah membara di manik Onyx Spike.

Kapak raksasa bersepasang tanduk pada bagian tajamnya dilemparkan Spike ke arah Lania yang seketika bangkit dari singgasananya. Kapak itu berputar-putar vertikal di udara diikuti Spike yang terus berlari menerjang Lania. Lania yang melompat menghindari serangan dari anaknya itu tersenyum lebar saat kapak milik Spike menghantam dan menghancurkan singgasana Lania. Kibasan tangan Spike yang beberapa kali dilakukannya terus mengeluarkan mata tombak yang sekilas terlihat seperti kunai yang terbuat dari es.

Mata tombak itu dilesatkan ke arah Lania yang masih melayang di udara dari lompatannya. Sekitar lima buah kunai es berhasil dihindari Lania. Spike berlari meraih kapak yang menancap di dinding di balik singgasana melewati posisi Lania. Tangannya mencengkram kuat pegangan kapak itu. Kakinya melangkah pada tembok seperti laba-laba.

TAP

TAP

TAP

Kaki bersepatu besi dengan metal foot shield bercorak tengkorak tajam yang menutupi kaki hingga lututnya itu seolah tidak membuat langkahnya di dinding singgasana terasa berat.

Saat cukup tinggi Spike berjalan di dinding, dirinya langsung melompat ke arah Lania dengan ayunan kapak yang menyerang Lania beberapa kali.

Lania hanya berusaha menahan serangan yang Spike berikan dengan menggunakan kekuatannya yang membuat sebuah tameng yang terbuat dari es, setiap tebasan kapak yang Spike berikan mampu membuat tameng itu pecah.

"Keluarkan seluruh kekuatanmu!!" Ucap Lania. "Jangan menjadi pecundang seperti ayahmu!" Ungkapnya sarkasme.

Sontak hal itu membuat Spike yang terjatuh karena tidak bisa melayang seperti Lania semakin merasa sedih dan marah.

"Apa aku peduli?" Teriak Spike, "Aku bahkan tidak mengenal suami mu!!" Spike yang tengah berlutut bertahan dari jatuhnya seketika melesat ke arah Lania.

‘Suamimu? Anakku bahkan tidak sudi memanggilnya ayah.’ Lirih Lania dalam hatinya. ’Mereka berdua sangat mirip.’ Lania tersenyum.

"Hiiaaatt!!!" Teriak Spike yang berteriak seraya membuat sebuah pukulan keras menggunakan kapaknya.

Bugh!

Lania yang sempat terdiam dalam lamunannya terlambat untuk menghindari serangan dari Spike. Tubuhnya terpental ke tanah, memudahkan Spike untuk menyerangnya.

Jubah merah yang tersemat pada baju Zirah ala para Samurai jepang itu berkibar tertiup angin saat Spike berlari menerjang ibu yang melahirkannya tanpa sedikitpun rasa iba dihatinya saat melukai satu-satunya wanita yang mencintainya tulus dengan jalannya sendiri.

SWIINGG

"Blizard!!" Desis Lania merapalkan sebuah mantera.

Bongkahan es yang melayang di dekat tubuh Lania dengan bentuk seperti mata pisau Dagger itu melesat satu persatu ke arah Spike. Spike terus berlari lurus dengan kapak yang sesekali menebas laju es yang melesat ke arahnya. Spike melompat berputar menghindari tembahan es yang hampir menembus lambungnya.

Prraakk

Prakkk

Beberapa es bisa dipecahkan oleh Spike dengan kapaknya.

Jlebb

Salah satu es itu akhirnya sukses bersarang di bahu Spike yang tengah berlari.

"Aaargg!!!" Spike meringis menahan bahunya yang terhentak saat sebuah es menembus baju zirahnya.

"Aarrgg?? Calon penggantiku di singgasana merintih seperti itu saat kulitnya tertembus senjata kecil?" Matanya menyipit, dengan sarkasme Lania terus membakar emosi Spike.

"Dingin! Tubuhku!!!" Spike yang meringis menahan rasa sakit tiba-tiba merasa jika tibuhnya sulit digerakan.

Bulir-bulir es muncul pada baju besi yang dipakai Spike, baju Zirah itu perlahan membeku bersama Spike yang perlahan sudah merasa tidak bisa menggerakan kakinya.

"Kau bertarung seperti wanita! Bagaimana kau bisa membunuhku jika terus bertarung seperti itu?" Ucap Lania sembari berjalan perlahan memutari tubuh anaknya yang sulit bergerak.

"Aaaaaaarrrrrgggg!!! Akan ku pastikan, aku akan menginjak kepalamu di singgasnaku!!" Spike bangkit dengan sepenuh tenaganya ia mencoba memecahkan es yang kini benar-benar membekukan tubuhnya.

PRAAANNKK

Bagus anakku, aku tahu kau tak selemah itu!’ Ungkap lania dalam hati.

"Terima ini!!!" Kapak itu mengayun cepat ke arah Lania.

Spike yang semakin marah dan terlihat memakai Iron Hat bertanduk Byson itu kini bagaikan Bison buas yang membabi-buta. Pertarungan sengit terjadi, sayatan di berbagai bagian tubuh Lania sudah membuatnya meneteskan darah.

"Severe cold Earthquake!!!"

Seluruh bagian istana semakin membeku dan perlahan pembekuan itu menjalar ke seluruh sudut istana dengan perlahan.

DUMMM

Lania sulit menghindari serangan dari Spike, lantai istana kini runtuh dan membuat Lania terperosok kedalamnya bersama runtuhan lantai istana itu. Sementara Spike tidak yakin hal itu dapat membunuh ibunya. Kristal-kristal es tiba-tiba berjatuhan seperti hujan salju.

"Ice Splinter!!!" Suara lania terdengar dari arah punggung Spike, entah sejak kapan dan bagai mana Lania tiba-tiba berada di balik pandangan Spike dengan sihirnya yang siap menyerang Spike.

Kristal es yang berjatuhan itu perlahan berhenti karena tertiup badai salju yang dibuat Lania. Sebuah badai salju yang dingin dan membekukan apapun merambat ke area sekitar istana.

Spike yang menyadari hal itu melompat berusaha menghindari pijakannya pada es karena terlihat bahkan tetesan air pun langsung menjadi kristal meski masih melayang di udara dan belum jatuh ke tanah. Namun hal yang dilakukan Spike itu pastinya hanya sia-sia, Lania menembakan lagi bongkagan es yang terbang di sekitar tubuhnya dan menyentuh kaki Spike, hal itu hanya pancingan agar Spike dapat dibekukan oleh es yang merambat menyelimuti seluruh area istana.

Hanya dalam hitungan detik Spike menjadi patung yang membeku didalam bongkahan es. Terlihat tanpa ampun Lania mengangkat tangannya yang bercahaya Shapire dan menghentakannya ke arah Spike. Gerakan tangannya itu membuat Es yang membeku di atas langit-langit dan telah menjadi beku runcing setajam gigi Syberthoot itu jatuh seluruhnya ke arah Spike. Meski terlihat tidak mengampuni anaknya, Lania melakukan itu karna dia yakin jika anaknya tidak selemah kelihatannya.

Splashh

Hampir separuh bongkahan es yang runcing itu menyayat tubuh Spike. Jika Spike tidak berada dalam bongkahan es maka badannya sudah pasti akan hancur tertembus puluhan pedang-pedang es. Kini Spike terlihat terkapar lemah dengan puluhan luka pada tubuhnya. Matanya yang memandang langit-langit istana yang mulai goyah itu terpaku menatap sebuah ktistal salju yang terjatuh.

"Kenapa?!" Tanya Spike lirih, "Kenapa kau tidak membunuhku saat aku masih berada dalam kandunganmu saja!"

Lania terkejut saat mendengar hal itu, hatinya sungguh tersayat dan tidak bisa menahan kesedihannya. Namun air matanya seolah membeku hingga tidak ada setetes pun yang terlihat.

"Lawan aku, dan temukan sendiri jawabannya saat kau menduduki singgasanaku!" Suaranya sedikit parau saat berusaha menyembunyikan kesedihannya.

Spike yang bangkit langsung memuntahkan darah dari mulutnya. Berlutut dan bertumpu dengan satu tangan mengepal ke tanah, Spike berusaha berdiri sambil memegangi dadanya yang terasa sakit.

"Apa hanya itu kekuatanmu? Menyedihkan!" Tanya Lania. "Sadarlah Spike, aku hanya bisa dikalahkan oleh kekuatanku atau energiku sendiri karena tidak ada yang bisa menandingiku!" Lanjutnya.

"Dadaku ini? Aku memiliki Ice Heart, dan wanita itu yang membuatku memiliki hal ini, mungkinkah jika ..." Spike menyadari jika dirinya memiliki sebuah hati yang membeku karena Lania.

Entah apa yang dipikirkan oleh Spike. Namun terlihat pada jari tangannya sebuah es yang muncul dari ujung jarinya dan terus memanjang. Dengan tatapan bengis Spike mencoba masuk kedalam mata Lania.

"Kekuatannmu? aku memilikinya, tapi energimu?" Suaranya terdengar mengancam, tatapannya setajam mata naga yang kejam. "Aku memiliki energimu dalam hatiku! Akan kukembalikan kekuatanmu!!!!"

Teriakanya disambut dengan sebuah tusukan es dari jari Spike yang menusuk menembus kedalam jantungnya.

"Uuhhuk ... Uhuukk" Spike terbatuk-batuk dengan darah yang keluar dari mulutnya.

"Apa kau bodoh? Kau bisa mati jika melakukan itu? Kau bisa menjadi Ice Spirit." Ketakutan menyelimuti hati Lania yang menyaksikan anaknya itu.

"Jadi, kau masih perduli kepadaku?" tanya Spike sambil meringis.

"Tidak, aku hanya ingin membunuhmu dengan tanganku sendiri!" Kebohongan paling menyakitkan bagi Lania saat dihadapkan dengan pertanyaan seperti itu.

"Aaaarrrgggg!!!" Spike menggeram saat menusukan benda itu lebih dalam hingga menyentuh jantungnya.

Seketika aura dingin keluar dari tubuhnya, Spike terkulai lemas namun tubuhnya terangkat melayang oleh aura-aura dan cahaya biru yang menyelimuti tubuhnya. Seluruh warna merah pada baju zirah yang dia kenakan berubah menjadi warna biru, tubuhnya semakin dingin dan membeku. Pancaran matanya kini berubuah menjadi Spike yang terlihat lebih kuat.

Tubuhnya perlahan turun menyentuh tanah, dengan tatapan dingin, Spike menempelkan tangan kanannya pada dadanya. Cahaya biru terang menyala seketika keluar saat tangan dan dada bersentuhan. Cahaya itu mengeluarkan sebuah kristal es.


Tanpa berkata apapun Spike menjatuhkan kristal es itu ke tanah, melayang, meliuk tertiup angin, dan menggoreskan sinar biru disetiap liukan ktistal es yang serupa dengan daun itu. Lania hanya bisa terbelalak melihatnya, melihat anaknya nekat mempertaruhkan nyawa di hadapannya.

"Severe Cold ...," desis Spike dengan wajah dingin dan perlahan melangkah sebelum daun kristal es itu menyentuh tanah.

Dengan kapak yang diseretnya ke tanah Spike langsung berlari saat kristal sudah menyentuh tanah dan seolah jatuh kedalam air karena gelombang yang muncul dari jatuhnya kristal itu. "HEAARTT!!!" Lanjut Spike dengan ayunan pedang yang diikuti ombak besar yang bergerak sesuai arah ayunan kapak miliknya.

Ayunan itu tertuju kesegala arah  ombak itu langsung membeku dengan sudut-sudut yang tajam seperti pisau. Lania di ombang-ambing gelombang itu, tubuhnya serasa dicabik ratusan mata pisau. Gelombang yang cukup besar dan mampu meruntuhkan istana. Hingga sebuah tebasan terakhir dari serangannya membuat sebuah ledakan besar yang seketika menghancurkan seluruh bagian istana.

DUUUUMMM

Tubuh lania terhempas keluar istana, dan diikuti Spike yang melompat agar tidak kehilangan posisi Lania. Istana milik Frozen Land runtuh hancur luluh-lantak. Lania terjatuh terpental beberapa kali di atas tanah negerinya. Lania masih mampu bangkit meski dengan luka yang cukup serius ia berusaha tetap tersenyum dihadapan putranya. Spike yang kini bagai montster tidak peduli siapa yang diserangnya, dia berlari dengan kapak ditangannya.

"Uuhhukk ... Blizard!!!" Lania terlihat sangat memaksakan tubuhnya untuk melawan Spike.

Spike terus berlari sambil menghindari puluhan es yang melesat kepadanya. Spike membalasan tembakan es itu dengan es yang serupa keluar dari tangannya.

Swiiingg

Es itu berhasil membekukan kaki Lania dan membuatnya sulit bergerak.

Buuuggghh

Sebuah hantaman kapak berhasil mementalkan tubuh wanita bersurai hijau tosca itu. Darah berceceran dari luka yang Lania terima.

"T-tuntaskan dendam-mu da-dan, duduklah di singgasanaku!" Dengan kekuatan yang telah habis dan luka yang sangat parah, Lania tidak akan mampuh bertahan lebih lama, dia memaksa tubuhnya bangkit.

Meski lemas dan hampir terjatuh beberapa kali, Lania tetap berdiri menyambut serangan terakhir dari Spike yang terlihat kesal karena Lania sulit untuk di jatuhkan.

"Tidak bisakah kau mati saja!!!!"

Teriaknya pada Lania yang tertunduk dengan tubuh yang hancur dan terus mencoba mengangkat wajahnya meski terasa sakit namun hal itu demi menatap wajah anaknya untuk terakhir kalinya.

"Matilah kau!!! Severe Cold Strikeee!!!" Amarahnya meledak dan membuat Spike buta.

Calon Raja dari Frozen land itu mendengus kasar seraya melompat tinggi untuk menghantamkan kapak pada ibunya. Tanpa dia sadari saat kapak itu tinggal beberapa inchi menebas tubuh Ibu yang melahirkannya, Lania mengucapkan sesuatu tanpa dilihat oleh Spike karena dibutakan oleh dendam.

Lania berkata. "I love you … My Son!" seraya tersenyum lebar menatap anaknya yang sudah dewasa, kuat, dan tampan. Air matanya membeku saat keluar dari mata indahnya, terputar kembali ingatan saat Fruna dan Frost memberikan informasi tentang puteranya.

“Yang Mulia Ratu, saat ini Pangeran sudah tumbuh menjadi sosok lelaki yang tampan. Beliau sangat mirip dengan anda, ia bisa mengendalikan es seperti anda.”Ucap Fruna saat itu.

“Benarkah? Itu bagus, setidaknya ia memiliki gen dariku.”Jawab Lania sambil terkekeh.

“Yang Mulia Ratu, apakah anda akan turun tahta dan menjadikan Pangeran menjadi Raja suatu saat nanti?” Tanya Frost.

“Jika memang itu di perlukan, aku akan melakukannya,” Jawab Lania sambil tersenyum lembut.

“JIka saatnya tiba maukah kalian membantuku, beritahukan semuanya pada puteraku. Mungkin ia akan menyesal, tetapi aku bahagia.” Pinta Lania.

“Baiklah, Yang Mulia Ratu.” Jawab Fruna dan Frost bersamaan.

‘Aku ingin memeluknya, aku ingin memberinya kecupan kasih sayang, aku ingin menggendongnya kala ia masih balita, aku ingin menjadi seorang ibu yang baik untuknya, jika suatu saat nanti Gallius kembali, ia akan senang melihat Puteranya yang tumbuh dengan baik. Tetapi nyatanya aku menjadi seorang ibu …’

DUUMMMM

‘… yang gagal.’

Kristal es besar membekukan tubuh Lania, saat itu juga Lania mati. Es abadi yang dibuat Spike untuk membekukan Lania berhasil. Spike jatuh berlutut, ia mendengar kalimat terakhir Lania meski samar. Ia kembali menatap kristal es besar yang membekukan Lania, disana terlihat Lania tersenyum lembut dengan air mata yang membeku di pipinya.

Spike bangkit berdiri lalu membuat singgasananya sendiri, ia duduk dengan wajah yang menunduk. Fruna datang dengan sebagian tubuhnya yang menghilang. Ia terbang mendekat kearah Spike.

“Yang Mulia Pangeran,” Panggil Fruna, Spike mendongak dan melihat Fruna dengan begitu terkejut.

“Fruna, apa kau terkena seranganku?” Tanya Spike, Fruna menggeleng.

“Tidak, Yang Mulia Pangeran. Saya dan Frost adalah mahkluk Ice Spirit buatan Yang Mulia Ratu Lania, saat ini Frost sudah menjadi salju, saya pun akan menjadi salju tidak lama setelah ini.” Jawab Fruna, Spike tertegun.

“Yang Mulia, sebelum saya mengilang ada yang harus saya katakan pada anda yang sebenarnya.” Lanjut Fruna.

“Apa itu?” Spike mengerutkan dahinya.

“Yang Mulia Ratu Lania sebenarnya tidak membuang anda, apa yang ia sentuh akan membeku. Karena itu saya dan Frost harus memisahkan anda dengan Yang Mulia Ratu. Itu untuk kebaikan Pangeran, agar Pangeran bisa hidup. Bahkan Yang Mulia Ratu selalu mencari informasi tentang anda sejak anda diberikan pada manusia. Yang Mulia Ratu sangat menyayangi anda, hanya saja karena kekuatannya tidak bisa menyentuh anda.” Jelas Fruna yang sedikit demi sedikit tubuhnya menjadi salju.

“Beliau sengaja berbohong pada anda, agar anda bisa memakai kekuatan anda yang sesungguhnya. Yang Mulia Ratu tahu ia akan mati untuk memberikan gelar Raja pada anda. Hanya itu yang bisa saya sampaikan, selamat atas keberhasilan anda menjadi Raja di Frozen Land. Mungkin akan ada perang selanjutnya, rakyat akan memberontak tetapi saya yakin anda bisa menaklukkan mereka semua. Dan menjadi Raja sesungguhnya di Frozen Land.” Lanjutnya kini hanya tinggal kepalanya saja yang sedikit demi sedit menjadi salju.

“Semoga anda mengerti yang dilakukan Yang Mulia Ratu pada anda.” Kini seluruh tubuh dan kepala Fruna menjadi salju dan jatuh ke tanah.

Spike terdiam, ia menundukkan kepalanya terputar kembali ingatan bersama Lania sepulu tahun terakhir ini.

"Pergilah, aku tidak ingin melihatmu.” Ucap Spike saat itu.

“Aku hanya ingin melihat puteraku berlatih, aku ingin melihat sejauh mana kekuatanmu itu.“ Jawab Lania sedikit kesal.

“Kau menyebalkan sekali, dasar nenek sihir.” Bantah Spike.

“Ibu …” Gumam Spike.

“Spike, cepat makanlah.” Panggil Lania saat itu sudah menyiapkan makan siang untuk Spike.

“Kau ingin membunuhku dengan makananmu?!” Tanya Spike sinis.

“Tidak, aku hanya-”

“Sudahlah, kau sangat mengganggu.” Potong Spike lalu berjalan meninggalkan Lania, Spike melihat raut wajah Lania yang menjadi murung tetapi tidak ia hiraukan.

“Ibu …” Air matanya mulai membendung.

"IBBBBUUUUUUU!!!!!!!" Teriakannya mengguncang daratan Frozen Land.

Spike mengamuk, dia memukulkan kapak miliknya berkali-kali ke tanah hingga membuat gempa bumi di daratan Frozen land. Tangisannya terus terurai seraya amukannya yang semakin membabi buta.

"Apa ini?!" Jave yang berhenti melangkah saat merasakan getaran di tanah, ia sudah berjalan hingga mencapai perbatasan pulau Frozen Land.

DUUMM

"Kenapa!!!"

DUUMM

"KANAPAAA!!!!" Teriak Spike seraya mengeluarkan sihir dari tangannya dan melemparkan bola-bola es raksasa ke arah istana yang berubah menjadi bom besar saat es itu mengenai bangunan megah yang tinggal menunggu waktu untuk rata dengan tanah akibat pertarungan Spike dengan Lania.

"Apa yang terjadi disana?!! Kita harus memerikasanya Red!" Ucap Jave saat melihat ke arah istana runtuh yang terlihat dari perbatasan pulau.

Seketika Jave berlari melewati para monster yang berlari ke segala arah karena ketakutan, Jave menuju ke arah istana saat merasakan hal buruk sedang terjadi pada Spike.

"AAAAARRRGGGGG!!!!" Kapak milik Spike dilemparkan ke arah sebuah pohon besar yang kini terlihat separuh hancur.

Pohon itu mengingatkannya kembali pada sebuah penyesalan yang tidak akan pernah bisa dia ulang kembali untuk memperbaikinya. Pohon saat kenangan masa kecilnya selalu menjadi tempat berlatih Spike dengan Jave.

“Pangeran!! Biar aku yang menyembuhkanmu.” Ucap Lania saat mendapati Spike terkena luka bakar saat berlatih dengan Jave.

“Singkirkan tanganmu, aku tidak membutuhkan bantuanmu.” Tolak Spike dingin.

"Tap-"

“Pergilah!” potong Spike, Lania terdiam lalu bangkit dan pergi dari kamar Spike.

“Maafkan aku …”

"... Maafkan aku." Ucapnya lagi sambil mengepalkan kedua tangannya.

BUGG

BUUGG

BUUG

Tanganya beberapa kali memukul tanah seolah memukul dirinya sendiri agar merasakan rasa sakit yang Lania rasakan saat Spike selalu menghujatnya.

"AAAARRGGG!!!" Teriakannya melolong kencang dengan tangan merentang setelah menyibak rambutnya dan menjambak dengan penuh amarah.

DDDUUUMM

Sebuah ledakan muncul dari tubuh Spike hingga suaranya terdengar dari kejauhan diikuti dengan gelombang angin dingin yang sangat kuat hingga mementalkan tubuh Jave dan Red yang berlari ke arah istana.

Sebuah cahaya biru seperti laser membumbung tinggi ke langit hingga membuat awan disekitarnya menggelap dan menyambarkan petir.

"Kekuatan macam apa ini!?" Jave terbelalak melihat semua itu.

Ledakan dan cahaya biru itu berasal dari kekuatan yang keluar dari tubuh Spike. Hatinya yang terluka dan sangat marah pada dirinya sendiri membuat emosinya meledak hingga tanpa sadar seluruh kekuatannya yang terpendam itu keluar. Tubuh Spike melayang di udara di tengah-tengah sinar biru yang menyelimuti dirinya hingga membumbung tinggi.

Angin mulai bertiup kencang, awan hitam mulai memenuhi langit yang luas. Awan itu kini terlihat hingga daratan benua Aisha. Para anggota Seven Knight yang berada di tempat itu tercengang melihat cuaca yang tiba-tiba menjadi buruk. Namun mereka tidak menyadari bahwa cuaca buruk itu karena ulah Spike. Badai salju turun dengan sangat cepat dan menjadi badai salju terganas sepanjang sejarah Frozenland. Ingatannya tidak bisa berhenti melayang mengingat kesalahan yang terus dia buat di masa lalu

“Selamat atas ulang tahunmu yang ke 20.” Ucap Lania saat melihat Spike datang ke singgasananya.

“Aku tidak perlu ucapanmu ataupun hadiah darimu.” Jawab Spike sinis.

“Kau tahu aku selalu berdoa apa saat hari ulang tahunmu?” Tanya Lania.

“Aku tidak ingin tahu.”Jawab Spike angkuh lalu berbalik meninggalkan Lania.

“Aku selalu berdoa agar aku dapat menyentuhmu.” Jawab Lania, saat itu Spike tidak mengerti dengan perkataan Lania.

Emosinya terus memuncak pancaran sinar yang mengeluarkan spirit dari tubuhnya terus membumbung tinggi dan semakin melebar. Jave yang mencoba memerhatikan sekitarnya dia mendapati tubuh Lania yang membeku dalam Kristal es. Jave terbelalak seraya memalingkan wajahnya menuju cahaya yang baginya terlihat menyeramkan.

Pandangannya sedikit memudar karena badai salju hingga dia sulit memastikan jika yang ada di dalam cahaya itu adalah Spike. Jave melangkah mendekat hingga dia menemukan Spike yang memang benar-benar berada didalamnya. Jave yang kini terlihat sudah berada di hadapan Spike perlahan melangkah dengan menutup wajahnya.

Langkagnya sangat terlihat berat akibat angin dan badai dasyat yang berhembus kencang dari pancaran sinar yang keluar dari tubuh Spike itu. Saat Jave mencoba meraih tangan Spike tubuhnya terpental jauh karena Spike yang kembali berteriak membuat gelombang angin seperti pertama.

"Sepertinya aku akan mati membeku jika menyentuh cahaya itu! Tapi Spike ..." Jave sungguh sangat takut akan cahaya yang menyelimuti tubuh Spike. Karena cahaya itu dapat membekukan apapun yang menyentuhnya dalam hitungan detik.

"Namun Spike sangat membutuhkanku! Aku tahu dia seperti ini karena penyesalannya yang sudah membubuh ibunya sendiri!!" Jave mendengus kasar.

"Siaal!!! Ini demi sahabatku!!" Seraya kembali berjalan Jave mencoba menyadarkan Spike sebelum seluruh kekuatannya lepas tidak terkendali dan membuat tubuh Spike meledak dengan cahaya itu.

"Spike!!! Cukup!!!" Teriak Jave yang diselimuti salju di tubuhnya.

"Spike! Kau hanya akan mensia-siakan hidupmu!! Spikee!! Sadarlah!!" Teriak jave tidak sedikitpun membuat pandangan Spike tertuju padanya.

Mata Spike dengan wajah yang mendongak ke langit itu terlihat mengekuarkan cahaya yang sama, tidak hanya mata, mulutnya yang terbuka pun mengeluarkan cahaya itu. Hal itu membuat Jave semakin khawatir akan kematian Spike. Namun jika Jika dia menolong Spike, dia yang akan terbunuh.

"Spike!!!" Tangannya mulai merogoh tangan Spike yang terkurung cahaya biru.

"AAARRRRGGG!!!!" Perlahan tangan Jave mulai membeku dengan kristal-kristal es menjalar menuju tubuhnya.

"Sedikit lagi!!" Tangan Jave sudah meraih jemari Spike "Spikee!!!" Saat tangan Jave menyentuh Spike perlahan Spike jatuh melayang  dan kekuatannya perlahan memudar.

"Spike!! Cukup!" Lirih Jave dengan mata sayu yang menandakan jika dia bisa merasakan apa yang Spike rasakan.

Pandangan Spike menatap lekat pada Jave dan seketika Jave memeluk tubuh sahabatnya itu.

“Maafkan aku …”Gumam Spike lagi.

I Love you … My son …” Terngiang lagi terakhir kali Lania mengatakan sesuatu pada Spike sebelum senjata Spike membunuh ibunya sendiri.

“Maafkan aku …”Kini air mata Spike tidak dapat di bendung, sebenarnya ia sudah menyayangi Lania sebagai ibunya. Akan tetapi dendamnya menepis rasa itu pada Lania.

Bulir-bulir air mata yang segera menjadi kristal es berjatuhan dari mata Spike yang terlihat sangat sedih dan menyesal. Tangannya mengepal keras seraya membungkuk duduk di singgasananya. Air mata rengekan seorang anak balita baru muncul setelah bertahun-tahun lamanya. Tangisan tulus penuh penyesalan, tangisan hampa jawaban, tangisan bukti kesombongan, tangisan yang mencairkan dendam.

Kini ia merasa seperti anak yang durhaka, ia menyadari itu. Menyadari jika ia sudah menyayangi Lania sebagai ibu. Segala macam perhatian yang diberikan padanya seakan memberi tahunya jika selama ini Lania mencoba memperbaiki kesalahannya dahulu. Bahwa Lania hanya ingin menebus masa-masa dimana ia tidak bisa memberikan kasih sayangnya untuk Spike.

Spike bangkit lalu mendekati tubuh Lania yang membeku. Spike merentangkan tangannya sehinga salju-salju berterbangan lalu mengelilingi Kristal es yang membekukan Lania. Semakin lama salju itu bergerak cepat sehingga membentuk ukiran sedikit demi sedikit Kristal es abadi itu.


“Hanya ini yang bisa ku lakukan dengan membuat makam untukmu,” Ucap Spike pada makam Lania.
“Aku menyayangimu, ibu.”Lanjut Spike menatap lembut.

Awan yang sejak awal pertemupuran sudah menggelap dan kini angin berhembus kencang dengan salju mengelilingi tubuh Spike, hingga ia merasakan sebuah pelukan hangat dari belakang.

“Terima kasih, anakku.” Spike menoleh ke samping, telihat wajah Lania yang transparan.

“Ibu ...” Panggil Spike lirih, Lania tersenyum lalu terbang ke atas dan sinar matahari mulai menyinari makam Lania.

“Aku menyayangimu sampai kapanpun.”kata Lania untuk terakhir kalinya, tubuhnya yang transparan itu sedikit demi sedikit menghilang, Spike tersenyum hingga akhirnya ia tidak dapat melihat Lania lagi.

Spike berbalik menghembuskan nafasnya kasar, lalu ia meninggalkan makam Lania dan keluar dari reruntuhan istana di ikuti Jave.


‘Aku akan membuat seluruh daratan Asgar menjadi seperi Frozen Land, untukku dan untukmu, ibu.’ Batin Spike.

Setelah melewati reruntuhan berbentuk gua, di luar gua itu Spike sudah di kejutkan dengan semua para penghuni Frozen Land. Semua mulai mengamuk saat Spike terlihat, mereka sangat marah ketika Ratu Frozen Land mati. Mereka mengetahuinya saat Frozen Land sudah mulai mencair.

“Sepertinya aku harus meyakinkan mereka dengan kekuatanku,” Gumam Spike. “Lihatlah ini, Ibu. Aku akan menunjukan padamu bahwa aku layak menjadi King of Ice Spirit.” Lanjutnya, Spike berlari sambil membawa senjatanya dengan penuh semangat bersama dengan Jave dan Red.

“Hiiiiaaaattt…”







~END~

Terimakasih untuk semua dukungan kalian yang mau baca cerpen ini. Makasih juga untuk bantuan dari kedua author yaitu bang Adhan bagian action, dan Hana bagian revisi.

Salam dingin dari kami POISON EXPERT,

~ FuraZaoldyeck
~ hanaerfiraa
~ Ram_Adhan

Sampai jumpa di tugas kami selanjutnya ♡
you all

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top