Chapter 2
Setelah mereka sampai di basecamp yang dibangun para prajurit Rudy, Eileene langsung menyerahkan Rachel pada para Healer. Spike dan Jave duduk di depan tenda yang dibangun dengan api unggun yang menyalah terang di depan mereka. Rudy dan Eileene duduk bersebrangan dengan Spike dan Jave. Senja berganti malam yang kian menurunkan suhu udara.
“Bisa kalian jelaskan apa yang terjadi?” Tanya Spike sambil melepaskan gigitan Red di tangannya.
“Aku tidak tahu, perang terjadi dimana-mana dan yang menyebabkan semua itu adalah Pascal dan Dellons. Evan dan Karin ingin menyelamatkan dunia tetapi Dellons membutuhkan Karin untuk melancarkan rencananya. Karena itu kita harus membunuh Karin untuk menggagalkan rencananya, tetapi Evan justru melindungi Karin.” Jelas Rudy sambil memijat keningnya, Spike melirik ke arah Jave.
“Kau mengenal bocah yang bernama Evan dan Karin?” Tanya Spike pada Jave.
“Tidak, yang mengenalnya dekat hanyalah Rudy. Rudy adalah mentor bocah yang bernama Evan itu.” Jawab Jave sambil mencoba melepaskan gigitan Red yang kini berada di kepalanya.
“Sebaiknya kau beri Red makanan, Jave. Ia sudah kelaparan, atau kau akan hangus terba-” Ucapan Spike terhenti saat Red menyemburkan apinya ke kepala Jave.
“Sepertinya aku telat memberitahumu.” Lanjut Spike, Rudy langsung memberi Red daging panggang yang sudah matang.
Dengan lahapnya Red memakan daging yang di berikan Rudy, sedangkan Jave membersihkan wajahnya yang sedikit gosong karena semburan api Red. Eileene terkekeh melihat Jave yang sedikit kesal karena kelakuan Red.
“Baiklah, kita akan istirahat beberapa hari sebelum melanjutkan perjalanan menuju Kerajaan Pascal.” Ucap Rudy sambil berlalu pergi kedalam tenda miliknya.
Sedangkan Eileene pergi melihat kondisi Rachel, Spike kembali melirik Jave yang masih sibuk membersihkan wajahnya ia lalu bangkit meninggalkan Jave sendiri. Masuk kedalam hutan Spike membekukan sekitarnya dan membuat tempat untuknya beristirahat. Luka-lukanya mungkin akan sembuh dengan sendirinya, karena itu ia tidak membutuhkan pertolongan para healer untuk menyembuhkan lukanya. Jave yang merasa ditinggal sendiri akhirnya membawa Red yang masih menyantap makanannya masuk ke dalam hutan. Ia tahu Spike mirip dengannya tidak menyukai keramaian manusia.
Setelah beberapa hari beristirahat dan menyembuhkan semua luka para prajurit kini Rudy, Eileene, Rachel, Spike, dan Jave melanjutkan perjalanan menuju Kerajaan tempat tinggal Kaisar Pascal yakni Dark Sanctuary. Langit mulai berubah warna menjadi merah kehitahaman, tumbuh-tumbuhan melayu karena kekuatan Dewa Penghancur di sekitar mereka.
“Ini buruk, apa yang sebenarnya Pascal lakukan?!” Ucap Rudy saat melihat daratan Dark Sanctuary yang gersang dan di penuhi aura kegelapan.
“Jangan banyak bicara, cepat selesaikan apa yang terjadi di depan sana.” Jawab Spike dingin sambil mendahului Rudy
“Sepertinya Spike merindukan Frozen Land.” Jave terkekeh, Spike berhenti melangkah lalu menatap tajam Jave.
“Apa?” Tanya Jave.
“Dua wanita di belakangmu itu, apa mereka berdua sudah bisa bertarung?” Jawab Spike sambil menunjuk Eileene dan Rachel.
“Tenang saja, kami sudah bisa bertarung bahkan mengalahkanmu.” Jawab Eileene sambil tersenyum menahan geramannya.
“Baguslah, ku harap kalian berdua tidak menggangguku.” Jawab Spike sambil berlalu.
“Setelah perang ini selesai bolehkah aku memukulnya?” Tanya Eileene pada Jave.
“Aku akan membantumu jadi tenang saja.” Jawab Jave sambil mengacungkan jempolnya.
“JAVE!!!” Panggil Spike yang sudah menjauh dari mereka.
“Pendengarannya tajam sekali.” Jave bergidik ngeri, Rudy dan Rachel hanya terkekeh dengan kelakuan Jave.
Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan, bersiap-siap jika para Four Lord akan menghadang kembali. Teringat pertarungan mereka melawan Lu Bu dan hampir saja mereka kalah jika saja Rin anggota Four Lord lainnya tidak datang. Mereka sudah memasuki wilayah istana tetapi tidak ada tanda-tanda dari sang Four Lord. Tidak ada tanda-tanda kehidupan yang terasa, lalu tiba-tiba saja aura kegelapan sangat terasa. Seseorang dengan cepat langsung datang dan menghantam Rudy.
Trang!!!
Rudy sukses menangkis serangan orang itu, orang itu lantas meloncat mundur. Semua orang menatap lelaki yang baru saja menyerang Rudy. Lelaki itu berdecih lalu menegakkan tubuhnya.
“Kalian terlalu lama.” Ucap lelaki itu.
“Kau masih saja kasar, Kriss.” Jawab Eileene sambil bertolak pinggang.
“Aku sudah menunggu kalian sejak kemarin.” Jawab lelaki itu mendekat.
“Hehe … maafkan kami, salah satu Four Lord menghadang jalan kami.” Jawab Jave, Kriss lalu melihat ke arah Jave dan Spike.
“Tidak kusangka, Ice Berseker sombong itu datang dengan kalian.” Kriss tersenyum sinis ke arah Spike.
“Aku tidak berniat ikut, jika saja Jave tidak memohon.” Jawab Spike dingin.
“Seperti biasa, kesombonganmu tidak diperlukan di sini.” Kali ini Eileene yang menjawab.
“Baiklah bisakah kalian berhenti bertengkar hari ini saja? Musuh kita kini berada di depan sana.” Rudy menengahi, Jave hanya tertawa bersama Rachel.
Mereka kembali berjalan memasuki istana. Dan disana mereka bertemu, Dellons, Bai Jiao, dan Pascal yang menduduki singgasana.
“Selamat datang di Kerajaanku.” Sambut Pascal, kini yang berada di aula singgasana itu hanyalah para Seven Knights dan tentunya Pascal dengan tangan kanannya Bai Jiao.
Pascal
Pascal menuruni tangga singgasananya sedangkan para Seven Knight bergerak mundur perlahan. Pascal menyeringai meski ia memakai topeng, tetapi para Seven Knight tahu apa yang di balik topeng Pascal. Pascal merapalkan beberapa mantera dan kini terlihat lingkaran sihir yang berada di bawah kaki mereka masing-masing.
“Apa yang terjadi?!” Jave mulai panik.
“Kalian sudah berkumpul, tiba saatnya kebangkitanku sebagai dewa yang sesungguhnya!” Jawab Pascal.
“Apa yang kau lakukan, Pascal!?” Rudy berteriak
“Aku akan memusnahkan tubuh manusia lemah ini dan menjadi dewa. Dan dunia ini akan menjadi milikku!” Jawab Pascal dengan mulai kembali merapalkan mantra.
“Kau pikir kami akan membiarkan itu terjadi?!” Kata Rachel lalu mulai menyerang Pascal diikuti lainnya.
Semua orang berlari menuju Pascal yang terlihat terkekeh meremehkan para seven knight yang berlari menyerang dirinya.
Kriss yang berlari dipaling depan seolah sudah tidak sabar ingin membunuh Pascal. Mengawali serangan mereka, Kriss memberi Pascal sebuah ucapan selamat datang dengan mengeluarkan kekuatannya.
"Strike Of Darkness!!!" Teriak Kriss seraya meloncat ke udara dengan gerakan Rolling lalu menukik tajam ke arah Pascal dengan pedang yang siap menebas musuh di hadapannya. Genggaman kedua tangannya semakin mencengkram kuat, memastikan jika serangan itu tidak akan menjadi sia-sia.
DUMMM
Benturan keras memekakkan telinga semua orang. Para Seven Knight menghentikan langkah mereka sesaat kala suara dentuman itu diikuti sebuah gelombang angin yang sangat kuat hingga beberapa diantara mereka harus menancapkan senjata agar dapat bertumpu pada sesuatu.
Asap tebal yang menyelimuti Kriss dan Pascal perlahan memudar. Siluet hitam bayangan tubuh mereka berdua tergambar pada asap yang mengepul itu. Sebuah sayap kelelawar yang membantu Kriss untuk terbang masih terlihat mengepak perlahan menutup.
BUUGGG
Hantaman keras didapati Kriss dari Pascal. Sebuah tendangan bersarang di lambungnya hingga membuat Kriss memuntahkan sedikit darah dari mulutnya seraya terhempas jauh dan menghantam tembok istana hingga membuat tembok itu runtuh.
Tatapan Pascal menajam, mata itu tertuju pada para Seven Knight yang seolah berkata, 'siapa lagi selanjutnya?' Sudah dipastikan jika serangan Kriss tidak berefek kepada Pascal. Kepala yang diselimuti topeng itu begerak seolah mematahkan lehernya sendiri untuk meregangkan otot-otot leher dan pundaknya yang sempat dihantam oleh senjata Kriss.
"Siapa selanjutnya?" matanya menyipit tajam menatap Rachel.
"Sialan!!!" Umpat Jave lalu berlari ke arah Pascal ditemani Red yang terbang di sekitarnya.
Tiba-tiba Rachel berlari lebih cepat dari Jave dan melewatinya hingga membuat Jave terbelakak saat melihat Rachel dengan tatapannya yang menyimpan satu kebencian.
"Pheonix!!!" Rachel menghunuskan pedangnya ke udara, seekor burung Pheonix raksasa keluar dari dalam tanah dengan api yang menyala di sekitar Rachel dan Pheonix itu. Udara panas menyelimuti ruangan di sekitarnya.
Hunusan pedang yang mengarah ke udara itu seketika diarahkan oleh Rachel ke arah Pascal, gerakan itu memerintahkan burung Pheonix untuk menyerang Pascal. Decitan yang mirip dengan suara elang itu mengiringi gerakan burung Pheonix yang terbang menukik tajam ke arah Pascal yang tak bergidik sedikitpun.
DUMMM
"Jave!" teriak Rachel kepada Jave seraya memberikan kode dengan gerakan tangannya untuk meneruskan serangan.
"Hmm." Jave mengangguk tanpa menghentikan larinya dan memutar ke arah punggung Pascal, mencoba menyerang pria bertopeng itu dari arah berbeda.
"Dragon Fury!!" ucap Jave seraya meloncat diikuti Red.
Sayapnya mengepak lambat tubuhnya tegap dengan dada yang membusung. Tarikan nafas panjang Red menghasilkan sebuah semburan api yang sangat besar. Tidak akan ada manusia yang selamat jika menerima serangan double attack seperti itu. Api Pheonix berpadu dengan api naga, api yang menyala-nyala itu pun membumbung tinggi dan meninggalkan asap hitam tebal.
Suara derap langkah kaki terdengar dari balik kobaran api itu. Suara langkahnya semakin cepat dan membuat Rachel juga Jave tidak bisa berkata apapun saat melihat Pascal yang berlari menuju ke arah Rachel tanpa luka yang dia terima sedikitpun.
"Hanya itu kemampuan kalian?" senyum di balik topengnya meremehkan para seven knight.
"Sekarang giliranku!!!"
Pascal yang tengah berlari langsung melancarkan serangannya pada Rachel.
Traaank
Traaankk
Tebasan pedang dan tongkat saling beradu, Rachel hanya mampu menahan serangan Pascal yang membabi-buta hingga dirinya sulit untuk berbalik menyerang.
Spike dan Jave serta yang lainnya ikut menyerang Pascal, tidak terkecuali Kriss yang sesaat lalu tersungkur di sudut ruangan. Mereka semua bertarung melawan satu orang musuh yang sama, hal itu dilakukan karena melihat serangan dari tiga anggota Seven Knight pun tidak bisa melukai Pascal sedikitpun. Sebuah Shield yang menyelimuti tubuh Pascal adalah jawaban mengapa dia sulit sekali untuk dikalahkan bahkan dilukai meski hanya sedikit saja.
Spike menghantam punggung Pascal yang sedang melancarkan sebuah pukulan menggunakan tongkatnya pada Rudy, serangan yang di lontarkan oleh Spike hanya mampuh mengalihkan perhatiannya saja untuk sesaat.
Serangan Spike itu dikembalikan dengan sebuah ayunan tongkat sihir yang berkepala besar dan tajam seperti sebuah tombak atau kapak raksasa.
Spike yang terpental masih mampuh menahan menerima serangan itu, tubuhnya yang terpental secara spontan tergantikan oleh gerakan Rolling Backroll yang dilakukannya agar tidak jatuh menghantam tanah atau dinding seperti Kriss. Spike berhasil mendarat sempurna dengan kedua kakinya dan sebelah tangan menyentuh tanah. Dia kembali berlari dengan sorot mata yang menggambarakan amarah.
BUUUUGG
Sebuah tendangan dengan sukses bersarang di tubuh Rachel yang langsung terpental jauh.
Saat tubuhnya menyentuh lantai beberapa kali tubuh Rachel terpental dan kembali menghantam lantai --seperti sebuah batu kerikil yang dilemparkan ke sebuah danau-- hingga akhirnya tubuh gadis itu terseret.
Tanpa memperdulikan Rachel, Eileene yang berdampingan dengannya terus melawan Pascal, bukan karena dia tidak perduli dengan temannya itu tetapi sebuah amarah muncul saat Eileene melihat tubuh Rachel terpental.
Rudy terus menangkis dan mengelak dari serangan yang dilontarkan Pascal kepada dirinya dan yang lain. Sebuah ayunan tongkat sihir milik Pascal tinggal beberapa inci hingga menghantam wajah Rudy.
Traaankkkk
Serangan itu mampuh dihentikan oleh Rudy, namun tetap wajahnya tergores luka kecil akibat pedang yang digunakannya untuk menangkis serangan itu terlalu dekat wajahnya. Tangan kanan Rudy menggenggam pedang miliknya, sedangkan tangannya yang sebelah kiri mencengkram kuat tongkat milik Pascal. Sebuah tongkat sihir yang sekilas terlihat seperti sebuah kapak dengan mata pisau berbentuk sayap kelelawar pada kepala kapak itu.
Tangan Rudy meneteskan darah karena mencengkram bagian tajam pada tongkat itu. Tindakan Rudy itu membahayakan nyawanya jika saja Pascal merapalkan sebuah mantera dan mengeluarkan sihir berbahaya pada tongkatnya.
"Eileene, sekarang!!!" Teriak Rudy pada Eileene.
"Baiklah!" Sahut Eileene seraya meloncat jauh ke udara. "Rasakan ini, sialan!!! Calestial Bolt!!!"
Sebuah tombak meluncur lurus menukik tajam ke arah Pascal. Tombak itu seolah memiliki Spirit, saat menungkik tombak itu berubah menjadi sangat besar dan menancap tepat dengan Pascal yang terkena serangan itu.
DDUUUMMMM
Sebuah sambaran petir menggelegar merambat pada tombak yang menjadi tombak raksasa itu.
"Apa kau menikmati pertunjukannya?" Eileene bergidik ngeri saat mendengar suara seseorang berbisik di telinganya.
Pascal, dia berteleportasi dengan manteranya sesaat sebelum petir mnyambar tubuhnya. Kini dia tiba-tiba berada di balik pandangan Eileene yang terbelalak mengetehui jika lawannya sangat kuat dan sulit untuk dilukai. Semua pandangan tertuju pada Eileene dan pascal.
Wushh
Seketika Pascal terbang di udara meninggalkan Eileene. Namun Eileene tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya berada, dia masih berdiri dengan tatap kosong seolah sedang bertatap muka dengan malaikat pencabut nyawa.
"Eileene!!! Pergi dari sana!!" Teriak Jave.
"Gaiaaaa ...," Suaranya mendesis seram membuat Eileene semakin terpaku dalam diamnya, kedua tongkat sihir milik Pascal diacungkannya ke udara dan seketika melesatkan sebuah bola api ke arah Eileene saat tongkat itu dikibaskan.
"Force!!!"
Jave dan Rudy yang mencoba meraih Eileene tidak berhasil membebaskan Eileene dari serangan itu.
DUUUMMMM!!!
Mereka berdua terpental karena gelombang udara panas yang dihasilkan oleh ledakan besar bola api milik pascal.
"Sialll!!! Semua kekuatan Seven Knight tidak ada yang mampu melukainya!" Dengus Spike dengan kesal. "Jika aku mencoba menggunakan kekuatanku pun aku yakin hal itu tidak akan berpengaruh padanya!"
"Masih ada yang ingin bersenang-senang denganku?" Semua orang terdiam, terengah-engah dan terlihat putus asa melihat kekuatan Pascal yang hingga saat ini belum tertandingi.
"Baiklah jika tidak ada ... Ini waktunya kalian untuk mati!! Hahahaha ..." Pascal sungguh terlihat bersenang dengan pertunjukan yang dia buat.
"Aku lah dewa yang sesungguhnya!! Berlututlah padaku, sampah!!" Pascal mendengus kejam dengan sarkasme dia menghina anggota Seven Knight yang menghalangi jalannya.
"Titan Of Calamities!!!" Teriakan Pascal membawa aura kegelapan menyelimuti istana, awan hitam dengan langit merah kehitaman menghiasi kekuatannya, semua orang tampak tercengang dengan apa yang mereka saksikan.
Perlahan sebuah awan hitam pekat menjulang tinggi.
ROOOAARRR
Auman sesosok monster atau makhluk dari balik awan hitam itu membuat para Seven Knight semakin bergidik ngeri.
"Aku adalah dewa!!!" Sebuah perwujudan sosok Titan atau manusia raksasa terlihat berada di hadapan para Seven Knight.
Bai Jiao
“Jika seorang berdarah campuran mencoba meraih kekuatan sebesar itu sudah jelas inilah yang akan terjadi.” Ucap Bai Jiao sambil terkekeh yang berada di dekat singgasana, ia adalah tangan kanan Pascal.
"Sial! Dia merubah wujudnya!!" Ucap Spike.
"Sepertinya kita mustahil untuk mengalahkannya saat ini." Tukas Rudy.
"Red, apa kau siap?" Tanya Jave kepada Red yang tidak terlihat ketakutan saat melihat wujud perubahan pascal.
"Kita harus menyerangnya secara bersama-sama, dengan begitu kekuatan yang kita pakai akan terkumpul dan mungkin mampu menembus pelindung miliknya." Ucap Kriss.
"Kriss!" sahut Spike.
"Kau dan aku, kita lepaskan serangan pada Pascal, mengingat kekuatan kita belum terpakai sepenuhnya, kita masih mampu mengeluarkan jurus-jurus kita, dan luka kita pun tidak terlalu parah." Ucap Spike kepada Kriss.
"Jadi si Ice Berseker ini, kini memerintahku?" Dengus Kriss.
"Jika kau ingin menghabisiku habisi saja dulu musuh dihadapan kita!" Jawab Spike santai.
"Aku akan menyerangnya pertama, selanjutnya kau saat seranganku berhasil mengenainya." Ucap Kriss sambil berlalu.
"Strike Of Darkness!!!" Sambil berlari menuju Pascal, Kriss mengeluarkan spirit dari tubuhnya, aura kegelapan terpancar di sekliling tubuhnya.
Tebasan pedang dengan aura kegelapan bertubi-tubi di lontarkan Kriss. Pertarungan sengit terjadi antara Pascal dan Kriss.
Spike yang menunggu untuk melancarkan serangannya bergerak mendekati Pascal dengan ayunan kapak besar miliknya untuk membantu Kriss dengan pedangnya yang memancarkan aura kegelapan.
Trankkk
Slasssh
Sebuah hantaman pedang Kriss di susul tebasan Kapak milik Spike membuat Pascal menjauh satu langkah dari keduanya. Tebasan kapak itu berhasil menyentuh tubuh Pascal namun nihil, tidak ada luka robek sedikitpun pada otot-otot Pascal.
"Severe Cold ..." teriak Spike seraya meloncat dengan kapak besar yang menjunjung tinggi di atas kepalanya, di hantamkan kapak itu ke tanah yang seketika berubah menjadi lembah es. "Earthquake!!!"
Duuumm
Sebuah gelombang pecah bersamaan dengan runtuhnya bongkahan Es yang menjadi pijakan Pascal.
"Hebat juga kalian berdua! Bisa membuatku berkeringat!" Ucapannya meremehkan Spike dan Jave.
WUUSSHHH
Sebuah semburan api menyembur dan membakar tubuh Pascal. Dibalik semburan yang diciptakan oleh Red itu Jave muncul dengan tebasan pedang Ultima Weapons miliknya.
Splassh
Splashhh
Gerakannya lincah menebas tubuh Pascal, pria bertopeng itu balik menyerang dengan tebasan kedua tongkat sihir miliknya.
Traannkk
Sebuah sabetan pedang yang berbenturan dengan tongkat Pascal. Geraman Jave yang dengan susah payah menahan dorongan kedua tongkat milik pascal.
Splashh
Plashhh
Tebasan pedang berhasil membuat Pascal menghindar karena sadar serangan itu cukup kuat dan tidak sempat dihindari oleh Pascal.
"Evan?!" Sahut Rachel dan Eileene.
Evan
Saat mendengar nama itu seluruh anggota Seven Knight memalingkan wajahnya ke arah datangnya pemuda yang bernama Evan itu. Terlihat Evan menyerang Pascal yang dibantu oleh Karin.
Karin
"Tidak ada waktu untuk berbincang!" Ucap Evan seraya menghunuskan tebasan-tebasan pedang miliknya. "Kalian akan menonton saja atau membantuku?" dengus Evan.
Dellons yang sedari tadi hanya menyaksikan hiburan yang diciptakan oleh Pascal, tersenyum menyeringai saat melihat sesosok gadis berparas cantik yang membantu Evan untuk menyerang Pascal. Kriss berlari membantu Evan, namun langkahnya terhenti saat Rudy mencegahnya.
"Biarkan saja!" Ucap Rudy dengan tatapan dingin menatap Evan.
Sesuatu sedang terjadi dalam pikiran Dellons beserta para anggota Seven Knight. Evan terpukul mundur, dengan beberapa luka di tubuhnya karena ia sendiri pun belum pulih. Dan saat itulah Pascal menyerang Evan dengan sinar di matanya.
“Lenyaplah!” Ucap Pascal seraya menyerang Evan, Karin yang melihat itu tidak tinggal diam.
“TIDAAAKKK!!” Karin berlari kearah Evan dan melindungi Evan dari serangan Pascal dan mengenai tubuhnya.
DUUMMMM
“Aaakhh!!!” Karin berteriak setelah terkena serangan Pascal.
“KARIN!!!” Evan berteriak, tiba-tiba saja tubuh Karin terangkat melayang di udara dengan tubuhnya yang mengeluarkan sinar.
“A-apa ini?” Rudy dan para Seven Knight terkejut saat melihat tubuh Karin bersinar.
Bai Jiao yang berada di dekat Dellons terkekeh melihat apa yang sedang terjadi. Dellons hanya melihat Bai Jiao sekilas lalu kembali menatap Karin.
“Hoo! Rupanya masih ada pemilik darah suci yang masih hidup! Sungguh mengejutkan. Dellons, ini di luar dugaan kita.” Kata Bai Jiao sambil menyeringai menatap Karin, Dellons hanya terkekeh sesaat lalu berjalan menghampiri Karin.
“Rudy! Lihat! Kurasa dia bereaksi dengan cahaya itu.” Kata Kriss saat melihat Karin.
“Cahaya apa itu? Kita harus menghancurkannya!” Jawab Rudy, Kriss melirik Rudy yang sepertinya merasa kesal.
Rudy langsung melesat bersama Kriss yang berada di belakangnya, tetapi sesat ia ingin menebas tubuh Karin ia terpental karena seseorang yang menghantam perutnya hingga beberapa meter. Kriss dengan mudah menangkap tubuh Rudy sambil menancapkan pedangnya ke tanah.
“Aku tidak akan membiarkan kau melakukannya.” Ucap seseorang yang kini memeluk tubuh Karin.
“Dellons!!!” Seru Rudy dan Kriss saat melihat siapa yang menendang Rudy tadi.
“Apa kau berniat mengacaukan segalanya hingga akhir?!” Teriak Kriss geram.
“Aku akan balas dendam atas penghinaan kalian padaku!” Jawab Dellons menyeringai, Rudy dan Kriss lalu berlari menyerang Dellons secara bersamaan.
SLAASHH
Tebasan pedang Rudy melesat menyayat udara, Dellons belum sempat menitipkan Karin pada Bai Jiao terpaksa menghindari serangan Rudy dengan bersusah payah, saat pedang itu hampir menyentuh wajahnya, Dellons kayang di bawah pedang Rudy yang masih mengayun, Karin yang tengah berada di pundaknya membuat tubuhnya sulit menahan berat tubuh Karin hingga keduanya terjatuh ke tanah.
Kriss menyeret pedang miliknya hingga merobek tanah seraya berlari menghunuskan amarah pada Dellons yang tergeletak di tanah.
SPLAAASHHH
Pedang itu diangkat dan seketika mencoba menusuk Dellons. Tubuh Dellons berguling dengan tangan yang masih memeluk Karin. Sadar akan posisinya yang terancam jika masih memegangi Karin, Dellons memaksa tubuhnya bangkit dengan cepat dan membawa Karin.
Wushhh
Angin bergerak berputar di bawah kaki Dellons yang terbang mundur membawa Karin. Tanpa bicara dan hanya menunjukan senyum bengis, Dellons menyerahkan Karin pada Bai Jiao dan langsung berlari ke arah Kriss dan Rudy.
Kriss dan Rudy tidak tinggal diam melihat lawannya berlari menyerang mereka. Keduanya berlari dengan tangan yang menggenggam pedang juga sebuah perisai di tangan Rudy.
Pergerakan mereka sangat cepat, Kriss berada di sebelah kiri Dellons dan Rudy di arah berlawanan.
Tinggal satu meter hingga mereka bertemu satu sama lain.
"Hiiiaaatt!!!" Teriak Kriss menyeringai.
Gerakannya kompak dengan Rudy, mereka membuat serangan yang sulit dihindari oleh Dellons. Kriss melakukan Slide Atack, dia meluncur di tanah dengan pedang yang siap menebas kaki Dellons.
Sedangkan Rudy sudah siap menebas tubuh Dellons saat ia meloncat menghindari serangan yang diberikan oleh Kriss. Rudy meloncat mendahului Dellons, bersiap menebas tubuh Dellons.
"Hmm ..." Senyuman sinis tersungging saat posisinya tidak memungkinkan lolos dari serangan itu.
Wusssh
Dellons meloncat vertikal diantara dua buah pedang di bawah dan atas tubuhnya. Sebuah elakan yang tidak terpikirkan oleh Kriss dan Rudy, tubuh Delon melayang vertikal sembari berputar seperti sebuah tornado.
Splaaashh
Slassshhh
Bukan hanya menghindari serangan, namun gerakan itu berhasi membuat sebuah luka tebasan pedang di bagian tubuh Rudy dan Kriss.
"Siiall!!" Dengus Rudy kesal sambil memegangi betis yang sempat disayat oleh Dellons dan tak sempat ditahan oleh prisai miliknya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Kriss dengan tetesan luka pada pinggangnya.
"Ya-" Perkataan Rudy tertahan.
"Ya! Aku baik-baik saja!" sambut Dellons yang tanpa disadari sudah berada dihadapan Kriss dan Rudy.
Kriss terbelalak melihat musuhnya semakin kuat dan cepat.
"Terima ini!!" Teriakan itu disambut dengan tebasan senjata sejenis Scythe yang terhunus ke arah Rudy.
BRRRAAKKKK
Prisai milik Rudy kini berhasil menahan serangan Dellons. Kriss tidak ingin tinggal diam menyaksikan itu semua. Pria itu sempat meloncat menghindari serangan Dellons dan kini hunusan pedangnya siap menyerang.
Swiing!
Tebasan yang ditangkis oleh senjata milik Dellons membuat percikan api karena bergesekan satu sama lain.
Bugh!
Sebuah tendangan bersarang di dada Dellons setelah adu pedang mereka berakhir. Tendangan itu tidak menggoyahkan sedikitpun tubuh Dellons. Kaki yang masih bersarang di dada Dellons itu terlihat digenggam oleh Dellons dengan sebelah tangannya. Kriss dan Rudy terbelalak melihat kekuatan itu. Senyum menyeringai dengan sorot mata tajam terhunus ke mata Kriss. Kriss hanya bisa bergidik seraya mencoba melepaskan pegangan Dellons pada kakinya, namun telat.
Senyum bengis Dellons membawa tubuh Kriss dihempaskan ketanah dengan sangat kuat dan kejam.
Dumm!
"Aaaarrgg ..." Kriss meringis menahan kesakitannya. Sebuah kawah kecil tercipta saat Kriss dibanting oleh Dellons.
"Rush!!" Teriakan Rudy berhasil menyelamatkan Kriss yang hampir saja dihina oleh Dellons dengan menginjak wajah Kriss yang tidak berdaya.
Tebasan pedang bertubi-tubi dengan cepat berusaha mencakar tubuh Dellons. Namun setiap tebasan yang dilepaskan Rudy mampu ditahan olehnya. Hingga Rudy meloncat ke udara dan menghunuskan pedang ke arah Dellons. Pedang yang terarah tepat pada Dellons itu seketika menjadi pedang raksasa yang siap menebas tubuh Dellons.
"Advent Grim Reaper!!!" Teriak Dellons yang seketika mengeluarkan sesosok Grim Reaper yang membawa sebuah Sycthe besar di genggamannya.
Tebasan pedang milik Rudy berhasil dipatahkan oleh Sycthe milik Grim Reaper yang berada dalam kendali Dellons. Tebasan pedang itu ditahan menggunakan kedua tangan monster raksasa itu.
Wussh
Sang monster berteportasi dan kini seketika berada dibalik pandangan Rudy.
"Tidaaaak!!!" Teriak Kriss melihat Grimm Reaper yang siap menebaskan Sycthe kepada Rudy.
Splashh
Sebuah cabikan Sycthe berhasil menghempaskan Rudy hingga tersungkur di tanah dengan luka yang cukup serius. Kriss yang menahan rasa sakit disekujur tubuhnya memaksa tubuh itu untuk berlari dan melompat ke arah jatuhnya Rudy. Usahanya tidak sia-sia Rudy berhasil di tangkap oleh Kriss
“Kalian sangat menyedihkan.” Kata Dellons dengan menampilkan devil smirk khas miliknya.
“Dari mana kau mendapatkan kekuatan sebesar itu?!” Tanya Kriss sambil terengah-engah.
“Ini adalah kekuatan Dewa Pengahancur yang sesungguhnya,” Jawab Dellons santai. “Aku sudah menyerap semua kekuatan itu.” Lanjutnya sambil menyeringai.
“Kau menyerapnya?” Rudy terlihat terkejut dengan perkataan Dellons.
“Jadi ini yang selama ini kau rencanakan?” Tanya Kriss sengit.
“Membuka segel kekuatan Dewa Penghancur, membawa semua Seven Knight ke tempat ini, memanipulasi Four Lords dan memulai perang. Bahkan menjerumuskan Kaisar pada jalan kegelapan. Ya, itu semua bagian dari rencanaku. Walaupun karena Evan rencana ini hampir gagal.” Jawab Dellons santai sambil mengangkat bahu.
“Jadi ... selama ini kau mempermainkan kami?!” Kriss menatap garang Dellons.
“Apa yang ingin kau lakukan dengan kekuatan itu!?” Teriak Rudy.
“Hahaha! Orang seperti kalian tidak akan mengerti …” Manik Dellons menatap sendu dalam beberapa detik lalu kembali menatap angkuh Rudy dan Kriss. ” …Hmph, aku tak punya pilihan selain membawa gadis itu. Sampai Jumpa! Senang bisa bermain dengan kalian.” Jawab Dellons sambil terbang dengan membawa Karin bersama dengan Bai Jiao, dan Pascal.
“KARIIIN!!!” Teriak Evan sambil berlari mengejar Karin, tetapi tiba-tiba saja ia kembali terpental jauh.
“Ugh …”Evan mencoba bangkit berdiri dengan pedang di tangannya, dilihatnya Spike menghalangi jalannya.
“Tidak semudah itu,” Jawab Spike menatap Evan tajam. ”Tugasku tidak akan selesai jika membiarkanmu pergi.” Lanjutnya.
“Sialan.” Desis Evan yang sudah mulai kelelahan. Evan berlari maju menyerang Spike, dengan mudahnya Spike menghindari serangan Evan bertubi-tubi.
“Cukup sampai disini saja perjuanganmu,” Spike berlari lalu meloncat dan mengahantamkan kapak besarnya ke tanah. ”Severe Cold Earthquake!” Seketika tanah membeku dan merambat kearah Evan.
Evan berusaha menghindar, tetapi karena terlalu lelah dan kondisi tubuh yang buruk kemudian tubuhnya membeku. Spike berjalan santai menghampiri Evan dengan raut tidak terbaca.
“Dengan ini semua akan selesai.” Gumam Spike, ia mengangkat kapak besarnya dan ingin menghantam tubuh Evan yang membeku.
“Hiiiaat!!!”
TRAAANG
Spike terkejut dengan kehadiran seorang lelaki yang tiba-tiba saja menghalanginya.
Bugh
Lelaki itu menendang Spike hingga memberikan jarak di antara mereka, lelaki yang memakai pakaian serba hitam dan membawa katana itu menatap datar Spike.
“Siapa kau?!” Tanya Spike yang kesal karena lelaki di depannya itu mengagalkannya mengeksekusi Evan.
“Teo, kau bisa memanggilku Teo. Kau tidak perlu tahu siapa diriku, tetapi yang jelas kau tidak akan ku biarkan membunuh pemuda ini.” Jawab lelaki itu sambil mengancungkan katananya pada Spike.
Teo
“Kita lihat, apa aku bisa membunuh bocah itu atau tidak.” Ujar Spike menyeringai.
Kapak besar milik Spike memberi tanda di tanah kala dirinya berlari menyerang Teo, sebuah ayunan kapak mendarat pada katana milik Teo.
Gerakannya berputar seperti baling-baling.
Traaankk
Traaankk
Putaran Vertikal kapak milik Spike ditahan dengan mudah oleh Teo sebelum gerakannya berganti menjadi sebuah ayunan yang melayang di atas pandangan Teo. Spike yang melompat saat kedua putaran baling-baling kapaknya berhasil ditepis oleh katana milik Teo, seketika menebaskan kapak itu ke arah Teo.
Teo berhasil menghindari serangan Spike, namun Spike tidak kehabisan akal, gerakannya yang responsif serta insting bertarung yang kuat membuat Spike melakukan sebuah tendangan dengan tumpuan kapaknya yang menancap ditanah. Tendangan itu di hindari teo dengan mudahnya.
"Permainan mu sungguh membuatku terkesan!" Dengan tatapan dingin ucap Teo pada Spike yang terlihat berlari dengan amarah yang sangat membara.
"Hhiaaaaat!!!" Teriak Spike.
Traank!!
Ayunan kapaknya yang terlihat kuat sangat mudah ditahan Teo dengan satu tangannya, benturan keras terjadi hingga kilatan cahaya terlihat dari kedua benda itu.
Teo menyelinap bergerak membungkuk ke arah pungung Spike. Gerakannya cepat namun masih bisa dihindari oleh Spike saat Teo akan memberikan sebuah goresan katana di punggung Spike. Spike membungkuk saat katana milik Teo hampir melibas lehernya dari arah belakang. Spontan Spike memutar badannya dan menghempaskan ayunan kapak. Teo berhasil meloncat menghindari kapak itu dengan sedikit membuat pergerakan kapak itu melambat karena ditahan menggunakan Katana.
"Sial!!" Spike meringis saat melitan Teo berada di atasnya. Pandangan Spike yang menyeringai dibalas wajah datar seolah Teo tidak takut akan hal apapun.
Trankkk
Trankkk
Keduanya saling menyerang dan menangkis serangan yang dilontarkan silih berganti.
Bugh!
Tendangan keras berhasil mendarat dengan mulus di rahang Spike hingga membuat wajah Spike sedikit mendongak menerima tendangan di rahang bawahnya. Spike membalas dengan ayunan kapak Zigzag dengan kliatan cahaya yang terpancar dari kapaknya yang terkena sinar matahari. Gerakan cepat kapak itu membuat kilatan cahaya membentuk huruf "X" selaras dengan gerakannya. Semua serangan spike berhasil dihindari dengan hanya gerakan tubuh Teo.
Kapak yang mengayun membentuk simpul X itu mendarat ditanah membuat tumpuan untuk tangan Spike yang menahan berat tubuhnya yang melayang saat Spike melancarkan sebuah tendangan keras pada Teo.
BUGGG
Tendangan itu berhasil menjauhkan Spike beberapa meter dari Teo.
"Talon ..." Teo bergerak membuat sebuah putaran dengan aura kegelapan yang kekuar dari tubuhnya, "Strike!!!" Tebasan Katana yang di hempaskan ke arah tanah membuat tanah yang dipijaki Spike retak dan seketika beberapa spirit hitam keluar dari dalam tanah merambat menuju arah Spike dengan cepat.
Kekuatan itu sulit dihindari oleh Spike karena kecepatan san banyaknya aura kegelapan yang keluar dari retakan tanah.
Splassshh
Aura kegelapan itu sangat tajam, tubuh spike seperti menerima puluhan sayatan pedang katana yang keluar dari dalam tanah.
"Aaaaaa!!!!" Teriak Spike meringis menahan rasa sakit yang diterimanya.
"Sial!! Kekuatan apa ini!!" Spike berlutut dengan kapak yang menjadi tumpuannya.
Tangannya memegangi tubuhnya yang tercabik-cabik dan mengeluarkan tetasan darah.
"Hmmm ..." Teo mendesis halus dengan wajah dan tatapan dingin yang berusaha menusuk tajam pada mata Spike.
"Aku tidak akan dikalahkan oleh mu! Sialan!!!" Tubuhnya kembali bangkit melawan rasa sakitnya.
Pertaruangan sengit kembali terjadi. Spike terus melancarkan serangannya bertubi-tubi. Dengan santai dan hanya menghugakan satu tangan Teo menepis setiap serangan yang dia terima.
TRAAANK
Benturan keras membuat Spike dan Teo berhenti sejenak, kapak milik Spike mencoba menekan posisi Teo, kapak itu ditahan oleh katana milik Teo yang berusaha didorong menggunakan kedua tangannya.
Spike menyeringai kasar beradu kekuatan dengan Teo, dia berusaha membuat Teo tersungkur karena menahan tekanan kapak raksasa milik Spike. Sedangkan Teo masih berwajah datar meski dan tidak memerlukan tenaga sedikit pun untuk melawan tekanan dari tenaga dan kapak Spike. Ekspresi datar itu membuat Spike semakin emosi karena merasa diremehkan oleh Teo. Spike melepaskan tekanannya dan melompat menjauh beberapa langkah dari Teo.
‘Aku masih memiliki satu serangan, semoga ini berhasil membuatnya lemah dan berhenti menunjukan ekspresi menyebalkannya itu padaku!’ Ungkap Spike di dalam hatinya.
"Severe Cold Strike!!!" Rapalan sebuah kekuatan yang tersisa dari Spike.
Udara disekitar mereka mendadak menjadi dingin dengan angin yang mengencang ke arah Teo. Spike yang melompat terbang keudara melontarkan serangannya dan ...
BOOOM
Sebongkah Es raksasa hampir menyerupai sebuah gunung es berhasil membekukan Teo di dalamnya.
"Terima itu sialan!!" Ucap Spike terkekeh.
Harapannya hanya tinggal pada kekuatannya yang berhasil membekukakn Teo. Beberapa saat Teo tak berkutik, membuat Spike merasa jika usaha membuahkan hasil. Spike berjalan dengan lemah menuju Teo yang membeku untuk menyelesaikan pertarungannya. Spike membulatkan matanya saat melihat Teo bergerak di dalam gunung es yang di buatnya.
BUUUUUMM
Spike dan anggota seven knight lain terbelalak melihat apa yang baru saja meledak dihadapannya.
"Ti-tidak mungkin!!" Ucap Spike tak percaya. "Siapa dia sebenarnya!!" Spike yang hanya bisa terpaku menyaksikan kekuatan Teo yang berhasil memecakan gunung es yang dibuatnya.
Mulutnya membeku tubuhnya sulit sekali digerakan karena terkejut melihat Teo yang seolah tidak terluka sedikitpun berlari menyeringai menghampirinya.
"Corvuse Eclipse Strike!!" Teo bergerak seirama dengan teriakannya. Aura kegelapan kembali menyelimuti tubuhnya.
Sebuah lingkaran hitam menyerupai gerhana menyelimuti Spike dan area disekitarnya. Spike terperangkap didalam lingkaran hitam itu. Entah apa yang akan terjadi padanya, Spike berusaha keluar dari situasi berbahaya yang menyerang dirinya.
Wiingggg
Splaaashh
Lingkaran gerhana itu tersayat oleh hunusan Katana Teo dari kejauhan. Gerhana yang dibuat Teo seketika terbelah menjadi puluhan puing kecil dengan Spike didalamnya. Tubuh spike yang lemah dan menerima serangan itu tidak sanggup bertahan lebih lama. Percikan darah Spike mewarnai gelapnya langit yang mengkelam karena kekuatan Teo.
Tubuhnya terhempas dan tidak mungkin lagi untuk melanjutkan pertarungannya dengan Teo. Spike berlutut menahan sakit di tubuhnya, di lihatnya Teo sudah mengancungkan pedangnya di depan wajahnya.
“Bodoh sekali ... Kalau saja kau diam saja hal ini akan berakhir dengan cepat.” Ucap Teo lalu memasukkan Katananya kedalam sarung. Di hampirinya tubuh Evan yang membeku dalam bongkahan es lalu ia membelahnya hingga menjadi beberapa bagian dan mengeluarkan tubuh Evan.
“Dia ... Gunung es itu ... Dengan mudahnya dia menghancurkannya.” Gumam Spike sambil menahan sakit di perutnya.
“Sepertinya pedangku tidak setajam dulu ... Ice Berseker, aku akan bawa pemuda ini bersamaku.” Kata Teo sambil merangkul tubuh Evan dan hilang begitu saja.
Jave langsung berlari menghampiri Spike tidak menghiraukan panggilan Eileene. Jave sangat mengkhawatirkan sahabatnya itu sampai ia lupa dengan luka di tubuhnya sendiri. Dengan sangat tergesa-gesa Jave menghampiri tubuh Spike yang sudah hampir ambruk karena lukanya yang cukup parah.
“Spike!” Jave langsung menangkap tubuh Spike.
“Dasar bodoh, mengapa kau melawan orang itu.” Red datang sambil menggigit Ultimaweapon milik Jave.
Spike terkekeh, ”Lelaki itu sangat kuat, aku tahu ia tidak mengerahkan tenaganya sedikit pun.”Jawab Spike lalu mencoba bangun, Jave membantu Spike bangkit berdiri.
Jave tidak menjawab, ia tahu siapa lelaki yang tadi melawan Spike. Ia pun tidak mau jika harus berurusan dengan lelaki itu. Jave menghembuskan nafasnya berat lalu merangkul Spike dan membawanya kepada anggota Seven Knight yang lain. Para prajurit mendirikan tenda, dan para healer mulai melakukan tugasnya. Mengingat luka Spike yang tidak akan pulih dengan cepat akhirnya setelah Jave memohon terus pada Spike untuk menerima pengobatan dari para healer, ia membolehkan para healer itu untuk mengobatinya.
“Dasar Pangeran keras kepala.” Grutu Jave kesal, Spike hanya diam tidak menanggapi di kepala tampannya itu masih saja mengingat pertarungannya melawan lelaki bernama Teo.
Rudy, Kriss, Eileene, dan Rachel masuk ke dalam tenda milik Spike, sang empunya pun tidak menyadari kedatangan 4 orang pengganggu bagi dirinya.
“Apa yang kalian lakukan disini? Kalian juga butuh perawatan bukan?!” Tanya Jave saat melihat Rudy berjalan dengan pincang.
Rudy berdiri di dekat Jave sambil melihat Spike yang masih asik dengan dunianya sendiri. Jave tau saat ini Spike sedang terpukul, melihat lawan yang sekuat itu Spike pasti belum menata hatinya menerima semua kenyataan bahwa dirinya terlalu lemah.
“Dia benar-benar sangat terpukul.” Kata Rudy, Jave mengangguk membenarkan.
“Ini salahku tidak memperhatikan kedatangan lelaki itu,” Jawab Jave sambil mengacak rambutnya. ”Aku gagal melindunginya.” Lanjut Jave.
“Aku tidak perlu perlindungan darimu,” Jawab Spike tiba-tiba mengejutkan Jave. ”Jangan pernah menganggapku lemah.” Rudy menghembuskan nafasnya berat lalu mengambil tempat duduk dekat dengan Spike.
“Aku tahu kau bertanya-tanya siapa lawanmu itu, biar aku menjelaskannya,” Kata Rudy sambil menatap wajah Spike.
“Katakan.”Jawab Spike dingin.
“Dia adalah Teo, anggota Four Lord sebelumnya. Aku tidak tahu mengapa ia keluar dari Four Lord setelah tidak lama menjadi anggota Four Lord. Selama ini yang bisa menandinginya hanya lelaki bernama Kyle, ia juga mantan anggota Four Lord. Kekuatan mereka berdua sangat jauh di atas kita para Seven Knight dan Four Lord. Jadi, jika kau kalah dalam pertarungan melawannya itu sudah pasti. Kau tidak perlu memikirkannya.” Jelas Rudy, Spike terdiam tidak ingin menjawab.
Tiba-tiba saja udara menjadi sangat dingin di dalam tenda, dengan cepat Jave menyuruh Rudy dan yang lainnya keluar dari tenda. Saat Rudy berbalik diikuti yang lainnya.
Kretak
kretak
kretak
Dan benar saja setelah Rudy menjauh dari tenda Spike, tenda di mana Spike dan Jave berada menjadi beku dengan bongkahan es yang besar. Red terbang lalu menyemburkan api untuk melelehkan bongkahan es itu hingga membuat es yang membekukan Jave meleleh. Jave menjauh sambil terbatuk-batuk.
“Uhuk ... uhuk-uhuk …”
“Kau tidak apa-apa?” Tanya Kriss menghampiri Jave.
“Aku baik-baik saja,” Jawab Jave sambil memberi tanda Red untuk menjauh dari bongkahan es milik Spike. ”Ini sering terjadi sedari dulu, sepertinya ia sedang mendinginkan kepalanya.” Lanjut Jave, Kriss dan yang lainnya mengangguk mengerti.
“Katakan pada semua orang disini agar tidak mendekati bongkahan es itu, jika mereka menyentuhnya es itu akan semakin membesar dan membunuh mereka.” Kata Jave lalu duduk bersila di depan dimana Spike berada.
Rudy dan yang lainnya mengangguk lalu pergi menjauh, Jave melihat Spike yang membeku dengan mata tertutupnya. Jave tahu saat ini Spike sedang tertekan, ia harus kembali ke Frozen Land dengan membawa Spike. Akan terlalu berbahaya jika terus berada disini disaat kondisi Spike yang telihat sangat frustasi akan kekalahannya.
~Next Chapter~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top