Chapter 1


Lania. Seorang Ratu dan pelindung dari daratan timur yakni di Frozen Land, Asgar. Lania bukanlah manusia biasa, bisa dikatakan dia adalah seorang Ice Spirit dengan kekuatan es miliknya. Berparas cantik dengan kulitnya yang sedikit gelap dan berambut hijau tosca dengan mahkota yang terbuat dari es bertengger di kepalanya hingga mempercantik dirinya. Lania yang sering di sebut Queen of Ice Spirit itu bertemu dengan seorang manusia biasa yang tidak bisa membeku saat ia sentuh. Manusia itu bernama Gallius, lelaki tampan yang memikat hati Lania saat itu juga. Dengan akhirnya mereka menikah dan beberapa bulan kemudian Gallius meninggalkan Lania untuk pergi kembali berpetualang. Lania yang seorang Ratu tidak bisa mengikuti Gallius sehingga ia menetap di kerajaannya. Tetapi, sepeninggalan Gallius, Lania dinyatakan tengah mengandung.

Setelah mengandung beberapa bulan Lania akhirnya melahirkan, kegembiraan dan keharuannya terhenti saat ia mengetahui seseuatu yang akan membunuh anaknya sendiri.

"Selamat Yang Mulia Ratu, anda telah melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan." Ucap Fruna.

Fruna adalah salah satu Ice Spirit yang tinggal di Frozen Land, bawahan sekaligus penjaga dari istana kerajaan. Bersama kembarannya yang bernama Frost, mereka berdua menjadi penjaga sekaligus bawahan. Dan wujud mereka pun menyerupai monster es pada umumnya.

"Dia tampan seperti ayahnya." Jawab Lania saat melihat puteranya di gendong oleh Fruna.

"Yang Mulia Ratu, apa anda sudah menyiapkan nama untuk Yang mulia Pangeran?" Tanya Frost, Lania tersenyum.

"Namanya adalah Spike, dia akan menjadi Ice Berseker dan penggantiku suatu saat nanti."Jawab Lania tersenyum lembut lalu meminta Fruna untuk menyerahkan anaknya padanya.

Tetapi, saat Lania menyentuh dada Spike tubuhnya menjadi dingin.

"Yang Mulia Ratu." Fruna menjauhkan Spike dari Lania saat dilihat tubuh Spike kedinginan dan terdapat es dibagian dadanya.

Lania menatap tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, ia hanya menyentuh dada puteranya akan tetapi tubuh puteranya langsung menjadi dingin dan membeku dibagian dadanya.

"Sepertinya anda tidak bisa menyentuhnya, Yang Mulia Ratu. Dan satu masalah lagi, Yang Mulia Pangeran akan menjadi Ice Spirit seperti kami." Kata Fruna sambil membersihkan serpihan es yang berada di dada Spike.

"Ak-aku ... tidak mungkin. Aku adalah ibunya seharusnya Pangeran juga kuat akan terkena es milikku seperti Gallius." Jawab Lania tidak bisa menerima kenyatan.

"Tetapi Yang Mulia, anda lihat sendiri apa yang telah terjadi. Tubuh Yang Mulia Pangeran seperti manusia biasa yang tidak kuat dengan kekuatan es milik anda. Jika seperti ini terus, Yang Mulia Pangeran akan mati. Anda harus mengeluarkannya dari Frozen Land, yang Mulia." Jelas Frost.

"Tidak, aku bahkan belum memeluknya. Bisakah aku memeluknya sebentar saja?" Air mata Lania mulai menetes.

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Anda tidak bisa memeluknya, Yang Mulia Pangeran bisa mati seketika. Sebaiknya anda menitipkan Yang Mulia Pangeran pada manusia di luar Frozen Land."Jawab Fruna sedikit sedih.

Lania tidak menjawab, ia hanya bisa menangis. Bulir air matanya seketika menjadi es, Fruna menatap iba pada sang Ratu, tetapi tidak ada jalan lain lagi. Dengan cepat Lania mengubah hatinya Spike menjadi Flower Ice agar mencegahnya menjadi Ice spirit seutuhnya. Pangeran harus keluar dari Frozen Land, bisa saja Pangeran dibesarkan di Frozen Land, akan tetapi Ratu Lania dipastikan akan terus berusaha membunuh Pangeran dengan pelukan kasih sayang miliknya.

Fruna dan Frost membungkuk hormat undur diri dan membawa pangeran pergi. Fruna dan Frost yakin jika suatu hari nanti, Pangeran dan Yang Mulia Ratu akan bertemu kembali. Jika saat itu telah tiba, mereka yakin pangeran akan mengerti mengapa ia di berikan kepada manusia dan tidak bisa hidup di Frozen Land.

Pada akhirnya pangeran Spike di titipkan kepada penduduk Terra Kingdom, sebuah Kerajaan manusia yang terletak di Daratan Barat. Fruna dan Frost hanya menitipkan pesan kepada penduduk untuk merawat bayi yang bernama Spike, tidak lupa mereka berdua menjelaskan asal usul Spike yang berasal dari Frozen Land.

Penduduk Terra Kingdom pada akhirnya menyanggupi permintaan Fruna dan Frost meski banyak pertanyaan yang menggelayuti mereka. Mereka menyentuh bayi mungil itu dan terkejut dengan suhu tubuh bayi itu yang teramat dingin. Mereka takut jikalau bayi itu sudah mati. Namun, Fruna dengan cepat menjelaskan jika bayi itu memang memiliki suhu dingin karena berasal dari Frozen land. Pada akhirnya penduduk menerima kedatangan bayi itu dengan senang hati dan hal itu membuat Fruna dan Frost bernafas lega.

Di daratan barat adalah benua Asgar. Benua Asgar terbagi menjadi 7 wilayah yaitu, Mystic woods dengan hutan belantara dengan berbagai monster, Silent Mine dengan tambang berliannya yang berisi banyak monster dan Kerajaan manusia yang bernama Fodina, Blazing Desert yang bersebelahan dengan Silent Mine merupakan sebuah wilayah yang berpenduduk dengan sedikitnya monster, Dark Grave yang berisikan monster, mayat hidup, dan Dark Elf. Selanjutnya adalah Dragon Ruins yang berisikan beberapa monster dan naga. Lalu Frozen Land dan yang terakhir adalah Revenger's Hell, terdapat gunung berapi aktif di wilayah ini.

Sedangkan daratan timur adalah benua Aisha terbagi menjadi 4 wilayah yaitu Moonlit Isle yang memiliki 4 wilayah yakni, Bloom Vil, Trial Path, Calestial Gate, Mist Isle, yang dijaga oleh Young Four Lord yaitu Ace dan kakaknya Daisy. Kedua adalah Western Empire Endless Wall, Rich Market, dan Crimson Canyon daerah kekuasaan salah satu dari Four Lord yaitu Lu bu. Ketiga adalah Eatern Empire yang memiliki dua wilayah yakni, Sage Peak dan Absolute Palace yang di yakini saat ini mantan anggota Four Lord yakni Teo berada. Dan yang terakhir adalah Dark Sanctuary tempat tinggal Kaisar Pascal yang menguasai daratan timur.

Alkisah Terdapat 7 manusia terpilih yang diberkati dengan sebagian kekuatan dari Dewa Penghancur, 7 orang telah terpilih dari negeri Asgar. Akan tetapi kekuatan mereka terlalu kuat sehingga perang besar tak terelakan, dan kini mereka terlahir kembali.

Spike yang kini berusia 10 tahun pergi ke wilayah Dragon Ruins seperti biasa, disana ia bermain bersama Jave, seseorang yang seumuran dengannya yang di temuinya di Dragon Ruins beberapa tahun lalu. Diketahui Jave dibuang di daerah Dragon Ruins saat dia masih kecil dan tumbuh disana bersama para naga penghuni tempat tersebut. Dengan memiliki masa kecil yang kelam dan dipengaruhi tempat ia tumbuh membuatnya menjadi karakter yang liar.

Setelah mengetahui bahwa dia dulu dibuang oleh manusia membuat Jave membenci mereka. Tetapi saat melihat Spike, ia tidak dapat membencinya sekalipun. Saat ini dia menjadi penjaga daerah Dragon Ruins dari serangan monster lain. Jave yang sudah mengetahui Spike yang berasal dari Frozen Land, selalu mengajaknya untuk bermain ke daratan dingin itu. Akan tetapi, Spike selalu marah saat kata Frozen Land di sebutkan.

"Hey, Spike. Mengapa kau selalu marah saat aku menyebutkan Frozen Land? Padahal itu tempat lahirmu, bukan?" Tanya Jave pada saat itu, Spike mendengus kesal.

Jave selalu menanyakan itu, dan Spike tidak pernah menjawabnya.

"Jika aku menjawabnya, apa kau akan berhenti bertanya?" Jawab Spike sambil mengkerucutkan bibirnya.

"Baiklah, aku akan berhenti bertanya jika kau sudah menjawabnya." Jawab jave sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Aku akan membekukanmu jika bertanya hal yang sama." Jawab Spike dan Jave hanya terkekeh bersama naganya.

Spike menghembuskan nafasnya kasar, matanya menatap lurus kedepan dengan tatapan sedikit kesal.

"Aku memang berasal dari Frozen Land, 3 tahun lalu para Ice Spirit itu datang menghampiriku. Lalu mereka menceritakan semua tentang diriku. Dan semua itulah yang membuatku benci pada mereka, penghuni Frozen Land termasuk pada ayahku dan ibuku." Jelas Spike.

"Kau mengetahui siapa ibumu?" Tanya jave sambil mencoba melepaskan tangannya yang digigit oleh naganya.

Spike mengangguk,"Mereka bilang bahwa ibuku adalah Queen of Ice Spirit." Jawabnya sambil mengepalkan tangannya.

"Woah, hebat ibumu adalah Ratu dari Kerajaan es Frozen Land. Itu hebat sekali, apa kau bertemu dengan ibumu?" mata Jave kini berbinar-binar.

"Tidak, aku tidak ingin bertemu dengannya. Dia sudah membuangku, dan aku tidak mau menemuinya bahkan menginjak Frozen Land sekalipun." Jawab Spike geram, jave hanya menatap Spike dalam diam.

Jave hanya menggeleng kepalanya, "Kau ... Sepertinya sudah dibutakan kebencian." Spike tidak menjawab ia hanya membuang muka menekan amarahnya.

~★~

5 tahun telah berlalu yang saat ini Spike berusia 15 tahun, Fruna dan Frost datang untuk menjemput Spike. Yang saat ini Spike berada di Dragon Ruins tempat tinggal Jave. Fruna dan Frost mengetahui 1 fakta yang sangat penting karena itu mau tidak mau Spike harus kembali ke Frozen Land.

"Yang Mulia Pangeran, tolonglah mengerti situasi saat ini. Anda harus kembali ke Frozen Land dan melatih kekuatan anda, anda akan bebas berlatih disana daripada berlatih di sini. Anda akan membekukan semua tempat jika anda berlatih di tempat lain selain Frozen Land." Bujuk Fruna yang kini berlutut di depan Spike, Jave hanya menggelengkan kepalanya.

"Pangeran satu ini keras kepala sekali sepertinya."Gumam Jave.

"Fruna, bisakah kau mengatakan apa yang sebenarnya terjadi sehingga Pangeran keras kepala ini harus kembali ke Frozen Land?" Tanya Jave yang sudah tidak habis pikir dengan Spike.

"Baiklah saya akan ceritakan jika itu membuat Pangeran kembali." Jave mengangguk mengiyakan.

"Hey, siapa disini sebenarnya yang Pangeran?!" Ucap Spike tidak terima, Jave hanya menaruh telunjuk tangan di bibirnya mengisyaratkan untuk diam.

"Sebenarnya ini harus di rahasiakan untuk keamanan Yang Mulia Pangeran, akan tetapi saya akan memberitahukannya pada Yang Mulia dan Tuan Jave," Jave mengangguk sambil sedikit tersenyum.

"Sebenarnya Yang Mulia Pangeran adalah salah satu anggota Seven Knight yang diberkati kekuatan besar oleh Dewa Penghancur, dan kami di tugaskan oleh Yang Mulia Ratu untuk membawa Yang Mulia Pangeran kembali untuk berlatih di Frozen Land."Jelas Fruna, Spike menatap tidak percaya sedangkan Jave berusaha menahan tawanya.

"Tuan Jave, anda baik-baik saja?" Tanya Frost saat melihat Jave menahan tawanya.

"Ahh ... aku baik-baik saja. Pphff ..." Spike menoleh ke arah Jave sambil menatap tajam.

"Jangan menatapku seperti itu, baiklah akan aku katakan. Aku sudah mengetahui itu sejak kami pertama kali bertemu. Aku pun salah satu anggota Seven Knight." Jawab Jave menjelaskan pada Fruna dan Frost.

Fruna dan Frost membungkuk memberi hormat pada Jave, dan Jave yang melihat itu hanya tertawa kecil bersama naganya. Lalu tatapan Fruna dan Frost kembali pada sang Pangeran. Spike hanya memutar bola matanya jengah melihat Fruna dan Frost yang terus memohon.

"Baiklah aku akan kembali, tetapi Jave harus ikut bersamaku." Jawab Spike pada akhirnya Fruna dan Frost menatap senang dengan keputusan sang Pangeran sedangkan Jave menatap tidak percaya pada Spike.

"Aku? Harus ikut denganmu?" Tunjuk Jave pada dirinya sendiri lalu menunjuk Spike.

"Ya, kita akan berlatih bersama disana. Itu pun jika kau bisa melelehkan es-ku." Ejek Spike dengan wajah meremehkannya.

"Aku bisa melelehkan es-mu." Jawab Jave tidak mau kalah.

"Hahaha ... baiklah kita berangkat besok, aku akan mempersiapkan segalanya." Fruna dan Frost mengangguk paham lalu kedua monster itu pergi meninggalkan Spike dan Jave.

Spike menatap Jave dengan tatapan tajam, sedangkan yang di tatap menatap tidak mengerti. Spike mendengus kasar kala Jave tidak kunjung mengerti.

"Ahh ... kau ingin tahu siapa anggota lainnya bukan?" Tanya Jave dengan polosnya, Spike dengan senyum tajamnya langsung memukul keras kepala Jave.

"Aw ... baiklah-baiklah akan aku katakan, aku tahu siapa saja yang menjadi anggota Seven Knight." Spike langsung mencari tempat duduk yang nyaman untuknya bersama Red, naga kecil milik Jave. Dan Jave pun mulai bercerita.

"Sedikit informasi yang bisa aku berikan tentang mereka. Yang pertama adalah Rudy, dia adalah penduduk Terra Kingdom yang memiliki sahabat sekaligus rival yaitu Kriss. Mereka berdua adalah anggota Seven Knight. Yang kedua adalah Eileene Heron merupakan cucu dari pemimpin Dawn, yaitu pasukan bayaran legendaris di benua Asgar. Yang ketiga adalaha Rachel Agni yang merupakan anak tertua dari keluarga bangsawan Agni yang membawa nama besar keluarganya di daerah Blazing Desert. Lalu kita berdua dan yang terakhir yang ku tahu bernama Dellons, aku tidak mengetahui tentang dirinya. Orang itu begitu misterius dan sepertinya sangat berbahaya." Jelas Jave sambil memasang wajah serius.

"Begitukah? Baiklah, mereka tidak terlalu penting, untuk saat ini. Besok kita akan berangkat ke pulau es itu." Jawab Spike sambil bangkit dan meninggalkan Jave.

"Aku akan menunggumu disini." Jave melambaikan tangannya pada Spike, Spike membalasnya hanya dengan mengangkat tangan kanannya.

Spike benar-benar tidak bisa menolak ajakan Jave. Jave adalah satu-satunya orang yang ia anggap sahabat dan yang ia percaya. Meski Jave suka bertindak seenaknya dan sering membuat ia kesal, Spike memaklumi semua tindakan Jave. Nasib mereka berdua sama, sama-sama dibuang oleh orang tua mereka. Karena itu mereka berdua saling mempercayai dan menjadi sahabat sejati.

~★~

Keesokan harinya, seperti yang dikatakan Jave, ia menunggu di tempat kemarin bersama Fruna dan Frost. Spike datang sendiri lalu mereka pun berangkat ke Frozen Land. Spike menolak keras saat sang Ratu memerintahkan dirinya untuk bertemu.

"Anak itu, benar-benar mirip sekali dengan ayahnya." Jawab Lania saat Fruna mengabarkan jika Spike menolak bertemu dengannya.

"Mungkin Yang Mulia Pangeran masih menyimpan dendam, Yang Mulia Ratu."Kata Frost yang baru saja datang.

"Aku sudah tahu itu akan terjadi, ini karena kesalahanku ia memiliki 'Ice Heart'. Aku pun tidak bisa bersikap hangat padanya, lalu apa yang harus aku lakukan? Andai saja ayahnya yang bodoh itu kembali." Lania memijat keningnya yang mulai terasa pusing.

"Yang Mulia Pangeran telah tiba!!!" Teriak penjaga pintu singgasana, Lania menatap terkejut saat melihat pintu mulai terbuka dan menampakan anak semata wayangnya yang berdiri dengan angkuhnya.

Fruna dan Frost mulai menyingkir dan berdiri di samping sambil membungkuk hormat. Lania menutup keterjutannya dengan wajah dinginnya. Spike melangkah masuk dan berhenti tidak jauh dari Lania, sedangkan Lania menahan semua keinginannya untuk segera memeluk anak tercintanya yang baru saja bertemu setelah 15 tahun lamanya.

"Selamat datang kembali, Pangeran ..." Ucap Lania. "... Selamat datang kembali, Anakku." Lanjutnya dalam hati.

"Tidak perlu berbasa basi, aku tidak perduli jika aku adalah seorang Pangeran atau bukan. Katakan apa maumu secepatnya." Jawab Spike dingin, ia terus memandang Ibunya dengan tatapan tajam.

Lania menghembuskan nafasnya kasar, ia tahu menjelaskan apapun saat ini anak tercintanya tidak mungkin mau mendengarkan.

"Aku tidak akan jelaskan apapun padamu, karena kau pasti tidak akan mendengarkanku. Baiklah langsung saja kalau begitu, aku tahu kau sudah menjadi orang terpilih dengan menjadi seorang Seven Knight. Mereka akan melatihmu selama kau tinggal disini, dan meski kau seorang pangeran kau harus menunjukan apa kau pantas menduduki singgasanaku dan menggantikanku." Jelas Lania menatap remeh Spike.

Spike mengepalkan kedua tangannya,"Akanku pastikan, aku akan menggantikanmu dan menjadi Raja di Frozen Land. Aku akan membuat semua daratan membeku seperti Frozen Land dengan kedua tanganku." Jawabnya.

"Keserakahanmu akan menjadi kutukan untukmu, Pangeran," Lania menatap sosok anaknya dengan sendu.

"Ambisimu sangat tinggi seperti dirinya." Lania tersenyum sesaat dan kembali lagi berwajah dingin.

Lania mengangkat tangannya mengisyaratkan pada Fruna dan Frost untuk membawa Spike pergi, Fruna mendekati Spike lalu membungkuk hormat.

"Mari Yang Mulia Pangeran, kami antarkan ke kamar anda. Yang Mulia Pangeran bisa melakukan latihan besok pagi." Kata Fruna, Spike menatap tajam Lania karena secara tidak langsung mengusirnya.

"Aku ingin berkeliling terlebih dahulu." Jawab Spike sambil berbalik meninggalkan Lania diikuti Fruna dan Frost.

Setelah pintu ruang singgasana tertutup rapat, ruangan semakin dingin dengan bertebarannya serpihan es di udara. Dengan menumpuknya salju di sudut ruangan dan dinding yang bertambah ketebalannya, rintihan tangisan terdengar di ruang singgasana Ratu.

~★~

10 tahun berlalu yang kini Spike berusia 25 tahun dan menjadi seorang Ice Berseker. Menempuh berbagai rintangan dan tantangan baru yang membuat adrenalinnya terus menaik. Tetapi dendam dan kekesalannya terhadap Lania tak kunjung pudar, ambisinya masih sama untuk membuat seluruh daratan kering menjadi es seperti Frozen Land. Spike kini berteman dengan anggota Seven Knight lainnya kecuali yang bernama Dellons.

Seperti yang dikatakan Jave, Dellons adalah orang yang sangat misterius. Tetapi Spike pernah bertemu dengannya sesekali, dan memang dari gerak geriknya pun sedikit mencurigakan. Saat ini banyaknya peperangan dengan melibatkan sang Kaisar Pascal dan anggota Four Lord yang kekuatannya masih jauh diatas dirinya.

Banyak organisasi yang terbentuk, seperti , Clan Shadow, Night Crow, Holy Cross Crusaders, Imperal Royal Guard, Seven Knights, dan yang paling kuat adalah Four Lord. Clan Shadow yang terdiri dari ninja, Night Crow sebuah clan yang diketahui dibentuk oleh ayah dari mantan anggota Four Lord yang bernama Teo. Holy Cross Crusaders yang terbentuk dari beberapa orang kuat, Imperial Royal Guard yang dikatakan bawahan dari salah satu anggota Four Lord bernama Rin, anak angkat Kaisar Pascal. Seven Knight yang di dalam tubuh mereka terdapat kekuatan dari Dewa Penghancur. Dan yang terakhir adalah Four Lord yang dikatakan 4 orang terkuat yang berada di benua Aisha.

Jave datang ke Frozen Land setelah 1 tahun tidak menampakan dirinya di depan Spike dengan membawa berita dan informasi terbaru dari dunia luar, yakni benua Aisha. Jave menghampiri Spike yang sedang berlatih seperti biasanya yang jauh dari istana. Mengingat alasan konyol yang dilontarkan Spike pada dirinya.

"Aku tidak ingin nenek sihir itu melihatku berlatih." Jawab Spike saat itu.

Spike yang merasa kedatangan Jave langsung menyerang Jave dengan serangan esnya.

"Woah ..." Jave menghindar dengan mulusnya bersama Red, naga miliknya.

"Aku mendapatkan sambutan dingin kali ini." Ucap Jave sambil membersihkan serpihan es yang mengenai kakinya. Spike lagi-lagi menyerang Jave tanpa ampun.

"Sepertinya pangeran keras kepala ini ingin sekali dibakar." Grutu Jave, Spike akhirnya berhenti dengan menampilkan wajah datarnya.

"Kau berniat membunuhku?!"

"Maaf tanganku terpeleset." Jawab Spike asal.

"Terpeleset dengan mengeluarkan kekuatanmu? Yang benar saja." Jawab Jave sedikit kesal.

"Kau berisik sekali, setahun lamanya kau tidak muncul di hadapanku dan sekarang kau tiba-tiba muncul." Jawab Spike dengan wajah datarnya.

"Ahh ... kau merindukanku ternyata." Jawab Jave percaya diri.

"Baiklah, kali ini aku pastikan kau membeku." Spike bersiap-siap kembali dengan senjatanya.

"Dasar Tsundere," Grutu Jave. "Aku membawakan berita buruk dari anggota Seven Knight lainnya." Lanjut Jave dengan mimik wajah serius.

Spike menyipitkan matanya lalu membuat 2 buah kursi yang terbuat dari es dengan kekuatannya. Jave yang menghampiri Spike terlihat mengenakan baju Zirah khas nya. Sebuah Iron Hat/Shield berbentuk kepala naga menutupi kepalanya untuk perlindungan saat bertempur sekaligus menandakan jika dia adalah Sang pengendali Naga. Kedua tangannya diselubungi oleh Armshield dengan Arm Band berduri pada bahian sikut memudahkan Jave untuk menyerang lawannya menggunakan duri-duri tajam pada kedua benda itu. Tersemat sebuah holster yang melingkar di punggungnya, tempat menggantungnya Ultima Weapon yang ia bawa.

Baju Zirah memang sangat penting untuk melindungi tubuh saat berperang dan Jave terlihat mengenakan baju Zirah yang biasa dipakai oleh Samurai, berbeda bentuknya dengan Baju Zirah yang biasa dipakai oleh pasukan Infantry kerajaan barat. Knee Pad yang dilengkapi duri Naga membuat kesan ksatria Naga semakin terlukis pada penampilannya. Sedangkan Spike terlihat begitu berkarisma dan kuat dengan baju Samurai yang dia kenakan.

Topeng Iron Hat atau Menpo dengan bentuk kepala Naga yang dikenakannya terlihat berbeda dengan Menpo yang digunakan Jave, Menpo milik Spike bertanduk runcing dengan warna hitam bergradasi merah pekat membuat kesan seorang ksatria tangguh. Armor yang melekat dan menutup dada hingga bagian perut sixpack nya terlihat terbuat dari Platina yang serupa dengan Handshield yang tersemat di kedua lengannya yang bersarung tangan kulit hitam.

Sebuah ikat pinggang berkepala Platina dengan tali yang dikepang cukup besar berwarna Hitam dengan sentuhan emas itu melingkar mengikat selembar kain hitam bercorak emas yang dikenakan Spike. Melengkapi penampilannya yang gagah dan berkesan ksatria pemberani, Spike menyematkan selembar jubah merah dengan corak api hitam di punggungnya. Penampilan Jave kali ini berbeda dengan yang sebelumnya. Jave duduk dan kembali menjelaskan.

"Dellons berbuat ulah kembali, kini ia memerlukan seorang gadis bernama Karin yang saat ini bersama Evan. Evan adalah seorang cucu Raja dari Kerajaan Terra Kingdom, melakukan ekspedisi bersama Rudy. Kini Rudy tidak memiliki pilihan lain selain membunuh gadis yang bernama Karin itu, dan tugas kita adalah membunuh Evan. Karena telah melakukan kudeta dengan menyelamatkan Karin dan membawa gadis itu pergi." Jelas Jave, Spike mengangguk paham.

"Mereka semua tidak ada hubungannya denganku." Jawab Spike dingin.

"Ayolah, bantulah para anggota Seven Knight lainnya." Bujuk Jave, Spike hanya menghela nafas pelan. Ia tidak bisa menolak ajakan sahabatnya itu.

"Kita pergi hari ini, sepertinya medan perang akan membutuhkan sentuhan es." Kata Spike sambil bangkit dari duduknya.

"Tetapi kita kemungkinan akan melawan para Four Lord dan Kaisar Pascal."

"Apa kau takut? Jika kau takut kau bisa tinggal disini." Jawab Spike sambil berlalu.

"Aku lebih takut jika terjadi sesuatu padamu." Gumam Jave lalu mengikuti Spike.

Membutuhkan waktu beberapa hari hingga akhirnya mereka sampai di medan pertempuran yaitu di Crimson Canyon, benua Aisha. Terlihat pertempuran sengit antara Rudy, Eileene, dan yang lainnya sedang melawan salah satu Four Lord, yaitu Lu bu.

Wushh~

Ayunan tombak Lu Bu bergerak memutar seperti baling-baling mengancam Rudy, Elileene, serta Rachel yang mengepung Lu Bu.

Lu Bu

Ayunan pertama tombak itu menggores tameng yang digunakan oleh Rudy untuk menangkis serangan yang dilontarkan oleh Lu Bu dengan senyuman bengis yang tersungging di wajahnya, sudah dipastikan jika Lu Bu menikmati pertunjukan yang sedang dia buat.

Treeeng!!

Serangannya yang kini mengarah pada Eileene berhasil ditangkisnya oleh pedang Rudy yang terpental saat menangkis serangan itu.

"Rachel!!!" Melihat posisi Rachel yang tidak siap untuk melakukan Selfdefens, Eileene berteriak menyadarkan Rachel dari lamunannya saat menghadapi sebuah mata tombak yang siap merobek tenggorokannya.

"Arrgg ... sial!!!" Rudy yang sempat terhempas akibat menahan serangan Lu Bu mencoba bangkit dan berlari menuju Rachel meski dia tau hal itu akan sia-sia karena melihat tombak yang digunakan Lu Bu hampir menebas gadis itu.

Eileene tidak bisa tinggal diam sementara melihat Rachel yang sedang menunggu ajalnya.
Eileene merogoh Holster yang tersemat di pahanya dan mengeluarkan sebuah Dagger dari dalam Holster itu.

Wuushh~

Dagger itu menyibak hembusan angin yang datang dari arah tombak Lu Bu yang berputar. Pisau kecil itu melayang cepat seperti kecepatan peluru hingga tidak bisa dihindari oleh Lu Bu saat pisau itu menancap di lengannya hingga mampu menghentikan ayunan tombak Lu Bu tepat beberapa inchi sebelum merobek tenggorokan gadis yang hanya bisa terbelalak saat kematiannya sudah dekat.

"Rachel apa yang kau lakukan!?" Rudy yang tengah berlari sesegera mungkin menangkap Rachel dan membawanya menjauh dari Lu Bu.

"Berlarilah selagi kalian bisa sebelum aku memotong kaki kalian!" suara Lu Bu terdengar parau dan terkesan kejam.

Dagger yang menancap di lengannya itu dicabut seperti tidak merasakan rasa sakit sedikitpun karenanya.

"Ambil lah mainan ini! Bocah!" Dengus Lu Bu pada Eileene seraya melemparkan Dagger milik Eileene hingga menancap di tanah, "jadi hanya ini kemampuan para Seven Knight? Aku hanya bisa merasakan jika aku sedang bermain dengan bocah-bocah dungu!" Ucapnya sarkasme, Lu Bu membuat Eileene dan yang lainnya marah begitupun dengan Spike dan Jave yang sedari tadi menyaksikan tontonan itu dan dibuat kesal oleh ucapan Lu Bu.

"Beraninya!!!" Jave mendengus kesal seraya melangkahkan kakinya namun ditahan oleh tangan Spike yang menyentuh dada Jave.

"Tunggu ... dan lihat saja sendiri usaha mereka!" Ucap Spike dengan tatapan dingin sambil mencari celah untuk mengalahkan Lu Bu.

Lu Bu menancapkan tombaknya di tanah lalu mengangkat tangannya lurus memberi tanda kepada ke ketiga Seven Knight di hadapannya agar mereka menyerang dirinya.

"Aku akan membunuh kalian bertiga hanya dengan tangan kosong ... kemarilah!"

"Kau tidak bisa meremehkan kami!!!"
Rudy berlari menuju Lu Bu dengan amarah yang memuncak diikuti oleh Eileene dan Rachel.

Hunusan pedang Rudy dengan mudah ditangkis oleh Lu Bu dengan posisi tubuh melayang dan bertumpu pada pegangannya yang memegang tombak yang tertancap di tanah.
Tendangan itu bersarang di dada Rudy hingga membuat Rudy terpental cukup jauh.

Eileene yang berhasil mengelak saat Rudy terhempas ke arahnya, berlari mendekati Lu Bu dengan tombak dan dagger miliknya. Dagger itu dilemparkan dari tangan kirinya, hal itu bertujuan untuk mengalihkan perhatian Lu Bu.
Dengan mudah Lu Bu menangkis dagger yang tertuju padanya tanpa kehilangan Eileene dari perhatiannya.

Eileene meloncat terbang dengan kedua tangannya yang mencengkram tombak miliknya.

"Celestial Bolt!!!" Eileene mengeluarkan jurus andalannya untuk menyerang Lu Bu.

Eileene meloncat dan melempar tombak nya ke arah Lu Bu dan di hindarinya dengan mudah dengan tombaknya yang menancap ke tanah, akan tetapi detik berikutnya aliran listrik besar keluar dari tombak itu dan mengakibatkan Lu Bu meloncat menjauh. Dengan cepat Eileene berlari mengambil tombak miliknya.

Lu Bu menangkisnya menggunakan Handshield yang tersemar di pergelangan tangannya, namun sepertinya jurus Eileene cukup kuat hingga membuat Handshield baja milik Lu Bu pecah seperti kaca.

"Kau cukup kuat juga!" matanya menyipit meremehkan Eileene yang terlihat terbelalak mendapati serangannya yang begitu mudah di tahan oleh Lu Bu.

Bugh!

Tendangan keras membuat Eileene yang terjatuh melayang dari loncatannya tidak bisa menghindari serangan itu.

Rachel yang berada tepat dibalik Eileene tersungkur jatuh tertimpa tubuh Eileene yang dicoba diselamatkan olehnya.

"Hahaha ... sungguh kalian semua sampah!!! Jika Seven Knight seperti ini ... kalian tidak akan bisa hidup lama!" ucap Lu Bu dengan sinisnya.

"Tutup mulutmu!!!" teriak Rachel dengan sekali lagi mencoba menyerang Lu Bu bersama kedua temannya.

Tiga buah tebasan pedang diayunkan mengarah pada Lu Bu yang bertangan kosong.

"Rush!!" Teriak Rudy.

"Phoenix" Teriak Rachel bersamaan dengan Eileene yang berteriak, "Celestial Bolt" Saat mengeluarkan jurus mereka masing-masing.

Dumm!

Sebuah dentumam keras seperti suara bom tedengar dibalik debu pekat akibat serangan ketiga Seven Knight itu yang berhasil di tahan oleh lengan Lu Bu menggunakan Handshield miliknya yang lain.

"Sialan!!!" Ucap Lu Bu yang terlihat gusar dengan keadaan yang dia hadapi. "Kalian membuatku terpaksa memakai senjataku lagi."

Tangannya meraih tombak yang berada disampingnya dan seketika menghempaskan Rudy dan Eileene dengan tebasannya.

Rachel yang berhasil mengelak dari tebasan pedang itu tidak bisa berbuat banyak saat tangan kekar Lu Bu mencengkram lehernya.

"Bangsawan Agni, huh? Tapi aku terpaksa membunuhmu!" ucap Lu Bu seraya menambah daya cengkramnya hingga membuat Rachel meronta saat hampir kehabisan napas.

"Cuuiihh ..." Rachel meludahi wajah Lu Bu dan membuatnya mendengus kesal. "Bunuh aku jika kau bisa!"

Brukh

Tubuh Rachel dihempaskan ketanah dengan sangat keras hingga membuat Rachel tidak sadarkan diri.

"Sepertinya ini waktu kita untuk bertindak." Ucap Spike sembari meregangkan otot-otot tangannya. Seketika Spike dan Jave berlari mencoba menyelamatkan Rachel sebelum mata tombak milik lubu membunuh gadis itu.

"Ohh ... Aku menyukai saat-saat seperti ini." Ucap Jave yang berlari sembari mengeluarkan ultima weapon dari punggungnya.

Pasukan Lu Bu terlihat menghadang arah pergerakan Spike dan Jave yang memghapiri Lu Bu. Namun semua itu tidak berati apa-apa dimata Spike. Spike yang berlari beriringan dengan Jave mengayunkan Kapak besar miliknya saat dihadang oleh ksatria berbaju besi dihadapnnya.

Ayunan kapak itu bersarang dikaki musuhnya hingga membeku dan membuat Spike tidak menghentikan sedikitpun langkahnya. Red, Naga kecil Jave membakar habis setiap musuh yang menghalangi jalan mereka.

Satu orang musuh terlihat berlari menuju Jave dan Spike, yang satu ini terlihat seperti Oger karena ukuran tubuhnya yang tinggi besar. Monster itu menggunakan sepasang Chakram di kedua tangannya, senjata itu sangat berbahaya karena unggul dalam pertempuran jarak dekat ataupun jauh dengan cara melemparkannya.

Salah satu Chakram itu dibuatnya menjadi dua bagian karena Chakram memang bisa dibuat menjadi setengah lingkaran. Sambil berlari monster itu melemparkan Chakram itu ke arah Spike dan Jave. Spike menghindarinya dengan gerakan Rolling Circle meloncat dan berputar vertikal beberapa inci di atas Chakram yang dilemparkan.

Spike yang menghentikan putarannya berhenti dengan posisi berbaring di udara, Spike mengayunkan kapaknya ke arah Jave dan disambut oleh Jave dengan meraih kepala kapak itu dengan tangannya setelah sesaat sebelumnya Chakram yang lain yang mengarah pada Jave berhasil ditangkis dan dibawa oleh Jave. Saat Jave sudah terlihat mencengkrang kuat kepala kapak, Spike melontarkan Jave dengan sangat kuat hingga membuat Jave seolah terbang dengan chakram yang di dapatkannya

Splashhh

Chakram itu membuat tenggorokan tuannya robek oleh tangan Jave. Monster itu meronta berusaha melepaskan Jave dan Chakram dilehernya.


"A-ahh ... kau masih kuat?" Jave terkekeh. Dia melompat berputar memutari tubuh monster yang meronta.


Ultima weapon miliknya yang dibawa oleh Red, teman Jave itu di lepaskan dari cengkraman Sang Naga ke arah tuannya. Jave yang berhasil meraihnya seketika menusuk punggung Sang monster hingga membuat monster itu mati tersungkur dengan luka yang sangat parah.

Spike yang terus berlari hingga beberapa langkah lagi menuju posisi Lu Bu yang terlihat bersiap menusukan sebuah tombak pada Rachel yang terbaring tidak sadarkan diri. Spike mengibaskan sedikit tangan kanannya hingga muncul sebuah mata tombak kecil yang terbuat dari es dari genggamannya. Tombak kecil itu dilemparkan ke arah Lu Bu dan menancap tepat di tanah yang berdekatan dengan tubuh Rachel.


"Terima ini!!!"


PRAAAAKKK

KREEKEK


Ujung mata tombak Lu Bu berhasil di hentikan oleh Spike dengan membuat prisai es yang cukup kuat dari tombak kecil yang dilemparkannya tadi sesaat sebelum tombak itu menyentuh tubuh Rachel dan membuat tombak Lu Bu membeku.


"Carilah lawan yang sepadan!" Spike mendengus kasar.

"Ah, seorang Ice Berseker rupanya!" mata Lu Bu menyipit menunjukan ekspresi wajah yang tidak disukai oleh Spike, "Terakhir kali aku melawan Ice Berseker ... dia meleleh di tanganku sendiri."

"Hey, hanya aku yang bisa melelehkan es miliknya!!!" Jawab Jave tidak terima, Spike hanya menatap tajam Jave.

"Si bodoh itu." Grutu Spike, Jave yang berada dibalik pandangan Lu Bu berlari seraya menyeret Ultima Weapon miliknya, naga kecil miliknya pun terbang kearah Lu Bu, Red membusungkan dadanya menarik napas panjang dan

Wussshhh

Semburan api keluar dari mulut Sang naga. Hembusan api itu disibak oleh angin yang dihasilkan dari ayunan tombak milik Lu Bu hingga membuat api yang berkobar itu terbelah dua dalam sekejap.


"Furious Strike!!!" Jave yang keluar dari balik hembusan Naga miliknya bersiap menebas Lu Bu dengan Ultima Weapon yang terbakar api.


Dummm


Tebasan itu mendarat di tanah hingga membuat kawah besar. Lu Bu yang berhasil keluar dari situasi yang dihadapinya terlihat meloncat dan berbalik menyerang Jave.


"Crimson Gale Slam!!!" Teriakan itu bersamaan dengan tombak yang dilemparkan Lu Bu ke arah Jave.


Tombak itu berputar dan diselimuti oleh angin yang berputar vertikal.
Posisi Jave sangat rentan, pedang raksasa miliknya menancap dalam di tanah hingga membuatnya sulit untuk di angkat dan digunakan untuk melakukan selfdefens.


"Sial!!!" Spike berlari ke arah Jave sembari beberapa kali melontarkan serangan pada Lu Bu dengan es-es tajam yang keluar dari tangannya.

"Jave!!!" Teriakannya membuat Jave semakin panik saat tombak milik Lu Bu sudah terlihat di hadapannya.

"Sial, meskipun aku menghindar ... hal itu sudah telat ku lakukan!" Desis Jave dengan bulir-bulir keringat yang keluar dari pori-pori wajahnya yang menandakan sebuah kepanikan.

"Severe Cold Earthquake!!!" Spike mengeluarkan jurusnya dengan memukul tanah di depannya dan menciptakan bongkahan es yang menjalar membekukan sekitarnya dan menuju kearah Jave.


Gumpalan asap dingin keluar dari kapaknya itu dengan cepat menyelimuti tubuh Jave dan seketika berubah menjadi es yang sangat keras untuk melindungi tubuh Jave dari serangan Lu Bu.

Duuum!

Dentuman keras terdengar saat tombak Lu Bu menghantam prisai es milik Spike, meski begitu Jave tetap terpental setidaknya terpental karena dentuman dari kedua jurus yang digunakan oleh Lu Bu dan Spike.

Spike berlari merasuk kedalam pekatnya kabut yang tercipta karena dentuman tadi. Lu Bu yang sudah menginjak tanah pun langsung berlari menuju arah Spike. Dia kembali menggunakan tombaknya.

TREENG

Spike menyerang menebaskan kapaknya yang ditangkis oleh tombak milik Lu Bu. Keduanya loncat saling menjauh dan kembali berlari saling menghunuskan senjata mereka. Gerakan keduanya sangat lincah, satu sama lain menghindari dan menangkis serangan dengan sempurna. Spike kembali loncat mundur menjauh dari Lu Bu, dia kembali berlari dan melakukan gerakan Slide atack dengan posisi slide seperti itu Spike mencoba menebas kaki Lu Bu.
Dan ...

BUUUGG!!

Serangannya berhasil membuat Lu Bu tersungkur. Dalam posisi terlentang Lu Bu bersiap menahan ayunan kapak milik Spike yang tanpa sadar Spike sudah berada tepat di atas Lu Bu hingga menutupi matahari.

TREENG

"Huh...," Lu Bu mendengus kesal, "... hanya ini kekuatanmu?"


kapak Spike yang terus berusaha mengalahkan tekanan dari tombak yang digunakan Lu Bu.


"Huhu?" Spike terkekeh seperti sudah memikirkan sesuatu.


Kepala kapak yang digunakan Spike tiba-tiba diselimuti es dan dengan cepat mencoba melukai wajah Lu Bu yang memang terlihat tepat berada dihadapan kapak Spike.

SREEET

Serangan itu membuat Lu Bu refleks memalingkan wajahnya dan sukses menghindar dari senjata milik Spike


"Sialan!!!" Kaki Lu Bu yang bebas bergerak, menendang kaki Spike hingga membuat Spike tersungkur.


Secara cepat Lu Bu bangkit dan berbalik menyerang Spike. Tendangan Lu Bu yang sangat keras bersarang di lambung Spike hingga membuat Spike terpental dengan darah yang keluar dari mulutnya.

'Uhuk!'

'Sial, dia memang sangat kuat, bahkan tendangan nya bisa membuat aku memuntahkan darah.' Gumam Spike dalam hatinya seraya mengusap darah yang keluar dari mulutnya.

"Kau masih ingin melawanku, bocah?" Lu Bu bangkit dengan gaya angkuhnya.

"Setidaknya aku bisa melukaimu!" dengus Spike sembari bangkit dan berlari menyerang Lu Bu. Itupun yang dilakukan oleh Lu Bu, mereka saling berlari menyerang satu sama lain.

"Aaaaarrrgggg!!!" Teriak Spike memaksa senjatanyanya untuk mengayun sekuat yang dia bisa.

"Matilah kau!!!" Ucap Lu Bu.

DUMMM

Sebuah semburan api melerai serangan mereka berdua hingga keduanya terpental jauh. Naga hitam  besar terlihat turun dari langit dan mampu membuat gelombang api itu. Seorang gadis terlihat menunggangi naga besar itu dan ia adalah Rin, anggota dari Four Lord. Jave yang terengah-engah menahan kesakitannya menghampiri Spike.


Rin


"Sudah cukup, Lord Pascal memanggil kita."Kata Rin kepada Lu Bu sambil turun dari naga hitamnya.

"Ahh ... Kau serius? Padahal aku sedang bersenang-senang."

"Cepatlah, jangan membuatnya menunggu." Jawab Rin.

"Sepertinya aku harus bersabar untuk membunuhmu, tikus-tikus menjijikan!" Dengus Lu Bu dengan sarkasme.

"Jangan banyak bicara kau!!!" Bentak Jave.

"Sudahlah ayo kita pergi," Rin membalikkan tubuhnya tetapi ia menghentikan langkahnya. "Kita akan bertemu lagi lain waktu, wahai para Seven Knight." Ucap Rin lalu pergi bersama Lu Bu dan pasukannya.


Rudy menghampiri Spike dan Jave, sedangkan Eileene membopong tubuh Rachel yang tidak sadarkan diri.


"Kalian baik-baik saja?" Tanya Rudy khawatir.

"Sangat tidak baik," Jawab Jave, Rudy dengan cepat menghampiri Jave dan mengangkat tubuhnya."Spike hampir dilelehkan oleh Lu Bu, itu sangat tidak baik. Seharusnya hanya aku yang bisa melelehkannya." Grutu Jave, Spike menatap tajam Jave sedangkan Rudy hanya terkekeh.

"Si bodoh ini, lain kali aku akan benar-benar membekukanmu." Ucap Spike sambil bangkit.

"Sepertinya kalian berdua baik-baik saja," Kata Rudy sambil tersenyum simpul. "Baiklah kita kembali ke basecamp, beristirahatlah disana. Perang baru saja dimulai." Ajak Rudy, Sipke dan Jave mengikuti langkah Rudy.





~Next Chapter~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top