39. Stempel Cinta
~Happy Reading~
"Remember, you're my happy ending".
__________
HARI ini Nabila akan pergi ke Surabaya, tempat di mana Neneknya tinggal. Gadis itu beralasan sedang merindukan sang Nenek, kebetulan kuliah sedang libur semester jadi tidak masalah untuknya meninggalkan kota Jakarta.
Lagipula, tidak ada saudara dekat lagi yang bisa ia kunjungi selain Neneknya. Meskipun, ada sang kakak di Jakarta namun Nabila seperti enggan untuk menemuinya akhir-akhir ini. Semua itu karena, Dito sudah jarang menanyakan kabar tentangnya. Nabila pikir biar saja, mungkin sang kakak semakin sibuk dengan pekerjaan dan keluarganya.
Maudy dan Andra sudah berada di bandara untuk menemani Nabila.
"Ody, gue pergi ya." Nabila pamit. "Kalian berdua baik-baik ya." Gadis itu mengingatkan. Meski di lubuk hatinya belum sepenuhnya melupakan Andra. Namun ia sadar, apa yang dilakukannya kemarin adalah sebuah pengkhianatan. Bagi Nabila, mengkhianati Maudy adalah lebih dari sekedar mimpi buruk dalam hidupnya. Ia yakin, suatu saat nanti akan mendapatkan cinta yang sejati, cinta yang tulus untuknya dengan cara yang lebih indah.
"Iya Bil. Lo juga hati-hati ya, jangan ketiduran di pesawat lho." Maudy memeringatkan sahabatnya. Nabila hanya tersenyum mendengar peringatan dari Maudy yang terkesan lucu. Siapa juga yang akan tidur di pesawat, yang hanya menempuh kurang lebih satu jam itu. Ada juga dirinya yang terbiasa seperti itu.
Maudy merasa sedih melihat kepergian sahabatnya dan air matanya jatuh begitu saja. Melihat itu, Nabila kembali memeluknya. Kali ini lebih erat dari sebelumnya.
"Sayang, Nabila pergi kan nggak selamanya. Cuma ke Surabaya lho, lagipula kamu masih bisa teleponan sama Nabila." Andra mencoba menghibur sang kekasih.
"Andra, jagain sahabat aku ya. Jangan sampai lecet!" Nabila berkata sambil melepaskan pelukannya dengan maudy. Andra mengangguk dan mengacungkan kedua ibu jarinya tanda setuju.
Akhirnya, Nabila meninggalkan mereka berdua. Gadis itu melambaikan tangan ke arah Maudy dan Andra dengan senyuman khas Nabila yang teduh. Maudy masih merasa sedih melihat kepergian Nabila, sahabatnya.
"Udah sayang, jangan sedih lagi dong. Masih ada aku yang siap nemenin kamu. Everywhere, anywhere, underwear."
"Andra!" Maudy mencubit pinggang pria itu. Andra hanya tersenyum seraya menarik lengannya meninggalkan bandara. Pria itu ingin mengajak gadisnya ke suatu tempat untuk menghiburnya. Dengan perhatian Andra membuka pintu penumpang untuk Maudy, membuat gadis itu tersipu malu. Andra sangat menyukai ekspresi Maudy yang seperti itu, membuatnya semakin gemas terhadapnya.
Andra memutar playlist di audio mobil miliknya agar maudy bisa lebih rileks. "Lho ini kan bukan arah pulang, kita mau ke mana?" Maudy menatap Andra dengan rasa penasaran.
"Aku akan bawa kamu ke suatu tempat." Andra mendekatkan tubuhnya ke arah Maudy, lebih dekat dari sebelumnya sehingga Maudy bisa merasakan napas pria itu mengenai wajahnya. Setelahnya, gadis itu seolah tersihir dengan tatapan tajam Andra
"Pasang sabuk pengamannya!" Pria itu memasangkan sabuk pengaman pada Maudy dan itu membuatnya kesal. Kenapa Andra selalu membuat jantungnya tiba-tiba melompat, namun setelah itu membuatnya merasa malu.
"Awas ya jangan bawa aku ke tempat yang aneh-aneh," ancam Maudy.
"Kok kamu su'udzon sih sama pacar sendiri," gerutu Andra, kembali menatap Maudy. Maudy hanya tersenyum sebagai responnya.
***
Ternyata Andra membawa Maudy ke Dufan. Pria itu ingin melihat gadisnya ceria kembali. Anggap saja ini merupakan kencan pertama mereka setelah resmi berpacaran.
"Kenapa kita ke sini sih? Panas-panasan ini namanya," protes Maudy. Ia memang tidak begitu suka dengan permainan outdoor, hal itu membuatnya berkeringat dan Maudy sangat tidak suka berkeringat.
"Nanti kamu pasti suka, ayo!" Tanpa menunggu persetujuan gadis itu, Andra menarik tangan Maudy. Lalu berlari ke arah beberapa wahana permainan yang ada di sana. Andra memutuskan untuk main wahana air terlebih dahulu, setelah itu mereka mengantre untuk menaiki wahana tersebut.
"Andra, kita pulang aja yuk." Maudy merajuk selesai mereka mengantri. Andra tetap menggeleng. Namun, begitu melihat keraguan di mata maudy. Pria itu menggenggam erat tangan gadisnya.
"Kamu takut? Tenang ada aku sayang," ujarnya mencoba menenangkan. Seperti mendapat kekuatan dari genggaman tangan Andra, gadis itu tersenyum dan memberanikan dirinya.
Setelah mengantre tiket wahana air Niagara. Andra terlihat sudah sangat siap sementara Maudy masih enggan mengikuti. Melihat itu Andra kembali menarik lengan Maudy, sehingga membuat jaraknya begitu dekat dengan Andra. Maudy mengikuti langkah pria itu untuk masuk ke wahana tersebut.
Awalnya Maudy terlihat takut, namun lama-kelamaan ia begitu menikmati wahana air tersebut. Saat perahu mulai meluncur ke kubangan air di bawah, Maudy berteriak kencang membuat Andra ikut tertawa melihatnya. Meski pakaiannya basah akibat cipratan air, gadis itu terlihat sangat menikmati permainan air tersebut.
Setelah wahana air, Andra mengajak Maudy untuk naik kora-kora. Wahana seperti perahu yang cukup besar. Permainannya dengan cara diayun, melihatnya saja membuat bulu kuduknya merinding. Namun Andra tetap meyakinkan Maudy, ia tidak pernah melepaskan genggaman tangannya pada gadis itu.
Saat perahu mulai diayun, beberapa orang langsung berteriak. Lama-kelamaan ayunan pun semakin kencang membuat Maudy takut, ditambah ia duduk kursi paling ujung. Refleks Maudy memeluk pria itu sambil memejamkan matanya. Andra yang melihat gadisnya ketakutan, langsung berusaha menenangkannya dengan cara menepuk-nepuk perlahan punggung Maudy.
Begitu banyak yang Andra sambangi seolah ia tour guide bagi gadisnya. Maudy memang tidak pernah menginjakkan kakinya di Dunia Fantasi seperti ini. Sejak kecil ia tidak suka permainan outdoor. Dari satu wahana ke wahana lain mereka datangi, seakan kakinya masih sanggup untuk berjalan ribuan kilometer lagi.
Sebenarnya Maudy sudah merasa kelelahan, namun Andra masih ingin bermain. Seperti anak kecil yang melihat es krim, pria itu sangat menikmati aneka wahana. Padahal niat awalnya Andra ingin membuat Maudy ceria kembali, sekarang malah pria itu yang lebih ceria dibandingkan Maudy. Tapi, tidak sia-sia Andra melakukann semua itu. Ia melihat gadisnya mulai menikmati kebersamaan dengannya. Ini kencan pertama yang manis bukan?
Setelah beberapa wahana mereka kunjungi dan nikmati. Maudy mengajak pria itu untuk pulang, karena ia sudah merasa kelelahan dan mengingat hari pun sudah semakin sore.
"Are you happy?" Andra mengajukan pertanyaan saat mereka sudah berada di dalam mobil.
"Of course," sahut Maudy cepat. "Baru kali ini aku ke Dufan lagi. Terakhir kali kalau nggak salah waktu masih SD," lanjutnya. Andra masih menatap Maudy, memerhatikan gadis itu saat antusias bercerita. Ia sangat menyukai Maudy yang aktif seakan energinya tertular kepadanya.
"Kamu kayaknya suka banget tempat ini?"
"Sangat," jawab Andra cepat. "Karena dulu sewaktu kecil, Ayah sering ngajak aku dan Alin ke sini. Jadi kalau aku ke Dufan, seolah ada Ayah yang sedang main denganku." Maudy merasa terenyuh saat mendengar cerita pria itu. Ia tidak menyangka Andra punya kenangan sentimental dengan tempat ramai seperti ini.
"Sorry aku nggak tahu. Kalau tahu kamu punya cerita seperti ini, aku temani kamu sampai puas main." Maudy berkata dengan pelan dan hati-hati.
"Nggak apa-apa, ke sini bareng kamu aja udah bikin aku bahagia." Andra mengelus puncak kepala gadis itu.
"Memangnya kamu nggak suka ke Dufan?"
"Nggak! Karena aku nggak suka panas-panasan," jawabnya.
"Hemp ... sombong," cibir Andra, lalu mencubit pipi Maudy.
"Memang benar, aku paling nggak suka permainan outdoor. Itu akan membuat tubuhku berkeringat, dan aku nggak suka berkeringat." Maudy memberikan alasan yang menurut Andra sangat tidak masuk akal.
"Manusia itu butuh keringat pacarku, sayang. Keringat itu menandakan kalau tubuh kita sehat."
"Tapi aku nggak suka rasanya sungguh nggak nyaman," keluh Maudy tidak mau kalah.
"Tapi, manusia butuh berkeringat Maudy Sayang. Keringat menjadi mekanisme pertahanan diri yang alami untuk menjaga dan mengatur subu tubuh. Coba kamu bayangin, kalau sehabis kamu melakukan aktivitas yang berat kemudian keringat nggak keluar. Kamu tau apa yang akan terjadi?"
"Racun," jawabnya lesu.
"Nah, iya racun. Racun yang mengendap di dalam tubuh dan suhu tubuh juga menjadi tidak seimbang. Intinya berkeringat itu menandakan kalau tubuh kita sehat." Andra menjelaskan dengan detail.
"Iya-iya, udah sih. Kenapa jadi bahas definisi keringat begini," keluh gadis itu menatap lelah pada Andra.
"Ya kan kamu yang awalnya bahas topik ini. Gimana sih?" Andra mencoba membela diri, tidak mau kalah. Lalu lelaki itu kembali mencubit pipi Maudy, membuatnya meringis menahan sakit. Maudy berniat membalasnya. Namun, tangan Andra lebih sigap sehingga Maudy gagal melayangkan aksinya. Akhirnya Maudy mulai menggelitiki pinggang Andra yang membuat pria itu tertawa tanpa henti.
Setelah lelah bercanda, Andra menggenggam tangan Maudy lalu ia mencium punggung tangan tersebut. Maudy hanya menatap Andra, cukup lama mereka saling memandang. Kemudian Andra mulai mendekatkan tubuhnya ke arah Maudy dan dengan polosnya gadis itu berkata.
"Aku udah pasang sabuk pengaman." Maudy tampak gugup, sementara Andra hanya tersenyum menatapnya dari jarak yang sangat dekat.
"Siapa yang mau pasangin kamu sabuk pengaman," kata pria itu. Maudy melipat keningnya. "Aku mau ngasih stempel cinta." lanjut Andra.
Andra meraih pinggang Maudy yang sudah terpasang sabuk pengaman. Matanya terarah pada bibir mungil gadis itu, lalu mendaratkan bibirnya di bibir Maudy yang merekah indah. Andra melumat bibir itu dengan lembut. Sebelumnya ia tidak pernah berkeinginan untuk menyentuh area tersebut dengan mantan pacarnya, namun saat bersama Maudy semuanya terasa berbeda dan ia seperti hilang kendali.
Andra melepaskan ciumannya, sebelum ia bertindak lebih jauh. Pria itu tersenyum saat melihat Maudy yang membeku seperti es batu.
"It ... tuu, tadi ciuman." Maudy terbata-bata saat mengatakannya. "Kita ciuman?" Maudy bertanya dengan ekspresi terkejut.
"Bukan. Itu stempel cinta." Andra menjawab sambil memiringkan kepalanya memerhatikan sikap polos gadis itu. Andra tahu itu ciuman pertama Maudy.
"Andra, kok kita ciuman? Kamu udah ambil ciuman pertama aku ish jahat," ucap Maudy kesal. Pria itu hanya tersenyum melihat tingkah Maudy, yang kini menggoncangkan tubuhnya karena tidak terima dengan apa yang dilakukannya tadi.
Andra menggeleng-gelengkan kepalanya. Ah Maudy, gadis pujaan hati Andra ini memang sebegitu menggemaskan.
"Baiklah kalau kamu nggak terima, aku balikin." Andra mendekatkan kembali bibirnya pada Maudy. Lalu mengecup bibir gadis itu singkat, padat dan jelas.
Cup.
Belum sempat jantungnya stabil akibat ciuman tadi, kini Maudy harus menerimanya lagi. Gadis itu terkejut dan masih mematung. Andra melihat tingkah pacarnya itu hanya bisa tersenyum.
Kebahagiaan itu akhirnya datang juga
Jika kita mau sedikit menunggu lebih lama
Apapun yang sudah terjadi di dalam kehidupan kita
Pasti ada pelajaran di baliknya
Tetap bersyukur menerima semua yang sudah ditakdirkan dalam hidup kita
Dengan cara menjalani hidup sebaik-baiknya.
***
THE END
Thank you guys for your attention
bagi kalian yang udah sempetin baca, udah ngasih vote dan komentar manis dan manja baik yang selalu nungguin cerita ini maupun silent reader makasih banyak loh :D
I Love You All :)
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top