31. Merindukanmu
~Happy Reading~
"Perlahan-lahan di hatiku
Merindukan kehadiranmu"
__________
ANDRA masih menunggu jawaban Nabila. Gadis itu masih setia menunduk dan tidak berani menatapnya.
"It ... Ituuu milik Maudy," ucap Nabila sedikit terbata.
Nabila mengigau, ia berteriak sementara wajahnya penuh dengan keringat. Ia terus memanggil nama Andra dan Maudy di sela-sela tidurnya. Nabila membuka matanya dan terkejut, lalu duduk mengatur napasnya yang tidak beraturan.
"Cuma mimpi," ucapnya lirih.
Nabila merasa cemas dan ketakutan akan mimpinya, seakan ia dikejar-kejar perasaan bersalahnya sampai ke dalam mimpi. Nabila membuka laci kedua lemarinya, untuk memastikan sesuatu. Dan melihat ponsel Maudy masih tersimpan baik di dalam sana.
Mimpinya lumayan panjang juga.
Nabila merasa bingung yang mana mimpi dan yang mana kenyataan? Nabila mengingat-ingat kembali kejadian sebelumnya. Ia baru ingat setelah makan es krim dan berdebat soal Maudy dengan Andra, Nabila pamit pulang. Setelah sampai rumah ia langsung tidur.
Andra semakin sibuk dengan kafe barunya, pelanggannya semakin hari semakin banyak. Dan juga pendapatannya setiap hari semakin bertambah, ternyata ia sangat berbakat di bidang bisnis. Satu tahun sudah ia mengelola kafe, dan sekarang Andra sudah bisa membuka cabang baru kafe miliknya di daerah Jakarta Barat.
Kafe keduanya memiliki konsep serupa dengan kafe sebelumnya, Andra tidak ingin mengubah konsep yang sudah ada, karena ia sangat menyukai konsep tersebut. Andra ingin mempertahankannya, karena itu merupakan ciri khas dari kafe miliknya.
Nabila selalu datang dan menemani Andra di kafe setiap hari. Andra tentu saja sangat senang, apalagi ditemani sang pacar. Satu tahun bersama Nabila, ia merasa semakin ragu dengan gadis itu. Awal-awal pacaran memang Andra sangat menikmati kebersamaan mereka berdua. Namun entah mengapa, akhir-akhir ini, ia selalu merasa curiga dengan gadisnya.
Andra juga tidak tahu, mengapa hal buruk selalu saja muncul dipikirannya mengenai gadis itu. Andra selalu berpikir kalau Lily bukanlah Nabila, namun hal itu selalu ia tepis.
Setiap kali Andra membicarakan moment saat ia bertukar pesan dengan Lily, gadis itu selalu marah dan menghindari topik tersebut. Andra merasa aneh, bukankah seharusnya Nabila merasa senang dengan kenangan tersebut. Sebaliknya Andra justru sangat menyukai kenangan itu, apalagi karena moment itu akhirnya mereka berdua bisa bersama.
Dan tentang mimpi, sudah beberapa kali Andra selalu bermimpi tentang Maudy. Maudy yang menangis tepat di hadapannya. Maudy yang terlihat marah saat bertemu dengannya. Sebenarnya apa maksud mimpi itu? Andra sama sekali tidak mengerti. Meski sangat penasaran dengan kabar tentang Maudy, namun Andra tidak ingin menanyakannya pada Nabila. Ia takut pacarnya itu akan kembali kesal, seperti waktu dulu ketika ia membahasnya.
***
Di kampusnya, Maudy sibuk dengan tugas presentasi seputar kajian ilmiah hari ini. Setelah latihan semalaman, akhirnya presentasinya berjalan dengan lancar dan ia mendapatkan nilai yang memuaskan. Maudy belajar cukup keras, ia ingin mendapatkan nilai yang bagus dan segera menyelesaikan program sarjananya dengan cepat. Ia ingin segera kembali ke tanah air, bertemu dengan ortangtuanya serta sahabat, dan juga Andra. Maudy tidak sabar kapan hari itu tiba.
Banyak kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh pelajar Indonesia di Canberra, seperti mengadakan kajian ilmiah terkait masalah disekitar, mengikuti seminar ataupun kuliah umum. Maudy beberapa kali mengikuti forum tersebut. Forum ini memberikan kesempatan bagi pelajar Indonesia untuk mencetuskan buah pemikiran kritisnya.
Selain mengadakan dan mengikuti kegiatan ilmiah, para pelajar Indonesia di Canberra juga sangat aktif dalam mempromosikan budaya Indonesia melalui beragam kegiatan seperti Indonesia Global Cafe, pertunjukan angklung bersama KBRI, program pengajaran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, serta mengenalkan berbagai tarian serta alat musik tradisional di setiap acara kebudayaan.
Tak terasa sudah tiba musim panas, itu artinya summer holiday. Maudy berencana untuk jalan-jalan bersama dengan teman sekamarnya. Mereka akan pergi Lake Burley Griffin.
Canberra memiliki danau buatan yaitu Lake Burley Griffin. Meski buatan, karena perencanaan yang bagus danau ini terlihat seperti alami. Terletak di tengah kota, danau ini merupakan pusat berbagai macam kegiatan. Danau buatan ini terbentang sepanjang 11 km di pusat kota Canberra. Pada musim gugur, festival balon udara selalu digelar. Pagi hari itu akan ada balon-balon dalam aneka warna dan bentuk yang diterbangkan.
Danau ini paling banyak dikunjungi pada musim panas, karena pada saat itu sekolah sedang libur, pegawai juga banyak ambil cuti. Aktivitas paling populer adalah barbecue party alias pesta bakar-bakar. Alat pembakar banyak tersedia di taman-taman sepanjang pinggir danau. Siapa saja boleh menggunakannya. Pada musim panas, banyak sekali orang yang ingin memakainya. Oleh karena itu, kita harus mendaftarkan diri terlebih dahulu ke bagian yang mengurusi taman dan fasilitas umum.
Meski bebas dipakai siapa saja, alat pembakar selalu dalam kondisi baik. Selesai dengan pestanya, pemakai akan membersihkan alat itu sampai benar-benar bersih. Seperti semula. Tidak lagi ada sisa minyak atau noda hitam residu pembakaran. Meski tidak ada yang mengawasi, semua melakukan pekerjaan bersih-bersih ini dengan penuh tanggung jawab. Prinsipnya, fasilitas umum harus dimanfaatkan dan dijaga. Bukan untuk dirusak. Maudy sangat menyukai prinsip itu. Andai semua orang mempunyai prinsip seperti itu.
Maudy sangat menikmati liburan bersama teman sekamarnya. Ia juga bisa mengenal mereka dengan lebih dekat, karena saat berada di luar asrama mereka menjadi lebih bebas dan ekspresif. Maudy tidak melewatkan moment berfoto bersama dengan keempat temannya. Ternyata Angel tidak kalah narsis disbanding dirinya.
"Jel, fotoin aku di sini dong!" Maudy meminta Angel untuk mengambil gambarnya di pinggir danau.
"Boleh, tapi nanti gantain ya." Angel sudah mengarahkan ponselnya di mana gadis itu berdiri.
"Iya tenang aja, aku nggak nyangka ternyata kamu lebih narsis disbanding aku Jel."
"Yakin, bukannya kamu tuh yang sering selfie? Aku begini juga ketularan teman-teman SMA ku, mereka benar-benar senang selfie dan groufie."
"Alasan aja deh, tapi kamu juga menikmatinya kan?" Maudy mulai meledek temannya.
Angel berdecak kesal. "Kamu kenapa meledek aku terus, nggak jadi kufoto nih ya."
"Eh jangan dong. Iya deh sorry Angel darling." Maudy menaik-turunkan sebelah alisnya untuk merayu gadis berambut keriting itu.
"Guys, let's take a picture together." Terlihat Mia berlari ke arah mereka berdua.
"Come on girls," ajak Maudy melambaikan tangannya pada Mia dan Chrintine, yang baru saja menghampiri mereka. Setelah keduanya asyik mengayuh sepeda.
"Girls, bagaimana kalau kita naik perahu berlayar itu." Hanyn menunjuk saat ada perahu melewati mereka.
"Boleh tuh," sahut Angel.
"Interest," ucap Christine.
"Tapi aku takut mabuk," sahut Maudy. Wajahnya berubah menjadi cemas.
"Serius kamu tak pernah naik perahu?" Hanyn bertanya penasaran.
"Dulu sewaktu kecil pernah, dan kata Mamaku aku selalu mabuk." Maudy mencoba menjelaskan. Manda pernah bercerita kalau dulu anaknya memang tidak bisa naik perahu, karena sering mengalami mabuk laut.
"Nggak usah kalau begitu girls, kasihan nanti Maudy mabuk. Kita kan ke sini untuk have fun, jadi kalau Maudy punya kenangan buruk tentang naik perahu kita cancel aja ya." Maudy sangat beruntung mempunyai teman-teman yang sangat pengertian seperti mereka.
"Thanks girls, for your attention."
"My pleasure darl," seru Angel. Keempat teman Maudy pun tertawa menikmati pemandangan danau buatan yang begitu indah ini. Mereka senang bisa menghabiskan liburan mereka bersama.
"Oh iya, mereka cakap sore ini aka nada festival balon udara, kita ke sana saja yuk." Hanyn kembali mengusulkan idenya.
"Let's go." Mereka berjalan bersamaan.
"Girls, mending kita lihat Atraksi Captain Cook Memorial Jet dulu deh, sebentar lagi kan jam dua. Pasti nggak kalah seru deh, setelah itu selesai kita lihat festival balon udara. Bagaimana?" Angel ikut mengusulkan pendapatnya. Maudy senang keduanya, karena ia sama sekali belum pernah melihat pertunjukan itu.
"I agree," seru Mia.
"Me too," ujar Christine.
"Kalau aku okelah, apapun aku tengok asal itu indah." Hanyn tertawa saat mengatakannya. Semuanya ikut tertawa karena melihat Hanyn yang begitu lucu dengan logat khas malaysianya.
Selesai melihat Atraksi Captain Cook Memorial Jet, mereka berlima memutuskan untuk mengisi pertnya terlebih dahulu. Maudy mengeluarkan tikar lipat yang sudah ia bawa dari asrama, lalu ia menggelarnya di bawah pohon rindang menghadap ke arah danau. Kemudian yang lainnya membuka bekal yang sudah mereka siapkan sewaktu di asrama. Untuk menghemat biaya, mereka memasak sendiri. Maklum anak asrama harus bisa menyimpan uang sesuai dengan porsi dan kebutuhannya.
Untuk bagian memasak Hanyn jagonya, gadis berhijab itu sangat memahami berbagai masakan khususnya makanan khas negaranya. Maudy paling suka saat Hanyn membuat nasi lemak dan murtabah. Ia jadi teringat makanan di Indonesia, karena nasi lemak mirip dengan nasi uduk bedanya hanya menambahkan jahe dan pandan pada proses pembuatan nasinya. Dan juga untuk lauknya, disajikan dengan ayam goring, telur rebus, tumis kangkung, rending sapi goreng, sdan ambal goreng teri kacang. Sementaramurtabah sangat serupa dengan martabak telur yang biasa dijual di Indonesia.
"Mari makan, kawan-kawan!" Hanyn membuka kotak makiannya satu-persatu. Semua mata langsung mengarak ke isi kotak tersebut, lalu semuanya mulai mengambil. Maudy sangat menikmati masakan buatan Hanyn, setelah ini ia jadi ingin belajar memasak. Ternyata memasak itu melatih rasa, ia banyak belajar itu bersama Hanyn.
Maudy jadi teringat orangtuanya di rumah, apa yang sedang mereka lakukan saat ini? Apakah Mama dan Papanya sudah makan seperti Maudy? Ia jadi berpikir, pasti sangat senang bisa mengajak kedua orangtuanya ke sini melihat danau bersama suatu hari nanti. Nabila dan Andra juga, pasti mereka akan senang melihat danau yang begitu indah ini. Ia membayangkan orang-orang yang disayanginya berada di sini, bersamanya pasti akan sangat bahagia.
Maudy merindukan mereka, pasi mereka merindukannya juga kan? Tentu saja, terutama kedua orangtuanya. Apakah Andra juga merindukannya? Apakah Andra masih mengingatnya? Apakah Andra sudah tahu bahwa Maudy sebenarnya adalah Lily?
Rindu ini membuat Maudy seperti mau gila. Jika rindu memang membuatnya gila, tidak masalah Maudy memilih gila. Sayangnya Maidy belum bisa menghubungi pria itu, ia tidak tahu harus menanyakan kabar Andra pada siapa. Bahkan, Nabila masih belum membalas pesan-pesannya selama setahun ini.
***
Selamat membaca dengan tenang
Suliz ^_^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top