21. Mantan Terindah
~Happy Reading~
"Yang tlah kau buat sungguhlah indah buat diriku susah lupa"
-Raisa : Mantan Terindah-
__________
HARI ini hari minggu. Manda dan Maudy berencana menjenguk Ratna asisten rumah tangganya, yang sudah seminggu ini tidak bekerja di rumahnya karena sakit. Ratna mengalami kecelakaan saat pulang dari pasar, ada sebuah motor yang tidak bertanggung jawab yang telah menyerempetnya, beruntung tidak ada tulang yang patah hanya luka-luka kecil. Ratna sempat di bawa ke rumah sakit terdekat untuk segera mendapat penanganan dokter. Setelah dua hari bermalam di rumah sakit, akhirnya Ratna sudah bisa pulang ke rumahnya.
Setelah sampai di rumah Ratna, Manda dan Maudy disambut oleh anak sulungnya Ratna yang bernama Dini. Ratna mempunyai dua anak Dini dan Dino, Dini seumuran dengan Maudy sudah SMA sedangkan Dino masih kelas lima Sekolah Dasar. Sementara saat ini suami Ratna sedang tidak ada di rumah, suami Ratna bekerja sebagai penjual dawet keliling.
"Din, buatin Bu Manda sama non Maudy minum dong!" Ratna member perintah pada putrid sulungnya.
"Iya Bu," jawab Dini mengerti.
"Udah nggak usah repot-repot sih Mbak." Manda mengingatkan. "Gimana keadaan kamu udah enakan?" Manda bertanya dengan penuh perhatian.
"Ya alhamdulillah Bu, sudah mendingan nggak kayak kemarin masih ngilu kalau digerakin." Ratna menjelaskan sambil menunjukkan bekas lukanya.
"Udah pokoknya kamu nggak usah mikirin kerjaan ya, yang penting kamu sembuh dulu!" Manda berkata tegas namun lembut akan perhatian.
Ratna tahu, walaupun tegas tapi Manda majikannya itu sangat perhatian pada semua pegawainya. Sama hal dengan anaknya Maudy, meski manja dan cuek ia tidak pernah menyusahkan mereka sebagai pegawai di rumah majikannya itu. Tak lama Dini datang membawa dawet untuk Manda dan Maudy.
"Wah dawet nih," kata Maudy senang. Maudy memang sangat suka dengan dawet buatan suami Ratna, menurutnya perpaduan rasanya sangat pas. Terkadang Ratna sering membawa dawet ke rumah untuk Maudy, karena Ratna tahu anak majikannya itu menyukai dawet buatan suaminya.
Setelah menjenguk Ratna, Maudy mengajak sang Mama untuk mampir ke warung soto milik Ibu Andra. Tentu saja Manda tidak menolak, ia memang sudah lama ingin mencoba soto yang dibuat Ibunya Andra.
"Ini bukan ya Mah tempatnya?" Maudy sedikit bingung.
"Iya bener sayang, itu ada tulisan warung soto Ayu. Tadi kan kata Mbak Ratna, nama warung sotonya Ayu," kata Manda meyakinkan. Mereka berjalan menuju warung tersebut, namun saat hendak masuk ruangan tidak ada meja yang kosong. Semuanya sudah penuh karena memang ini sudah masuk jam makan siang.
"Gimana sayang? Penuh semua." Manda terlihat kecewa.
"Tunggu Mah, aku hubungi Andra dulu ya!" Maudy mencoba menghubungi Andra, namun tak ada jawaban dari pria itu. Harusnya ia membuat janji terlebih dulu, kalau seperti ini kan kasihan sang Mama.
"Ibu sama adeknya mau makan?" Seorang wanita paruh baya berhijab, Maudy menduga kalau itu Ibunya Andra.
"Iya Bu, mau makan tapi penuh. Aku temennya Andra," jawab Maudy.
"Oh temannya Andra, siapa ya? Saya Ibunya Andra," tanya Ayu kemudian. Maudy tersenyum benar dugaannya ibunya Andra mirip sekali, ternyata Andra punya senyum yang manis berasal dari Ibunya.
"Saya Maudy, Bu. Andra itu guru les saya." Maudy mencium punggung tangan Ayu.
"Saya Mamanya Maudy," kata Manda sambil mengulurkan tangan dan langsung disambut oleh Ayu.
"Oh ini Ibu yang kemarin ulang tahun itu ya," tanya Ayu spontan membuat Manda sedikit malu.
"Iya Bu, ternyata Andra sering curhat sama Ibunya ya." Manda tersenyum.
"Iya apapun Andra sering cerita, ya sudah kalau begitu makannya di rumah saja yuk!" Ayu mengajak kedua tamunya. Ia langsung berjalan menuju rumahnya, mau tak mau Manda dan Maudy mengikutinya. Sesampainya di rumah, Manda dan Maudy langsung dipersilahkan masuk dan diminta agar duduk di ruang tamu. Mereka pun akhirnya menuruti sang pemilik rumah.
"Alin, buatin minum nak buat tamu kita!" Ayu meminta tolong pada anak bungsunya.
"Iya Bun sebentar," jawab Alin. Suaranya terdengar dari arah kamar depan.
"Bu, ini kita nggak apa-apa ke sini? Tadi kan warung Ibu lagi rame sekali yang ada kita ganggu ya sayang," ujar Manda cemas sambil menatap putrinya.
"Tamu kok ganggu ya nggak lah Bu, nggak apa-apa ada pegawai saya yang bantu." Ayu mencoba meyakinkan.
"Nah kalau begitu kan saya jadi lega." Akhirnya mereka tertawa.
"Ini sengaja pada ke sini atau lagi mampir aja? Soalnya Andra nggak ngasih kabar saya ya," kata Ayu.
"Saya sama Maudy habis dari rumah Mbak Ratna, kemarin kan habis kecelakaan." Manda bercerita wajahnya terlihat cemas.
"Oh iya Mbak Ratna kecelakaan ya kasihan dia, saya juga habis jenguk kemarin." Ayu berkata tak kalah cemas.
"Andranya ke mana Bu, kok nggak kelihatan?" Maudy kembali bersuara, matanya mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah.
"Oh Andra lagi beli keperluan warung yang habis, paling sebentar lagi anaknya pulang." Ayu memberitahu. Alin datang dengan membawa minuman dingin, anak itu masih kecil tapi sangat sopan dan penurut.
"Alin, salim dulu nak sama tamu kita!" Ayu memerintahkan. "Ini adiknya Andra masih kelas lima." Ayu menerangkan. Alin pun mencium punggung tangan Manda dan Maudy, begitu penurut adik Andra ini.
Tak lama terdengar suara motor yang sangat Maudy kenal.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam," jawab mereka bersamaan.
"Lho ada Maudy, Tante Manda." Andra mencium punggung tangan Manda. "Kok nggak ngasih kabar mau ke sini?" Andra sangat terkejut melihat kedatangan kedua wanita itu.
"Tadi abis jenguk Mbak Ratna terus mampir ke sini," sahut Maudy.
"Oh gitu, Andra ke belakang dulu ya mau beresin ini." Ia pamit sambil membawa belanjaan yang telah di beli.
"Ya sudah saya ke warung dulu ya ngambil sotonya," kata Ayu lalu bangkit dari duduknya.
"Saya temenin deh Bu, saya juga pengin lihat cara bikinnya." Manda langsung mengekori Ayu. "Sayang, kamu di sini aja ya! Mama temenin Bunda Andra dulu." Maudy mengangguk setuju.
Setelah kepergian Manda dan Ayu, Maudy merasa kesepian tidak ada yang menemaninya. Andra juga masih di belakang, mungkin belum selesai mengerjakan pekerjaannya.
"Assalamualaikum!" Terdengar suara salam seorang wanita dari luar. Mungkin teman Andra, Maudy berpikir.
"Wa'alaikumsalam," jawab Maudy.
"Mas Andranya ada?" Wanita itu bertanya lalu Maudy menghampirinya.
"Oh sebentar saya panggilin dulu ya, silahkan duduk!" Maudy bersikap ramah lalu kembali ke dalam rumah. Maudy mencari Andra untuk memberitahu bahwa ada tamu yang menunggu, karena Alin juga tidak kelihatan setelah tadi memberikan minuman. Maudy melihat Andra sedang berada di dapur sedang merapikan barang belanjaannya.
"Andra, ada tamu nyariin kamu tuh di depan." Maudy memberitahu. "Sini aku bantuin deh." Maudy menawarkan diri.
"Memang bisa?" Andra meledek, Maudy mengercutkan bibir. "Dimasukkin ke kulkas aja dulu ya yang rapi lho," pinta Andra.
"Iya bawel, udah buruan ah tamunya nungguin. Cantik lho jangan dianggurin," goda Maudy, Andra mengangkat sebelah alisnya.
Lalu pria itu berjalan meninggalkan Maudy menuju ke teras rumahnya, mencari sosok tamu yang ingin bertemu dengannya. Dan ternyata seseorang yang sangat Andra kenal tapi ia merasa malas untuk menemui wanita itu, namun demi menjalin silaturahmi ia tetap bersikap sopan.
"Lan, udah lama?" Andra bertanya basa-basi.
"Nggak kok Mas," jawab Wulan yang terlihat kikuk saat berhadapan dengan Andra, namun wanita itu harus tetap kuat saat bicara dengan pria di depannya.
"Ada apa nih?" Andra bertanya langsung.
"Ini Mas, aku bawain kue kesukaan kamu." Sambil memberikan bungkusan berbentuk kotak itu pada Andra. Andra menerimanya supaya wanita itu tidak kecewa.
"Aku mau ngobrol sebentar Mas boleh?" Wulan meminta izin.
Sebenarnya Andra tidak ingin mencoba berbicara lagi dengan mantan pacarnya itu, namun disatu sisi ia harus memperjelas hubungannya agar wanita di hadapannya ini tidak terus muncul di kehidupannya, dan melakukan hal-hal yang membuat Andra muak hanya untuk sekedar basa-basi.
"Ngomongin apa lagi?" Andra berubah sinis.
"Aku pengin balik kayak dulu Mas, aku pengin pacaran lagi sama kamu." Wulan menyuarakan isi hatinya tanpa malu-malu. Wanita di hadapannya ini memang selalu memaksakan kehendak.
Andra tersenyum sinis mendengar pernyataan Wulan, bisa-bisanya wanita itu bicara seenaknya. Meminta Andra menjadi pacarnya lagi, apa Wulan lupa dengan perlakuannya pada Andra di masa lalu.
"Apa balikan? Kamu nggak mikir siapa yang mutusin duluan? Siapa yang selingkuh?" Andra berkata seperti akan meledak, tidak tahan dengan wanita di hadapannya ini.
"Tapi aku masih sayang sama kamu Mas," kata Wulan dengan wajah memelas.
"Bulshit, kemana aja kamu waktu dulu? Udah pokoknya aku udah nggak mau berhubungan sama kamu lagi." Wulan terlihat takut melihat Andra yang sudah marah padanya. "Untuk terakhir kalinya aku tegasin lagi sama kamu, jangan muncul di hadapan aku lagi. Aku benci sama orang yang udah bikin aku kecewa." Andra berkata tegas. Wulan masih menunduk, ia sudah tidak bisa membendung air matanya lagi.
"Wulan, kamu tau kan kisah kita udah lama berakhir. Aku selalu berdoa supaya kamu dapat pria yang lebih baik lagi dari aku. Aku nggak bisa ngasih apa-apa sama kamu." Andra mulai melembut.
"Tapi Mas, nggak ada yang sebaik Mas Andra. Dika itu selalu main kekerasan Mas, aku udah putus sama dia. Aku nggak kuat," jujur Wulan yang masih terus terisak.
Hati Andra sedikit tekoyak saat mendengar perlakuan Dika mantan pacarnya Wulan, seharusnya sebagai pacar Dika bisa memperlakukan Wulan dengan baik bukan malah memakai kekerasan seperti yang diceritakan Wulan barusan.
"Kamu coba buka hati kamu lagi pasti akan ada seseorang buat kamu, aku udah nggak bisa menata kisah lama Lan. Terlalu menyakitkan buat aku, kamu ngerti kan?" Andra sedikit menekan kata-katanya pada Wulan.
"Apa karena wanita tadi, kamu udah nggak mau balikan lagi sama aku Mas? Apa wanita tadi pacar kamu?" Wulan menyelidik dan mulai berani menatap Andra.
"Siapa? Maudy? Nggak ada hubungannya sama dia. Maudy cuma murid les aku. Kamu jangan melebarkan masalah ya, di sini masalahnya cuma ada aku sama kamu." Andra kembali berbicara sinis. "Udah lebih baik sekarang kamu pulang ya, nanti keburu ada Bunda. Aku nggak mau dituduh udah membuat anak orang menangis. Makasih buat kuenya, aku terima." Andra langsung masuk ke dalam rumahnya, walaupun sedikit tidak tega. Andra harus melakukan itu agar Wulan mengerti dan menghormati keputusannya.
Tak lama Wulan meninggalkan teras rumah Andra, mencoba menuruti permintaan mantan pacarnya itu. Wulan sangat menyesal dengan keputusannya di masa lalu karena sudah memutuskan hubungan dengan Andra.
Wulan baru menyadari kalau Andra pria yang paling baik yang pernah ia kenal, Andra tidak pernah menuntut apapun darinya. Andra sangat setia dan Andra adalah mantan terindah bagi Wulan. Tidak mungkin ia bisa melupakannya begitu saja.
Namun melihat reaksi Andra hari ini, ia sadar bahwa ada suatu hal yang tidak bisa dipaksakan di dunia ini yaitu perasaan cinta. Cinta memang tidak bisa dipaksa, Wulan juga tidak ingin mendapatkan cinta Andra hanya karena terpaksa.
Mulaisaat ini Wulan harus ikhlas menerima keputusan Andra, toh semua ini karenaulahnya di masa lalu. Wulan harus siap menerima konsekuensi atasperbuatannya. Masa lalunya dengan Andra adalah kenangan yang indah dan akansulit ia lupakan, meski begitu Wulan akan terus menyimpan didalam hatinya.Bahkan jika memang ia tidak bisa bersama dengan Andra, ia senang karena Andrapernah ada dalam kamus kehidupannya.
***
VOTE sebelum membaca dan COMMENT setelah membaca
TERIMA KASIH
Aku agak marathon nih ya, soalnya mau bikin cerita baru. Jangan lupa mampir juga ya. Di jamin lebih seru :D
Suliz ^_^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top