20. Jujur atau Bohong

~Happy Reading~

"Kejujuran yang pahit lebih berharga dari pada kebohongan yang indah"

__________


MAUDY terkejut mengetahui keberadaan pria di hadapannya. Apakah Andra mendengar pembicaraan Maudy saat ditelepon tadi? Kalau begitu ia tahu kebohongan Maudy selama ini?

"Andra!"

Andra memberi tatapan tajam pada gadis itu, sedangkan Maudy terlihat cemas dan mematung di tempatnya berdiri. Andra mendekat ke arah Maudy dan hal itu membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Maudy berusaha menampilkan senyuman, namun nihil bibirnya terasa kaku. Hanya senyuman datar yang bisa ia perlihatkan pada pria yang sekarang berdiri tepat di depannya.

"Maudy, kamu kok tegang begitu mukanya?" Andra menyelidik. "Kamu habis teleponan juga?" Maudy masih memahami pertanyaan dari pria itu, ia menduga kalau Andra tidak mendengarkan pembicaraannya tadi.

"Oh ng ... gak apa-apa? Iya tadi habis terima telepon juga di dalam kan berisik," kilah Maudy sedikit gugup. Akhirnya, gadis itu bisa bernapas lega, karena hal buruk tidak terjadi hari ini.

Tiba-tiba Nabila datang menghampiri mereka berdua. Napasnya sedikit tidak beraturan akibat sedikit berlarian.

"Kalian ngapain pada di sini?" Nabila bertanya, wajahnya sedikit lelah.

"Oh tadi ada telepon penting," jawab Andra singkat. Maudy memiringkan kepalanya sedikit bingung mendengar jawaban Andra. Gadis itu bertanya-tanya, apa telepon dengan dirinya di anggap penting? Atau ini hanya alasan dari pertanyaan Nabila saja. Ah tidak tahu refleks Maudy menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kenapa kamu geleng-geleng begitu?" Andra tersenyum melihat tingkah Maudy.

"Eh nggak apa-apa kok, ini agak pegel kepala." Maudy beralasan sambil terus menggerakkan kepalanya supaya Andra tidak curiga.

"Guenyariin kalian berdua acara selanjutnya mau dimulai tuh, Ayo!" Nabilamenarik lengan sahabatnya. Lalu mereka bertiga berjalan menujukursi tamu, sudah ada Raka di sana sedang melihat ke arah mereka. Setelahitu mereka bertiga duduk berdekatan dengan Raka, sambil menunggu acaraselanjutnya.


Setelah acara inti selesai, ada acara tambahan yaitu kompetisi pasangan ter-favorite dan pasangan sepanjang masa. Maudy tidak tahu mengenai acara tersebut, sang Mama bahkan tidak bercerita apapun mengenai hal ini padanya. Nominasinya sudah ada tiga pasangan pada masing-masing kategori.

Maudy terkejut saat namanya dipanggil masuk sebagai katagori pasangan ter-favorite. Begitu pula Nabila, Andra serta Raka pun masuk nominasi. Saat MC akan membacakan nama pemenang, Maudy memperhatikan dengan serius.

"Pasangan ter-favorite kita adalah," ucap sang MC. Penonton antusias mendengarkan dan penasaran siapakah pemenangnya? Maudy tidak kalah penasaran, dan setelah mendengar hasil pemenang gadis itu lebih terkejut lagi.

"Raka dan Maudy!" Maudy tersenyum kikuk dan masih tidak percaya. Apa-apaan ini? Ia menang? Atas dasar apa? sementara Raka tersenyum pasrah.

"Silahkan kepada Raka dan Maudy maju ke depan untuk menerima penghargaan yang sudah di siapkan," kata MC. Maudy masih tidak mengerti dengan perhitungan pemenang, bisa-bisanya ia menang? Apa karena Tante-tante di sini yang sudah voting dirinya. Dan penghargaan? Penghargaan apa?

"Ody, nama lo dipanggil udah maju sana! Mas Raka juga kok malah pada diem aja sih," gerutu Nabila tak sabar. Tangannya mendorong pundak Maudy agar segera berdiri.

"Ish apaan sih Bil, penghargaan apa sih ini?" Maudy mengeluh manja, sungguh wajahnya tak bersemangat.

"lo kan tadi denger sendiri, penghargaan untuk pasangan ter-favorite." Nabila menjelaskan kembali. Sebenarnya Maudy bukan tidak mengerti, hanya saja ia tidak nyaman dengan acara seperti ini.

Raka mulai berdiri dari tempatnya duduk, kemudian mengulurkan tangan kepada Maudy agar berjalan bersama. Dengan berat hati gadis itu menerima uluran tangan Raka, ia juga tak mau mengulur waktu karena sebagian Tante-tante di sini sudah meneriakkan nama mereka berdua agar segera maju.

Maudy dan Raka berjalan menuju ke atas panggung dan siap menerima penghargaan sebagai pasangan ter-favorite.

"Ini dia pasangan ter-favorite kita ... Maudy dan Raka," ujar sang MC. Kemudian, Maudy dan Raka menerima buket bunga dan penghargaan berupa voucher nonton dan belanja.

Ketikahendak turun, MC melarang mereka dengan alasan ada sesi foto. Akhrinya Maudydan Raka menurut, lalu mereka berpose layaknya pasangan nyata dengan pose semanismungin. Hal itu membuat para penonton bersorak gemas dan menggoda merekaberdua. Sementara pasangan sepanjang masa dimenangkan oleh orangtua Maudy.


Keduanya kembali ke tempat duduk masing-masing. Raka banyak bercerita malam ini, melepaskan rindunya pada Maudy. Maudy selalu bersikap baik terhadap siapapun, walau dari luar sifatnya cuek dan jutek. Meskipun ia tahu Raka menyukainya, Maudy tidak pernah berpikir untuk menjauh tapi ia juga tidak pernah bersikap memberi harapan palsu padanya. Maudy selalu bicara apa adanya dan tidak pernah basa-basi membuat Raka mengerti. Ketika sedang asyik mengobrol dengan Raka, Maudy dikejutkan oleh sahabatnya Nabila.

"Lo ngagetin aja sih," ungkap Maudy kesal sementara Nabila hanya terseyum renyah.

"Maaf Ody, gue cuma mau pamit pulang nih bareng Andra sekalian." Nabila berkata sambil menggandeng lengan sahabatnya. Maudy sedikit resah mendengar mereka pulang bersama.

"Andra, kamu nganter Nabila?" Maudy meyakinkan kembali perkataan sahabatnya itu pada Andra.

"Iya, ini kan udah malem kasihan juga Nabila kalau pulang naik angkutan umum." Wajah Andra berubah khawatir.

Kok kesel ya.

Andra berpamitan pada Raka lalu berjabat tangan. Setelah itu ia menghampiri Manda dan Adelio untuk pamit juga.

"Om, Tante saya pulang ya," pamit Andra.

"Iya Andra, terima kasih ya sudah datang. Hati-hati pulangnya," kata Manda sambil menepuk sayang bahu Andra.

"Om, Tante, Nabila juga pamit ya," ujar Nabila sambil menyalami punggung tangan orangtua Maudy.

"Lho kirain kamu nginep Bil," kata Adelio heran.

"Nggak Om, aku diantar Andra nih."

"Ya udah kalian hai-hati di jalan ya. Jangan ngebut ya Andra!" Manda berkata dengan penuh perhatian. Setelah Nabila dan Andra hilang dari pandangan. Maudy masih memerhatikan lurus ke depan sampai tidak sadar seseorang menepuk pundaknya.

"Kok bengong sih? Sini!" Raka menuntun Maudy ke tempat yang lebih tenang. Lalu mendudukkan Maudy di atas ayunan dekat taman, tempat itu sudah lumayan sepi karena beberapa tamu undangan sudah pulang.

"Kamu suka ya sama guru les kamu itu?" Raka bersuara saat keduanya sudah duduk santai.

"Maksud Mas Raka, Andra?" Maudy bertanya polos.

"Ya memangnya guru les kamu ada berapa?" Raka menjawab gemas sambil menjawil hidung Maudy lembut.

"Hemp, aku nggak tau."

"Jawabannya cuma dua iya atau nggak. Bukannya nggak tau," ujar Raka menegaskan sikap yang harus diambil Maudy.

"Ya memang aku nggak tau sama perasaan aku Mas, aku bingung." Kali ini Maudy terlihat kalut dengan perasaannya, namun Raka tahu sebenarnya yang dirasakan oleh gadis itu. Hanya saja ia ingin mendengar langsung dari mulut Maudy.

"Waktu saya bilang sayang sama kamu kok kamu jawabnya cepet, langsung nolak juga. Jujur saya sakit hati," kata Raka jujur sambil mengelus dadanya pelan, membuat Maudy sedikit tidak enak hati dengan pria baik di hadapannya itu.

"Itu kan udah jelas Mas, aku nggak bisa terima Mas Raka karena aku nggak cinta sama Mas Raka. Tapi aku sayang sama Mas Raka sebagai adik," ungkap Maudy tegas sambil mengerlingkan matanya. Ini Maudy yang Raka kenal tegas dan tidak basa-basi dan mampu mengungkapkan apa yang ia suka maupun yang tidak ia sukai.

"Nah Maudy yang saya kenal seperti ini, mampu mengungkapkan isi hati dengan jelas tidak abu-abu. Jadi, sekarang apa perasaan kamu buat Andra?" Raka kembali bertanya. "Saya nggak mau cinta kamu jatuh ke tangan orang yang salah nantinya," kata Raka perhatian.

Maudy menyandarkan kepalanya di pundak Raka. Terasa nyaman, tenang dan hangat, Maudy suka Raka yang perhatian. Raka seperti kakak baginya, ia selalu bisa menjaganya walau dari kejauhan.


"Aku kayaknya sih suka Mas." Maudy akhirnya jujur dengan perasaannya.

"Duh kok hati saya sakit ya?" Maudy bangun kembali lalu menatap lekat wajah Raka.

"Tuh kan Mas Raka ngambek, tadi kan Mas Raka sendiri yang nanya terus aku disuruh jujur." Maudy merajuk, Raka mengelus rambut Maudy sayang lalu membenamkan kembali kepala gadis itu di pundaknya agar tetap bersandar padanya.

"Hehe memang hati saya sakit mau bilang apa, tapi itu urusan saya karena hati saya cuma saya yang berhak. Dan yang paling penting kamu bahagia," ucap Raka mantap meski ada gurat kesedihan di wajahnya. "Kalau kamu sayang sama seseorang ungkapkan! Meski hasilnya pahit tidak masalah yang penting hati kamu tidak terbebani." Maudy menyimak kata-kata bijak Raka dengan serius.

"Kalau dia jadi menjauh gimana?" Maudy menelisik.

"Itu sudah resiko, kamu sudah harus siap. Semuanya harus jelas biar kamu nggak terus bertanya-tanya dalam hati, karena itu malah membuat kamu stres sendiri nantinya."

"Iya sih, nanti aku coba pikirkan lagi."

"Jangan kelamaan mikirnya, kalau dia nggak mau masih ada saya." Raka menepuk dadanya dengan tangannya sendiri, yang secara tidak langsung menawarkan dirinya sendiri.

"Ya tapi masa cewek bilang duluan sih Mas." Maudy menyanggah.

"Sekarang kan zamannya emansipasi, semua punya hak menyuarakan pendapat. Termasuk menyuarakan isi hati jadi nggak usah bawa-bawa gender." Raka masih mengelus rambut Maudy dengan sayang membuat gadis itu nyaman.

Ini yang membuat Maudy ingin mempunyai seorang kakak, agar bisa menjaga dan mendengar keluh kesahnya kapanpun. Dan sosok itu ada pada diri Raka, yang kebetulan menyimpan perasaan pada Maudy. Namun sikap Raka yang dewasa sesuai umurnya, mampu menerima keputusan Maudy dengan sangat bijak.

"Aduh-aduh anak Mama lagi pacaran di sini rupanya," ledek Manda yang tiba-tiba berada di belakang mereka. Otomatis Maudy melepaskan sandarannya pada Raka.

"Nggak mah lagi curhat aja, ada apa mah?" Maudy bangkit dan memeluk sang mama.

"Raka, kamu dicariin Resty. Tadi mau ngajakin pulang," kata Manda sambil mengelus rambut Maudy.

"Oh gitu Tante, sekarang Mamanya di mana?" Raka bertanya sambil mencari sosok sang Mama.

"tadi ada di depan." Sahut Manda. Raka berjalan mencari Resty yang sudah siap untuk pulang.

Setelah berpamitan, akhirnya Raka dan mamanya pulang. Pesta selesai, satu-persatu tamu yang hadir pun sudah pulang. Maudy dan orangtuanya harus beristirahat untuk kembali menyambut hari esok.

***

Di kamarnya Andra sudah bersiap untuk tidur, namun pikirannya masih berada di tempat lain. Tiba-tiba pikirannya masih tertuju pada gadis itu, saat Maudy naik ke atas panggung bersama Raka. Kenapa? Apa dirinya cemburu? Atas dasar apa ia cemburu pada Maudy, bahkan ingin segera meninggalkan pesta itu.

Andra memang ingin segera pulang saat setelah Maudy dan Raka menerima penghargaan sebagai pasangan ter-favorite. Andra juga mengajak Nabila, lebih tepatnya memaksa mengantar Nabila pulang. Sebelumnya Nabila memang berniat ingin menginap di rumah Maudy, namun karena ajakan Andra yang tiba-tiba dan buru-buru gadis tak bisa menolaknya.

Kenapa saat ia melihat wajah Maudy pikirannya teringat dengan Lily, apakah Andra ingin menjadi orang yang jahat dengan cara mencintai dua wanita secara bersamaan? Sebenarnya apa perasaannya pada Lily? Lalu Maudy? Andra sangat frustasi memikirkannya. Ia menutup kepalanya dengan bantal memaksa matanya agar segera tertutup.

Setelah gosok gigi dan mencuci muka, Maudy bersiap untuk tidur. Ia menarik selimut sampai dada. Pikirannya masih berputar saat mengingat Andra mengantar Nabila pulang. Kenapa tiba-tiba Nabila pulang bersama Andra? Padahal rencana sahabatnya itu akan menginap di rumah Maudy.

Kenapa hati Maudy seperti teriris pisau, perih, tapi ia juga merasa bersalah pada Andra karena selama ini sudah bersikap jahat dengan cara membohonginya dengan menghadirkan sosok Lily. Pasti pria itu bingung, Maudy ingin mengakhiri semua drama ini. Namun Lily dan Andra sudah berjanji akan bertemu saat Lily lulus sekolah nanti.

Maudyingin hari itu cepat tiba, semoga Andra tetap mau menerimanya. Namun hatinyatetap cemas memikirkan, begitu Andra mengetahui bahwa ia sudah membohonginyaselama ini. Apa reaksinya? Maudy tidak bisa membayangkan akan hal itu. Sungguhsaat ini ia merasa seperti orang yang bodoh. Apakah benar saat seseorang jatuhcinta bisa melakukan hal bodoh sekalipun? Apa benar saat ini ia sedang jatuhcinta? Jatuh cinta dengan guru lesnya?


***

Andra dan Maudy udah mulai sadar nih ya sama perasaan mereka,

mau tau kelanjutan ceritanya?

See you 

Next chapter

Don't be silent reader please

Suliz ^_^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top